Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Upacara Dalam Jejak Sejarah Indonesia

Pengertian Upacara Dalam Jejak Sejarah Indonesia



Sejak zaman prasejarah masyarakat Indonesia sudah mengenal banyak sekali upacara. Salah satu segi yang paling menonjol dalam masyarakat prasejarah ialah alam kehidupan sehabis mati. Mereka percaya bahwa roh setiap orang tidak lenyap sehabis mati alasannya ialah setiap roh mempunyai kelanjutan dalam wujud rohaniahnya.

Dan anggapan ini kemudian timbul gagasan untuk melaksanakan upacara-upacara ritual. Upacarau pacara itu bekerjasama dengan siklus kehidupan yang dimulai dan kelahiran, perkawinan, dan kematian. Sampai ketika ini, upacara-upacara yang bekerjasama dengan siklus kehidupan masih dilakukan oleh setiap suku bangsa di banyak sekali daerah.



Dan ketiga upacara sikius kehidupan itu yang paling menonjol dalam masyarakat prasejarah Indonesia ialah upacara ajal dan penguburan. Terutama bagi orang-orang tertentu atau terkemuka dalam masyarakat. Tempat upacara penguburan biasanya bekerjasama dengan tempat asal-usul anggota masyarakat. Tempat-tempat khusus itu dianggap sebagai tempat tinggal para arwah nenek movang sehingga biasanya dianggap sebagai tempat keramat. Tidak sembarang orang yang hadir ke tempat itu, juga tidak pada sembarang waktu.

Mereka yang mati dan akan dikubur, selalu disertai dengan hekal kuburnya, dengan maksud semoga perjalanan rohnya ke dunia arwah akan berlangsung dengan baik dan lancar. Bagi mereka yang berjauhan dengan tempat penguburan atau upacara, jenazah sanggup dikuburkan pada suatu tempat tertentu pula, dengan membaringkan jenazah itu menghadap ke tempat upacara utama. Tujuannya semoga roh atau arwah orang tersebut tidak tersesat dalam perjalanan menuju alam roh. Jadi, upacara-upacara itu diadakan menurut pada keyakinan atau dogma mereka. Mereka melaksanakan upacara untuk mencari kekerabatan dengan Yang Maha Gaib (Tuhan), dewa-dewa, atau makhluk mistik Iainnva. Selain itu, upacara-upacara tersebut juga untuk menghindarkan mereka dan musibah, memperoleh rezeki yang berlimpah, dan keselamatan. Sebagai pola ialah Upacara Larung Samudro. Upacara ini dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa yang mendiaini kawasan pantai pada setiap tanggal 1 Suro dalam kalender Jawa.

Upacara Larung Samudro dimaksudkan untuk memohon berkah dan keselamatan dan Nyai Loro Kidul sebagai penguasa Laut Selatan. Mereka percaya, bahwa dengan melaksanakan upacara itu akan memperoleh banvak rezeki dan terhindar dan malapetaka atau musibah.

Pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha, masyarakatnya meravakan han-han besar, baik yang bersifat kenegaraan maupun yang bersifat keagamaan. Upacara-upacara itu diadakan sebagai menandakan kebemasukan kerajaan dan pemersatu bagi daerah-daerah kekuasaan dengan kerajaan pusat.
Sumber Pustaka: Yudhistira

Post a Comment for "Pengertian Upacara Dalam Jejak Sejarah Indonesia"