Mengenal Apa Itu Puasa Asyura
Puasa Asyura ialah amalan puasa di bulan Muharram yang dianjurkan, dimana puasa dilakukan pada 10 Muharram. Berpuasa di hari itu, sanggup menghapus dosa-dosa kita selama satu tahun yang lalu. Sementara para ulama setuju bahwa aturan puasa di hari ini yakni sunnah atau tidak wajib.
Daftar Isi
1. Sejarah Puasa Asyura Dilaksanakan
2. Sebagai Motivasi Menjalankan Puasa
Fase pertama: Nabi Muhammad ﷺ melakukan puasa bulan Muharram dikala berada di Makkah, namun dia tidak memdiberi perintah kepada yang lain untuk berpuasa.
Aisyah Radhiyallahu ’Anha memberikan bahwa di zaman jahiliyah lampau, orang Quraisy juga sanggup ikut berpuasa. Ketika berada di Madinah, Nabi Muhammad ﷺ berpuasa dan memdiberi perintah kepada sahabat bersahabat untuk ikut melakukannya, namun setelah puasa Ramadhan diwajibkan dia meninggalkannya.
Baca Juga : Artikel Puasa
Fase kedua: ketika ada ahlul kitab yang melaksanakan puasa Asyura, Nabi Muhammad ﷺ memuliakan hari tersebut. Pada dikala itu Nabi ikut berpuasa dan memdiberi perintah kepada sahabat dekat-teman dekatnya untuk ikut berpuasa, maka dikala itu terus ditekankan perintahnya, hingga jadinya para sahabat bersahabat meminta anak-anaknya untuk ikut berpuasa.
Ibnu Abbas Radhiyallahu ’Anhuma menyampaikan dikala Rasulullah ﷺ berada di Madinah melihat orang Yahudi puasa Asyura. Bagi kaum Yahudi hari itu ialah hari yang mulia, dimana Allah SWT menyelamatkan Musa dan Kaumnya, serta dikala itu juga Firaun dan kaumnya ditenggelamkan. Musa melaksanakan puasa sebagai rasa syukur, oleh lantaran itu kaum Yahudi juga ikut berpuasa.
Fase ketiga: Pada dikala diwajibkan puasa Ramadhan, Nabi tidak memdiberi perintah kepada sahabat bersahabat untuk melaksanakan puasa Asyura. Dia berkata, siapa yang ingin berpuasa silahkan jika tidak ingin berpuasa juga silahkan. Hal ini di dukung oleh hadis Anha.
Ibnu Umar Radhiyallahu’ Anhuma menyampaikan bahwasanya puasa Asyura sudah biasa bagi kaum jahiliyah, bahkan Rasulullah ﷺ juga ikut berpuasa sebelum puasa Ramadhan diwajibkan, begitu juga dengan umat Islam di masa itu.
Sesudah puasa Ramadhan diwajibkan, Rasulullah ﷺ menyampaikan, bahwa hari Asyura yakni hari-harinya Allah SWT. Makara bagi mereka yang ingin berpuasa silahkan dan bagi yang tidak ingin berpuasa juga silahkan.
Fase keempat: Nabi Muhammad ﷺ bertekad, bahwa di tamat usianya tidak ingin melaksanakan puasa Asyura sendirian, namun di ikut sertakan beberapa puasa di hari lainnya. Hal ini ditujukan untuk menyelisihi puasa yang dilakukan oleh Yahudi dan Nasrani.
Pernyataan tersebut didukung oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma yang mengatakan, ketika Nabi Muhammad ﷺ melakukan puasa Asyura dan memdiberi perintah maka terjadilah dialog. Salah satu sahabat bersahabat menyampaikan bahwa hari tersebut yakni hari besar kaum Yahudi, Nabi menjawaban, jika hingga ditahun depan umat Islam juga akan berpuasa, namun belum hingga tahun depan Nabi lebih lampau wafat.
Ayat yang tertera diatas hadir kepada orang yang berpuasa, dimana orang yang meninggalkan minum, makan dan syahwatnya untuk berpuasa lantaran Allah SWT, maka akan menerima makan dan minum yang lebih baik, serta pasangan yang awet dikala di surga, itulah tanggapan bagi mereka yang berpuasa.
Daftar Isi
1. Sejarah Puasa Asyura Dilaksanakan
2. Sebagai Motivasi Menjalankan Puasa
Sejarah Puasa Asyura Dilaksanakan
Ada beberapa fase sejarah pelaksanaan puasa Asyuro. Dalam uraian kali ini akan kami bagi dalam empat fase. Berikut uraian lengkapnya:Fase pertama: Nabi Muhammad ﷺ melakukan puasa bulan Muharram dikala berada di Makkah, namun dia tidak memdiberi perintah kepada yang lain untuk berpuasa.
Aisyah Radhiyallahu ’Anha memberikan bahwa di zaman jahiliyah lampau, orang Quraisy juga sanggup ikut berpuasa. Ketika berada di Madinah, Nabi Muhammad ﷺ berpuasa dan memdiberi perintah kepada sahabat bersahabat untuk ikut melakukannya, namun setelah puasa Ramadhan diwajibkan dia meninggalkannya.
Baca Juga : Artikel Puasa
Fase kedua: ketika ada ahlul kitab yang melaksanakan puasa Asyura, Nabi Muhammad ﷺ memuliakan hari tersebut. Pada dikala itu Nabi ikut berpuasa dan memdiberi perintah kepada sahabat dekat-teman dekatnya untuk ikut berpuasa, maka dikala itu terus ditekankan perintahnya, hingga jadinya para sahabat bersahabat meminta anak-anaknya untuk ikut berpuasa.
Ibnu Abbas Radhiyallahu ’Anhuma menyampaikan dikala Rasulullah ﷺ berada di Madinah melihat orang Yahudi puasa Asyura. Bagi kaum Yahudi hari itu ialah hari yang mulia, dimana Allah SWT menyelamatkan Musa dan Kaumnya, serta dikala itu juga Firaun dan kaumnya ditenggelamkan. Musa melaksanakan puasa sebagai rasa syukur, oleh lantaran itu kaum Yahudi juga ikut berpuasa.
Fase ketiga: Pada dikala diwajibkan puasa Ramadhan, Nabi tidak memdiberi perintah kepada sahabat bersahabat untuk melaksanakan puasa Asyura. Dia berkata, siapa yang ingin berpuasa silahkan jika tidak ingin berpuasa juga silahkan. Hal ini di dukung oleh hadis Anha.
Ibnu Umar Radhiyallahu’ Anhuma menyampaikan bahwasanya puasa Asyura sudah biasa bagi kaum jahiliyah, bahkan Rasulullah ﷺ juga ikut berpuasa sebelum puasa Ramadhan diwajibkan, begitu juga dengan umat Islam di masa itu.
Sesudah puasa Ramadhan diwajibkan, Rasulullah ﷺ menyampaikan, bahwa hari Asyura yakni hari-harinya Allah SWT. Makara bagi mereka yang ingin berpuasa silahkan dan bagi yang tidak ingin berpuasa juga silahkan.
Fase keempat: Nabi Muhammad ﷺ bertekad, bahwa di tamat usianya tidak ingin melaksanakan puasa Asyura sendirian, namun di ikut sertakan beberapa puasa di hari lainnya. Hal ini ditujukan untuk menyelisihi puasa yang dilakukan oleh Yahudi dan Nasrani.
Pernyataan tersebut didukung oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma yang mengatakan, ketika Nabi Muhammad ﷺ melakukan puasa Asyura dan memdiberi perintah maka terjadilah dialog. Salah satu sahabat bersahabat menyampaikan bahwa hari tersebut yakni hari besar kaum Yahudi, Nabi menjawaban, jika hingga ditahun depan umat Islam juga akan berpuasa, namun belum hingga tahun depan Nabi lebih lampau wafat.
Sebagai Motivasi Menjalankan Puasa
Ayat diberikut agar sanggup mendorong kita untuk menjalankan puasa Asyura, yaitu QS. Al Haqqah: 24, Yang artinya menyerupai yang diberikut ini “(kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang sudah engkau kerjakan pada hari-hari yang sudah lalu”.Ayat yang tertera diatas hadir kepada orang yang berpuasa, dimana orang yang meninggalkan minum, makan dan syahwatnya untuk berpuasa lantaran Allah SWT, maka akan menerima makan dan minum yang lebih baik, serta pasangan yang awet dikala di surga, itulah tanggapan bagi mereka yang berpuasa.
Demikian artikel Mengenal Apa Itu Puasa Asyura yang agar bermanfaa. Terimakasih.
Post a Comment for "Mengenal Apa Itu Puasa Asyura"