Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Revolusi Hijau Dalam Upaya Insan Membuatkan Sumber Daya Hayati

Revolusi Hijau Dalam Upaya Manusia Mengembangkan Sumber Daya Hayati


Para hebat beropini bahwa untuk meningkatkan produksi pangan sanggup dicapai melalui peningkatan hasil pertanian dengan memperkenalkan tumbuhan yang selurulmya barn ke suatu daerah, memperbaiki hasil melalui penerapan pupuk, peningkatan irigasi, derma yang lebih baik terhadap hama dan penyakit tanaman, atau pengenalan varietas tanamanjenis unggul.

Metode-metode menyerupai ini ternyata meningkatkan hasil yang cukup tinggi terhadap lahan pertanian. INI yang disebut dengan revolusi hijau (green revolution). Jadi, revolusi hijau sanggup diartikan sebagai perjuangan pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan sebagai sumber karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan vitamin. Terutama yaitu serealia yang menjadi masakan pokok penduduk dunia, menyerupai padi, gandum, jagung, dan sorgum.



Sejarah Revolusi Hijau

Revolusi hijau terbagi dalam empat tahap, yaitu sebagai diberikut.
  1. Revolusi hijau tahap pertama terjadi antara tahun 1500-1800 saat kebanyakan hasil pertanian, menyerupai gandum, padi, jagung, dan kentang disebar ke seluruh dunia.
  2. Revolusi hijau tahap kedua terjadi antara tahun 1850-1950 di Eropa dan Amerika Utara. Revolusi ini terutama didasarkan pada penerapan hukum-hukum ilmiah terhadap hasil pertanian dan binatang melalui penerapan pupuk, irigasi, serta pengendalian hama dan penyakit secara luas dan terkendali.
  3. Revolusi hijau tahap ketiga terjadi di negara-negara maju semenjak Perang Dunia II. Revolusi ini dilakukan terutama melalui seleksi dan persilangan varietas tumbuhan unggul serta lebih resistan terhadap penyakit.
  4. Revolusi hijau tahàp keempat terjadi dan sudah tersebar luas pada masa sekarang. Tahap mi bukan hal barn melainkan kombinasi dan revolusi hijau tahap kedua dan ketiga yang terutama ditujukan pada negara-negara berkembang.
Revolusi hijau pertama kali disponsori oleh Ford and Rockefeller Foundations untuk mencari banyak sekali varietas tumbuhan penghasil biji-bijian, terutama padi dan gandum yang berproduksi tinggi dan mencakup beberapa aspek skala besar.

Di Meksiko pada tahun 1950, International Maize and Wheat Improvement Centre (IMWIC) melaksanakan penelitian wacana gandum. Sepuluh tahun kemudian, IMWIC berhasil melepas gandum varietas unggul. International Rice Research Institute (IRRI) di Filipina mendapat padi varietas unggul yang kemudian diperkenalkan pada para petani pada tahun 1966. Di India terdapat International Crops Research Institute for Semiarid Tropics (ICRISAT) yang menghasilkan varietas padi berdaya hasil tinggi. Varietas padi tersebut sudah ditanam petani lebih dan 50 % total areal dan menghasilkan kenaikan produksi 75%. Untuk memmenolong pusat-pusat penelitian di negara-negara seluruh dunia dibentuklah Consultative Group for International Agriculture Research (CGIAR) pada tahun 1970.

Di Indonesia, penelitian tumbuhan padi dilakukan di balai penelitian yang berpusat di Bogor. Usaha-saha untuk penyediaan pangan dikerjakan secara intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Kombinasi antara intensifikasi dan ekstensifikasi yaitu cara paling sempurna untuk meningkatkan produksi pertanian yang berlipat ganda. Intensifikasi yaitu peningkatan produksi pertanian melalui perbaikan cara bercocok tanam yang dilaksanakan di tempat berlahan sempit, sedangkan ekstensifikasi yaitu peningkatan produksi pertanian melalui ekspansi lahan pertanian yang dilaksanakan di tempat lahan kosong yang belum diolah.

Ekstensifikasi pertanian dilakukan bila memungkinkan dan terutama di tempat yang tanahnya masih luas, contohnya di luar Pulau Jawa. Ini mengingat bahwa sudah banyak tanah yang dipergunakan untuk kepentingan lain, contohnya untuk permukiman dan industri.

Balai penelitian pertanian ialah forum yang bertugas antara lain sebagai diberikut.
  • Meningkatkan penerapan sumber alam (energi matahari) dan pupuk (sintetis) seefektif dan seefisien mungkin.
  • Meningkatkan pemahaman dalam memakai prinsip-prinsip fotosintesis, penyerapan air, dan unsur hara.
  • Meningkatkan mutu varietas tumbuhan yang mempunyai sifat-sifat unggul.
Tanaman varietas unggul akan berhasil disebarluaskan apabila mempunyai pembiasaan geografis yang luas, responsif terhadap pemupukan, responsif terhadap pengairan, serta resistan terhadap hama dan penyakit.

Tanaman varietas unggul juga hams mempunyai sifat-sifat yang bekerjasama dengan kelancaran fotosintesisnya. Adapun sifat-sifat tersebut, antara lain sebagai diberikut.
  1. Daun hams bisa mengabsorpsi sinar matahari yang berkhasiat bagi kelangsungan fotosintesis secara optimum.
  2. Kedudukan daun (filotaksis) tidak saling menaungi dan mempunyai posisi yang sesuai dengan arah hadirnya sinar.
  3. Penguapan yang terjadi pada daun hams seimbang dengan jumlah air yang tersedia.
Sinar matahari yang berperan pada proses fotosifitesis mempunyai panjang gelombang antara 390-760 mji, yaitu sinar yang sanggup dilihat mata pada pagi han hingga dengan sore han. Selain itu, temperatur juga akan mempengaruhi fotosintesis.

Melalui usaha-usaha pada revolusi hijau, ternyata produksi pangan atau masakan pokok meningkat. Namun, dan sisi lain terjadi penurunan produksi dan kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan. Oleh alasannya itu, revolusi hijau selanjutnya tidak spesialuntuk diarahkan pada peningkatan produksi serealia saja, tetapi juga pada kacang-kacangan menyerupai buncis, kacang

Usaha peningkatan produksi pangan melalui bidang pertanian di Indonesia membawa hasil yang sanggup dibanggakan. Akan tetapi, juga sanggup menimbulkan dampak negatif dengan terganggunya keseimbangan lingkungan sebagai akhir penerapan pupuk dan pestisida yang berlebihan. Selain itu, juga menimbulkan berkiirangnya keseimbangan genetik sebagai akhir pembudidayaan intensif terhadap varietas-varietas unggul saja. Hal tersebut berbahaya alasannya sanggup menimbulkan menurunnya sumber gen (plasma nutfah).
Sumber Pustaka: Yudhistira

Post a Comment for "Revolusi Hijau Dalam Upaya Insan Membuatkan Sumber Daya Hayati"