Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pendidikan Barat Dan Munculnya Nasionalisme Indonesia

Sistem Tanam Paksa dan Politik Liberal sudah memdiberi laba yang berlimpah kepada Negeri Belanda. Belanda berhasil mengeruk kekayaan alam Indonesia untuk membangun negerinya. Oleh alasannya yaitu itu, penduduk pribumi menjadi miskin, menderita, dan sengsara.

a. Timbulnya Politik Etis 
Sehubungan dengan timbulnya bencana kemiskinan rakyat Indonesia, pada selesai era ke-19 muncul Koreksi tajam yang dilancarkan oleh orang-orang Belanda yang berbudi tinggi. Para pengritik dari Belanda itu, antara lain sebagai diberikut. 

1) Baron van Hoevell 
Baron van Hoevell mengecam keras tindakan para penguasa kawasan jajahan yang spesialuntuk sibuk mencari keuntungan, tetapi melupakan nasib bangsa yang dijajahnya. Oleh alasannya yaitu itu, van Hoevell meminta lewat DPR Belanda biar nasib rakyat jajahan diperbaiki. Hal itu dimaksudkan sebagai tindakan balas kecerdikan kepada rakyat jajahan. 

2) Mr. C. Th. van Deventer 
Mr. C. Th. van Deventer yaitu pemimpin liberal yang populer sebagai penulis dalam majalah De Gids dengan judul Een Eereschuld (Utang Budi). Van Deventer mengecam politik keuangan Belanda yang tidak memisahkan keuangan negeri induk dengan keuangan negeri jajahan. Van Deventer membuktikan bahwa Negeri Belanda sudah memperoleh tunjangan berjuta-juta gulden dari hasil pengerukan kekayaan alam tanah jajahan. Hal demikian itu ialah suatu piutang yang amat besar bagi Negeri Belanda pada tanah jajahan. Oleh alasannya yaitu itu, utang itu harus dikembalikan kepada rakyat tanah jajahan dengan cara sebagai diberikut: 

a) meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat; 
b) meentengkan beban hidup dan penderitaan rakyat jajahan;i 
c) memajukan pendidikan rakyat jajahan; 
d) menghilangkan faktor-faktor penghambat kemajuan. 

Untuk keperluan itu, van Deventer menyusun aktivitas yang perlu dilaksanakan di tanah jajahan dalam rangka membalas kecerdikan kebaikan rakyatnya. Tekniknya dengan memmenolong meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan rakyit jajahan. Program peningkatan kesejahteraan dan balas kecerdikan tersebut disebut Trias Politika van Deventer. Program tersebut meliputi hal sebagai diberikut: 

a) irigasi (pengairan); 

b) emigrasi (pemindahan penduduk); 

c) edukasi (pendidikan). 

Trias Politika van Deventer disebut juga Politik Balas Budi atau Politik Etis. Program van Deventer didasarkan pada pertimbangan kemanusiaan, agama, sosial demokrasi, dan etika. Gagasan van Deventer yang sudah disetujui DPR Belanda itu kesudahannya dilaksanakan di tanah jajahan. 

b. Pengaruh Politik Etis terhadap Perkembangan Pendidikan 
Sampai selesai era ke-19, perhatian pemerintah Belanda terhadap kemajuan pendidikan rakyat jajahan sangat kurang. Sebenarnya pada tahun 1848, pemerintah kolonial Belancla sudah mendirikan beberapa sekolah. Akan tetapi, sekolah itu khusus untuk mendidik calon pegawai rendah yang akan dipekerjakan di perkebunan milik pemerintah kolonial. Pada masa pelaksanaan ekonomi liberal, sekolah didirikan dengan tujuan sama. Pada tahun 1851, didirikan sekolah dokter Jawa yang bersama-sama ialah sekolah untuk mendidik mantri cacar atau kolera. Dasar pertimbangan pendirian sekolah dokter tersebut yaitu alasannya yaitu kedua penyakit itu sering mewabah di beberapa daerah. Sekolah itu kemudian menjelma STOVIA (School Tot Opleiding voor Inlandsche Artsen) atau sekolah dokter pribumi. 

Pelaksanaan Politik Etis di tanah jajahan memdiberi imbas besar bagi perkembangan pendidikan. Pendirian sekolah-sekolah pada masa kolonial diwarnai dengan diskriminasi ras. Sekolah Kelas Satu diperuntukkan spesialuntuk bagi belum dewasa pegawai negeri, anak bangsawan, dan belum dewasa orang kaya. Sekolah Kelas Satu spesialuntuk terdapat di ibu kota kabupaten, karesidenan, atau di kota-kota sentra perdagangan dan kerajaan. Sekolah Kelas Dua diperuntukkan bagi belum dewasa pribumi lapisan bawah. Untuk belum dewasa Eropa, didirikan sekolah khusus yang disebut ELS (Europese Lagere School). Pada awal era ke-20, Sistem Sekolah Desa (Volkschool) diperkenalkan kepada masyarakat dengan usang pendidikan tiga tahun. Murid yang pandai sanggup melanjutkan pada sekolah lanjutan atau Vervolgschool. 

Secara berangsur-angsur sistem itu menggantikan kedudukan Sekolah Kelas Dua sebagai forum pendidikan terpenting bagi rakyat pada umumnya. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan belum dewasa bangsawan, didirikan HIS (Hollandsche Inlandsche School setingkat sekolah dasar). Mereka yang pandai dan bisa sanggup melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs setingkat SMP) dan ke AMS (Algemene Middelbare School, setingkat SMA). Selain itu, ada juga jenis sekolah yang disebut HBS (Hogere Burger School setingkat SMA) bagi belum dewasa golongan atas dengan masa pendidikan lima tahun. Untuk mendidik calon pamongpraja didirikan sekolah OSVIA (Opleiding School voor Inlandische Ambtenaren) di tiga kota, yaitu Bandung, Magelang, dan Probolinggo. Sekolah guru ada juga di tiga kota, yaitu Bandung, Yogyakarta, dan Probolinggo. Beberapa sekolah tinggi tinggi juga sudah didirikan, seperti 

1) Sekolah Tinggi Hukum (Rechtsh Hogeschool) di Batavia tahun 1924, kini menjadi Fakultas Hukum UI; 

2) Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hoogeshool/ STOVIA) di Batavia, kini menjadi Fakultas Kedokteran UI; 

3) Sekolah Tinggi Pertanian (Landbouw Hoogeschool) di Bogor, kini menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB); 

4) Sekolah Tinggi Teknik (Technische Hoogeschool) di Bandung tahun 1920, kini menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). 

 Sistem Tanam Paksa dan Politik Liberal sudah memdiberi laba yang berlimpah kepada Neg Pendidikan Barat dan Munculnya Nasionalisme Indonesia

Pada masa kolonial juga berdiri sekolah swasta. Sekolah swasta, contohnya Taman Siswa, Kesatrian Institut, Perguru,an Rakyat (Batavia), dan INS Kayutanam (Sumatera Barat). Sekolah swasta menurut agama, contohnya sekolah yang didirikan oleh Sarekat Islam, Muhammadiyah, dan sekolah-sekolah agama di Sumatera Barat. Selain itu, ada sekolah swasta asing. Sekolah swasta aneh umumnya didirikan oleh misi (Katolik) dan zending (Kristen). Sekolah swasta pribumi pada umumnya bersikap nasionalis. Sekolah-sekolah modern yang berdiri pada masa kolonial menerapkan metode pendidikan Barat. Pada sekolah-sekolah mo-dem diajarkan banyak sekali bahasa asing. Melalui penguasaan bahasa asing, para siswa sanggup membaca banyak sekali buku terbitan aneh sehingga wawasannya bertambah luas. Mereka mengetahui ide-ide yang berkembang di Barat,sperti demokrasi,libralisasi, nasionalisme, kemerdekaan, komunisme, dan sosialisme.

melaluiataubersamaini mengetahui perkembangan yang terjadi di Negara-negara Barat, para sisawa mulai membandingkan keadaan tanah airnya dengan bangsa-bangsa Barat.Dari perbandingan itu,timbul kesadaran betapa terbelakangnya bangsa mereka.Dari kesadaran itu, muncul tujuan untuk mencapai kemajuan sebagai syarat menuju pembebasan bangsa dari penindasan kolonial.

Daftar Pustaka : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Post a Comment for "Pendidikan Barat Dan Munculnya Nasionalisme Indonesia"