Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Absolutisme Di Perancis Pada Masa Revolusi

Absolutisme Di Perancis Pada Masa Revolusi



Pembentukan kekuasaan adikara di Perancis dipelopori oleh Perdana Menteri Cardinal Richelieu (1642-1643). Kekuasaan adikara di Perancis berlanjut pada masa Perdana Menteri Jules Cardinal Mazarin (1643-1661) dan pada masa pemerintahan Raja Lodis XIII (1610-1643).

Di bidang ekonomi, Menteri Jean Baptiste Colbert (1662-1683) sangat besar jasanya dalam melakukan politik ekonomi merkantilisme. Sehingga pada masanya sering disebut dengan masa Colbertisme. Semua kewajiban perdagangan dan perekonomian diatur oleh pemerintah dengan tujuan untuk menerima laba dalam jumlah yang sangat besar. melaluiataubersamaini kekuatan perdagangan ini, kekuasaan raja semakin berpengaruh dan kokoh serta bisa membentuk militer dalam jumlah yang sangat besar pula. Oleh sebab itu raja-raja Louis berhasil memerintah dengan cara absolutisme. Pada masa kekuasaan Raja Louis XIV (1643-1715), kekuasaan absolutisme Perancis mencapai puncak kejayaannya. Terbukti dengan beberapa langkah yang ditempuh oleh Raja Louis XIV dalam masa pemerintahannya, di antaranya:


  1. Mematahkan benteng-benteng kaum Calvinist yang ialah negara-negara kecil di dalam lingkungan kerajaan Perancis.
  2. Menghapuskan kekuasaan kaum aristokrat feodal dan raja-raja vasal, sehingga mereka tinggal menjadi tuan-tuan tanah.
  3. Fungsi dan peranan Lembaga Perwakilan Rakyat dihapuskan pada masa pemerintahan Raja Louis XIII.
Pada masa pemerintahan Raja Louis XIV terungkap bahwa pembentukan kekuasaai absolutisme di Perancis ialah yang paling berhasil di seluruh wilayah Eropa Ciri-cirirnerintahan Raja Louis XIV yaitu sabagai diberikut
  1. memerintah tanpa undang-undang;
  2. memerintah tanpa Dewan Legislatif;
  3. memerintah tanpa kepastian hukum;
  4. memerintah tanpa anggaran belanja yang pasti;
  5. memerintah taripa dibatasi oleh kekuasaan apapun.
Raja Louis XIV populer dengan ucapannya “L’etat c’est moi” (negara yaitu aku), yang ialah suatu semboyan infinit yang melukiskan bagaimana seorang raja adikara paling berhasil di daerah Eropa pada ketika itu. Dalam hal ini Raja Louis XIV menempatkan dirinya sebagai seorang raja yang luar biasa dan sentra segala perhatian, dengan membangun kehidupan istana yang penuh dengan kemewahan sekaligus menawarkan bahwa kekuasaan diperoleh dan Tuhan (Le Droit Divin). Istananya yang berada di Versailles sering disebut dengan Istana Sang Surya (Le roi soleil). Keadaan ibarat ini menjadikan munculnya gerakan-gerakan yang menentang kedudukan raja. Gerakan-gerakan itu dipelopori oleh kaum masyarakat kota atau dan golongan ketiga (kaum borjuis). Masyarakat kota
ialah penentang utama terhadap perilaku dan pemerintahan Raja Louis. Golongan ini memiliki sifat-sifat sebagai diberikut:
  1. menjunjung tinggi asas persamaan;
  2. menjunjung tinggi kebebasan;
  3. penerapan nalar pikiran yang sehat dan serba perhitungan
  4. kehidupan masyarakat masyarakat kota yang bérsifat liberalisme
Tokoh-tokoh pembaharuan yang menentang kekuasaan absolutisme raja-raja Louis di antaranya:
  • John Locke (1632-1704) — seorang filsuf Inggris — yang menganjurkan adanya undang-undang (konstitusi) dalam suatu kerajaan dan beropini bahwa insan meiniliki hak-hak semenjak ia lahir ibarat hak kemerdekaan, hak hidup, hak memilih, hak untuk meiniliki dan sebagainya.
  • Montesquieu (1689-1755) — seorang filsuf berkebangsaan Perancis — Dalam bukunya L’Esprit des Lois (1748) (The Spirit of the laws) menyatakan bahwa suatu negara yang ideal yaitu yang kekuasaannya dibagi atas tiga kekuasaan yaitu legislatif (pembuat undang-undang), direktur (pelaksana undang-undang) dan yudikatzf (mengadili setiap pelanggar undang-undang). Ketiganya ini sering disebut dengan Trias Politica.
  • Jean Jacques Rousseau (1712-1778) — seorang filsuf Perancis — Dalam bukunya yang berjudul Du Contract Social (Peijanjian Masyarakat), Rousseau menyampaikan bahwa aiusia semenjak lahir yaitu sama dan merdeka. Oleh sebab itu, ia mehganjurkan sistem pemerintah Ekrasi atau kedaulatan rakyat dengan semboyan “dan rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.
Sumber Pustaka: Erlangga

Post a Comment for "Absolutisme Di Perancis Pada Masa Revolusi"