Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kehidupan Sosial Budaya Dalam Keadaan Bangsa Indonesia Pada Awal Kemerdekaan

Kehidupan Sosial Budaya Dalam Keadaan Bangsa Indonesia Pada Awal Kemerdekaan



Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, teijadi perubahan kehidupan sosial-budaya dalam masyarakat Indonesia. Semula masyarakat kita yaitu masyarakat kolonial dengan diskriminasi ras sebagai cirri pokoknya. Keadaan ini menempatkan bangsa Belanda sebagai masyarakat negara kelas satu, kemudian diikuti oleh golongan Timur Asing (Cina, Arab, India) dan yang terakhir yaitu golongan pribumi Indonesia.

Struktur masyarakat kolonial ini berubah pada masa pendudukan Jepang. Pada waktu itu, orang Jepang menjadi masyarakat negara kelas satu, golongan pribumi Indonesia masyarakat negara kelas dua, dan golongan Timur Asing serta golongan Indo-Eropa menjadi masyarakat negara kelas tiga. Kemerdekaan sudah berhasil menghapuskan diskriminasi terhadap segenap masyarakat negara. Republik Indonesia tidak mengadakan perbedaan perlakuan menurut ras (warna kulit), keturunan, agama, atau kepercayaan yang dianut oleh setiap masyarakat negara. Setiap masyarakat negara memiliki hak dan kewajiban yang sama, walaupun di sana-sini masih terdapat sisa-sisa semangat diskriminasi dan zaman penjajahan yang harus sama-sama kita lenyapkan.



Salah satu tujuan nasional kita sebagaimana yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah harus memajukan pendidikan. Sesudah proklamasi, Ki Hajar Dewantara (tokoh pendidikan yang terkenal) diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Tujuan pendidikan dan pengajaran sebagaimana yang sudah digariskan yaitu mengarahkan dan membimbing anakdidik menjadi masyarakat negara yang memiliki rasa tanggung tanggapan Sekolah sekolah dibuka bagi seluruh masyarakat negara dengan metode pengajaran ditekankan kepada sistem sekolah kerja, aktivitas, dan kreativitas, serta memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar lingkungannya.

Pendidikan luar sekolah digiatkan dalam bentuk pendidikan masyarakat melalui kursus-kursus kejuruan atau ketrampilan yang dibimbing oleh pemerintah. Peraturan wacana kewajiban mencar ilmu diadakan bawah umur diwajibkan masuk sekolah. Pendidikan kejuruan ibarat pertanian, industridan pelayaran menerima perhatian yang khusus, juga berolahraga ialah keharusan. Pendidikan dibagi atas tiga tingkatan yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan ini disebabkan oleh kuatnya semangat nasional yang melampaui batas kedaerahan dan kesukuan Adanya larangan penerapan bahasa Belanda di zaman Jepang sudah memdiberi peluang bagi perkembangan bahasa Indonesia di bidang administrasi, pendidikan, komunikasi massa dan penerjemahan buku-buku pelajaran Pada awal kemerdekaan bahasa Indonesia sudah difungsikan sebagai bahasa nasional Perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berjalan sekaligus dengan perkembangan sastra Indonesia. Saat itu tampillah sastrawan-sastrawan gres yang dipelopori oleh Chairil Anwar dan Idrus, yang kemudian dikenal dengan nama Angkatan 45.

Di samping sastra, seni lukis, seni drama, film, dan seni musik mengalami perkembangan pesat Seniman seniman yang terkemuka yaitu Sudjoyono Agus Djajasuminta, Trisno Sumardjo, Sunindyo, Affandi, Rush, Sundoro, Zaini, Nasyah, Syahri, Nahar, Solihin, Kusnadi, dan Basuki Abdullah. Lagu-lagu gres dengan tema nasional yang sanggup memdiberi semangat dan menghilangkan rasa rendah din bermunculan dan tangan Ismail Marzuki, Cornel Simanjuntak, Ainir Pasaribu, Kusbini dan lain-lain.

Seni drama dan film yang pada umumnya menjadi cermin masyarakat yang tidak suka berbohong dikembangkan oleh beberapa tokoh, ibarat dr. Huyung, Usmar Ismail, Djamaluddin Malik, Suryosumanto, D. Djajakusuma, dan lain-lain. Deinikian pula media komunikasi massa, khususnya pers berkembang dengan pesat. Surat-surat kabar yang terbit di daerah-daerah yang diduduki Belanda pada umumnya mengatakan perilaku anti Belanda.
Sumber Pustaka: Erlangga

Post a Comment for "Kehidupan Sosial Budaya Dalam Keadaan Bangsa Indonesia Pada Awal Kemerdekaan"