Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tantangan Kurun Depan Bangsa Dalam Mobilitas Sosial

Tantangan Masa Depan Bangsa



Berdasarkan kenyataan-kenyataan ibarat ditampilkan di atas, muncul pertanyaan apakah kita akan melawan arus globalisasi itu atau ikut dalam arus itu sambil melaksanakan banyak sekali koreksi? Ada banyak sekali macam reaksi masyarakat sebagai respon mereka terhadap arus globalisasi dan modernisasi ini. Secara umum, banyak sekali reaksi tersebut sanggup kita simpulkan ibarat diberikut ini.



  • Robertson mencatat bahwa sebenarnva apa yang kita pilih dan hal- hal yang bersifat global spesialuntuklah apa-apa yang menvenangkan kita dan lalu mengubahnva sehingga hal tersebut menyesuaikan diri dan sesuai dengan budaya dan kebutuhan lokal ia menyebut ini sebagai “glokalisasi”, yaitu masvarakat lokal menangkap dampak global dan mengubahnya menjadi sesuatu yang cocok dan sanggup diterima oleh selera lokal. Sebagai contoh, industri film India dalam bentuk Bollywood menggabungkan ide-ide barat masa kini terkena hiburan dengan mitos Hindu, sejarah, dan budaya tradisional.
  • Kita sanggup mencampur unsur-unsur global untuk menghasilkan inovasi barn dan hasil penggabungan itu inisalnya, beberapa musik dunia mencampurkan beat tarian barat dengan gaya tradisional dan Afrika Utara dan Asia. Cohen dan Kennedy menyebut ini sebagai “Kreolisasi’.
  • Komunikasi global berarti bahwa kini susah bagi orang untuk tidak meinikirkan dengan sungguh-sungguh kejadian-kejadian di dunia atau mengakui bahwa kita hidup di tengah-tengah dunia yang bercirikan “risiko”. Ini sanggup mengakibatkan pelebaran identitas kita, terutama kalau kita meinilih untuk memenangkan sesuatu yang global berkenaan isu-isu semacam lingkungan hidup atau pengurangan pinjaman. Pilihan-pilihan semacam itu turut bertanggung tanggapan terhadap peningkatan gerakan anti globalisasi terutama di kalangan anak muda.
  • Pengetahuan kita tentang hal-hal global sanggup meninggikan kesadaran dan kesetiaan kita terhadap hal-hal lokal, sebagai pola semakin menguatnya rasa ke-Indonesiaan kita.
  • Beberapa kelompok religius dan etnik berusaha mencegah terjadinya globalisasi alasannya mereka mengartikan hal tersebut sebagai sebuah bentuk penjajihan barat dan sebagai suatu serangan terhadap kemurnian budaya dan agama kepercayaan mereka. Ada bukti bahwa peinikiran semacam ini mendasari tingkah laris umat Islam terhadap barat. Sementara itu, berkaitan dengan pendapat beberapa kalangan tentang globalisasi sebagai sebuah bentuk penjajahan budaya, para transformasionalis mempersembahkan Koreksi mereka dengan tiga pandangan diberikut.
  • Mereka (kalangan yang mengKoreksi globalisasi) membuat kesalahan dengan menganggap bahwa aliran budaya hanva satu dan berasal dan satu arab, dan dunia barat menuju negara-negara berkembang. Fokus ibarat ini tidak melihat bahwa kebudavaan barat pun bekerjsama diperkaya dengan adanva masukan dan budava dan agama dan negara lain.
  • Seolah-olah ada anggapan bahwa masvarakat di negara berkembang yaitu konsumen yang bodoh. Pada kenyataannva, keterlibatan mereka dalam budaya global mengakibatkan mereka meiniliki pilihan yang lebih beragam.
  • Pendapat tersebut merendahkan kekuatan budaya lokal. sepertiyang pengamatan Cohen dan Kennedy: “Pada waktu-waktu tertentu, orang-orang di Lagos atau Kuala Lumpur minum Coke, menggunakan jins Levi 501, dan mendengarkan lagu-lagu Madonna. Namun, hal itu tidak berarti bahwa mereka tengah meninggalkan tradisi, keluarga, pemikiran agama atau identitas nasional mereka, bahkan saat mereka bisa melakukannva. Namun kebanyakan tidak”.
Sumber Pustaka: ESIS

Post a Comment for "Tantangan Kurun Depan Bangsa Dalam Mobilitas Sosial"