Definisi Pengertian Tenggang Rasa

Tenggang rasa yakni perilaku menghargai dan menghormati perasaan orang lain serta sanggup menenipatkan diri pada situasi yang dialami orang lain sehingga sanggup ikut merasakannya. Dalam menghayati dan mengamalkan nilai keagamaan diharapkan perilaku empati untuk mewujudkan dan berbagi perilaku hormat menghormati dan kolaborasi antarpemeluk agama yang tidak sama-beda.

Wujud perilaku empati ini, antara lain, sanggup berupa pengendalian diri untuk tidak mencela agama atau pemeluk agama lain. Kita hendaknya memdiberi peluang kepada orang lain untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.

Sebaliknya, apabila suatu waktu kita yang menjalankan ibadah, orang yang beragama lain tidak mengganggu jalannya ibadah kita. Ini yakni salah satu bentuk empati dalam kehidupan beragama. Bangsa Indonesia yang berkepribadian Pancasila terdiri atas banyak sekali suku, susila istiadat, bahasa, dan agama. 

Perbedaan itu tidak menjadi penghalang terwujudnya persatuan. Mengapa hal ini sanggup terwujud? Jawabnya, yakni alasannya yakni adanya perilaku empati demi kesatuan dan persatuan bangsa. Kita mungkin tidak sama suku dan adat-istiadat dengan orang lain. Namun dalam kita menjalin perteman dekatan masih tetap sanggup akrab. Hal ini sanggup terwujud alasannya yakni hal-hal diberikut.

• Pertama, hormatilah suku atau adat-istiadat orang lain, tidakboleh merendahkannya.

• Kedua, terimalah perbedaan itu sebagai suatu ha yang memperkaya pengetahuan kita, makin banyak kita bergaul dengan orang lain yang tidak sama suku atau adat, makin banyak juga pengetahuan yang kita peroleh, misalnya, mengetahui kebiasaanakebiasaannya, tutur sapanya, bahasanya, dan lain-lainnya.

• Ketiga, cendekia rnenempatkan diri dalam menghadapi perbedaan itu. Misalnya, kita diundang makan di rumah mitra ikutilah caranya. 

Mungkin dengan cara duduk di lantai di atas tikar, atau duduk bersila. Ikutilah cara mitra yang mengundang itu dan ungkapkan rasa bahagia kita, selama hal tersebut tidak berten-tangan dengan nilai dasar Pancasila. Sebagai umat beragama, kita juga perlu mempunyai empati dalam menjalankan perintah agama masing-masing.

Jangan menghina agarna orang lain, tidakboleh pula mengejek caranya menjalankan ibadah agama lain alasannya yakni setiap agama mempunyai cara sendiri dalam diberibadah. Sikap yang perlu dihindari dalam pergaulan masyarakat, bangsa, dan negara ialah perilaku fanatik sempit, yaitu merasa diri paling benar dalam beragama, sedangkan orang lain dianggap tiruana salah.

Sikap ibarat ini tentu berakibat jelek dalam pergaulan dan perteman dekatan lebih tidak baik lagi ialah perilaku eksiclusivisme, yaitu perilaku memisahkan diri dari kehidupan sosial bersama alasannya yakni perbedaan agama atau perbedaan paham, atau membuat kelompok sendiri tanpa mau bekerjasama dengan kelompok lain.

Jelas cara-cara dan perilaku ibarat itu tidak mengandung perilaku tenggang rasa. Perpecahan dalam keluarga, dalam masyarakat dan bangsa, sering berawal dari tidak adanya perilaku empati ini. Hal ini sangat merugikan pelatihan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara.

Sumber: Tim Penyusun Naskah PPKN

Share :