Partai Indonesia Pada Perkembangan Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia
Partai Indonesia Pada Perkembangan Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia
Adanya seruan naik banding yang diumumkan oleh Dewan Hakim tanggal 17 April 1931 berarti PNI membubarkan diri walaupun pemerintah secara tidak pribadi menyatakan bahwa PNI sebagai partai terlarang dan membubarkarinya tetapi terang bahwa ia akan menghadapi kesusahan bagi eksistensinya. Sartono segera mengorganisasikan kongres luar biasa dan jadinya membentuk panitia pendiri partai gres yang terdiri dan Sartono, Manadi, Sukeini, Suwiryo, dan Angron Sudiio. Oleh alasannya ialah itu pada tanggal 1 Mei 1931 diumumkan pendirian Partindo di bawah pimpinan Sartono. Partindo ialah kelanjutan dan PNI yang sudah dibubarkan dan Sartono mengharapkan biar anggota PNI masuk kembali dalam Partindo.
Tujuan Partindo ialah untuk mencapai satu Negara Republik Indonesia Merdeka dan kemerdekaan akan tercapai jikalau ada persatuan seluruh bangsa Indonesia. Konsep sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi dan Ir. Soekarno diterima sebagai keinginan yang akan dituju oleh Partindo. Realisasi usaha Partindo tetap dengan cara nonkooperatif.
Partindo menyelenggarakan kongresnya pada tanggal 15-17 Mei 1932 di Jakarta. Ir. Soekarno belum menjadi anggota partai, tetapi ia mempersembahkan pidato singkat di dalam kongres dan muncul slogan-slogan menyerupai “Indonesia Merdeka Sekarang”, “Imperialisme”, “Menen tang Kebangsaan “, “Asas-asas Partai Indonesia Menentukan Nasib Sendiri”, “Persatuan Indonesia”, dan “Kerakyatan dan Kebangsaan “. Walaupun Sartono juga salah seorang mantan peinimpin PNI yang menjadi sponsor berdirinya PPPKI, tetapi Sartono menolak untuk menggabungkan Partindo ke dalam PPPKJ. Ta ingin biar yang tergabung dalm PPPKJ spesialuntuk partai-partai nonkooperatif saja. Sartono selaku pucuk pimpinan Partindo menyampaikan dalam kongres itu bahwa Partindo adala}i partai politik yang menghendaki kemerdekaan
Indonesia yang didasarkan atas prinsip memilih nasib sendiri, kebangsaan, menolong din sendiri, dan demokrasi. Partindo dimaksudkan untuk seluruh lapisan masyarakat dan bukan spesialuntuk untuk lapisan tertentu, menyerupai organisasi Iainnya. Partindo menekankan usaha radikal dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan penuh.
Ir. Soekarno tidak berhasil mempersatukan dua organisasi yang tidak sama pendapat dan tidak sama prinsip usaha tersebut. Walaupun Partindo memiliki kelemahan, tetapi Soekarno meinilih masuk partai itu. Soekarno didiberi kelonggaran untuk melaksanakan agitasi dan menyebarkan aktivitas politiknya. Ta berupaya keras untuk menyatukan partainya yang sudah menjadi dua itu, namun tidak berhasil.
Sesudah Ir. Soekarno masuk Partindo, ia kemudian menjadi ketua cabang Bandung. Ta berusaha keras untuk mendapat anggota sebanyak-banyaknya dan. sangat penting baginya melaksanakan pembentukkan kekuatan massa. Mobilisasi massa ialah salah satu kekuatan yang bisa menghadapi kolonialisme. Aksi massa ialah tindakan impulsif dan massa yang tidak sanggup dihidupkan atau dimatikan oleh keinginan beberapa gelintir insan saja. Pada waktu ia meinimpin cabang Bandung, anggotanya gres mencapai 226 orang (Agustus 1932), tetapi pada bulan Juni 1933 anggotanya sudah mencapai 3762 orang. Anggota Partindo terus meningkat, hal ini berkaitan usaha Ir. Soekarno dan peinimpin-peinimpin lainnya dengan menyebabkan pidato sebagai alat propaganda di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di samping itu, Ir. Soekarno banyak menulis artikel-artikel di surat kabar.
Pada kongres Partindo bulan Juli 1933, Ir. Soekarno memperjelas konsep Marhaenisme. Pada dasarn5ra Marhaenisme menolak analisa kelas dan PNI Pendidikan dan lebih menyukai usaha membela rakyat kecil serta menekankan kebahagiaan, kesejahteraan, dan keadilan sosial untuk marhaen atau rakyat kecil yang berjumlah hampir 95 persennya. Jumlah Marhaenisme dijabarkan kembali menjadi 9 tesis yang intinya memiliki kandungan yang lebih luas dan mencakup beberapa aspek seluruh rakyat kecil yang memperjuangkan sosio-nasiona1ism dan sosio-demokrasi.
Pengawasan pemerintah terhadap Partindo semakin ketat, seakan-akan sebagai persiapan untuk bertindak lagi menyerupai apa yang dulu dijalankan terhadap PNT. Pada tahun 1933 dikeluarkan larangan bagi pegawai negeri untuk menjadi anggota Partindo. Puncak dan tindakan pemerintah ialah penangkapan Ir. Soekarno pada tanggal 1 Agustus 1933. Berdasarkan hak-hak istimewa dan Gubernur Jenderal de Jonge, Ir. Soekarno dimembuang ke Ende, Flores. Di samping itu hak bersidang makin dipersempit, maka atas tindakan pemerintah iti Partindo spesialuntuk sanggup membela din melalui tulisannya dalam surat kabar. Dalam sebuah goresan pena Sartono menyampaikan: selama pena kita masih berpucuk, kita akan tetap mendengungkan bunyi kita dan akan menentang segala hasu tan yang ditujukan kepada pergerakan kemerdekaan nasional.
Kita harus mempersatukan jiwanya mau pun kekuatannya.” Sejak penangkapan dan pemmembuangan kembali Ir. Soekarno, ruang gerak partai politik makin sempit. Partindo yang akan menyelenggarakan kongresnya tanggal 30-31 Desember 1934, dengan cepat dihentikan pemerintah. Untuk mengendorkan tekanan dan pemerintah terhadap Partindo organisasi itu keluar dan PPPKJ, tetapi ternyata pemerintah masih bertindak keras. Dan dalam sendiri, Partindo merasa terpukul dengan keluarnya Ir. Soekarno (Oktober 1933). Namun Partindo berjalan terus hingga tidak sanggup bergerak dan jadinya Partindo membubarkan din pada tanggal 18 Nopember 1936. Dan hal ini ialah babak gres bagi usaha nasional dalam menghadapi pemerintah kolonial.
Sumber Pustaka: Erlangga
Post a Comment for "Partai Indonesia Pada Perkembangan Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia"