Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Peran Manifesto Politik Dalam Proses Pembentukan Identitas Kebangsaan Indonesia

Pada tahun 1920 an, di Negeri Belanda kehadiran generasi gres mahasiswa dari Hindia (Indonesia) menyerupai Moh. Hatta, Ali Sastroamijoyo, Budiarto, Iwa Kusumasumantri, dan Ishak. Generasi gres tersebut mempunyai kesadaran politik lebih tinggi daripada generasi sebelumnya. Di antara mereka banyak yang sudah aktif dalam organisasi cowok dikala berada di Tanah Air. Kehadiran mereka membawa perubahan terhadap Indische Vereeniging. Pada tahun 1922, nama Indische Vereeniging bermetamorfosis Indonesische Vereeniging. 

Pada tahun 1923, Indonesische Vereeniging di bawah pimpinan lwa Kusuma-sumantri mengeluarkan keterangan asas yang sanggup dianggap sebagai manifesto politik (pernyataan terbuka wacana suatu kelompok). Keterangan asas tahun 1923 sebut bahwa "masa depan rakyat bunziputra semata-mata dan spesialuntuk terletak pada bentuk pemerintahan yang bertanggung balasan kepada rakyat dalam arti yang bahwasanya lantaran spesialuntuk bentuk pemerintahan semacam itulah yang sanggup diterima oleh rakyat. Bentuk pemerintahan semacam itu harus dituju oleh tiap-tiap orang Indonesia berdasarkan kecepatannya dengan kekuatan dan kemampuan diri sendiri, bebas dari menolongan asing. Tiap-tiap perpecahan tenaga-tenaga Indonesia dalam bentuk apa pun diperihal sekeras-kerasnya lantaran spesialuntuk persatuan tenaga-tenaga putra Indonesia sanggup mencapai tujuan bersama itu." Keterangan asas organisasi pada tahun 1923 itu dipertegas lagi oleh pengurus gres di bawah pimpinan Nazir Datuk Pamuncak pada tahun 1924. Dalam keterangan asas pada tahun 1924 ditetapkan hal-hal sebagai diberikut. 

a. Hanya suatu Indonesia yang bersatu dengan menyingkirkan perbedaan golongan sanggup mematahkan kekuasaan penjajahan.

b. Tujuan bersama, yakni kemerdekaan Indonesia menghendaki adanya agresi massa nasional yang insaf dan berdasar pada tenaga sendiri. 

c. Melihat dua macam penjajahan, yaitu politik dan ekonomi, agresi itu ada1ah suatu persediaan bagi kemerdekaan politik dan satu perilaku menentang kapitalis absurd yang menyedot kekayaan Indonesia. Nazir Datuk Pamuncak menegaskan bahwa politik nonkooperasi ialah sendi usaha rakyat bumiputra. Kerja sama dengan pihak penjajah untuk mencapai impian kemerdekaan tidak lain ialah menipu diri sendiri. Kerja sama spesialuntuk mungkin antara dua golongan yang sama hak dan kewajibannya serta sama pula kepentingannya. 


Pada tahun 1925, Indonesische Vereeniging bermetamorfosis Perhimpunan Indonesia. Nama Indonesia diperkenalkan dan dimasyarakatkan sebagai pilihan menggantikan nama Hindia. Hal itu disebabkan nama Hindia sudah banyak dipakai sehingga tidak memperlihatkan identitas kebangsaan yang terang dan tegas. Nama Indonesia mempersembahkan ciri yang khas. Identitas kebangsaan tercermin dalam nama Indonesia itu. 

Pada tahun 1925, keterangan asas Perhimpunan Indonesia dipertegas lagi oleh pengurus di bawah pimpinan Sukiman Wiryosanjoyo. Keterangan asas Perhimpunan Indonesia pada tahun 1925 lebih berani dibandingkan tahun sebelumnya.

Daftar Pustaka : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Post a Comment for "Peran Manifesto Politik Dalam Proses Pembentukan Identitas Kebangsaan Indonesia"