Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori-Teori Mengenai Penyimpangan

Teori-Teori Mengenai Penyimpangan


Ada beberapa teori terkena penyimpangan sosial, di antaranya teori differential association, teori labeling, dan teori penyimpangan sosial jenjang makro.

Teori Differential Association (Edwin H. Sutherland)


Menurut teori ini, untuk menjadi penjahat sebelumnya seseorang harus mempelajari bagaimana caranya menjadi penjahat. Lebih lanjut Ia beranggapan bahwa pengajaran ini terjadi sebagai jawaban dan interaksi sosial seseorang dengan orang lain. Semakin tinggi intensitas interaksi dengan orang lain atau kelompok, maka semakin banyak sesuatu yang disenap dan dilaksanakan.



Teori Labeling (Edwin M. Lemert)


Menurut teori ini, seseorang menjadi penyimpang alasannya yakni proses labeling atau pemdiberian cap, julukan, etiket, merek, dan stigma yang didiberikan masyarakat kepadanya. Akibat dan stigma inilah seseorang merasa sudah dianggap buruk dan tidak dapat diterima oleh masyarakat sehingga tidak menghentikan perilakunya yang menyimpang, tetapi justru mengulangi sikap menyimpang.

Teori Penyimpangan Sosial Jenjang Makro (Robert K. Merton)


Menurut teori ini, struktur sosial tidak spesialuntuk menghasilkan sikap konformis atau tidak menyimpang, tetapi menghasilkan pula sikap menyimpang. Struktur sosial membuat keadaan yang menghasilkan pula sikap nonkonformitas atau menyimpang.

Merton mengidentifikasi empat tipe cara pembiasaan individu terhadap situasi tertentu, yaitu konformitas, inovasi, ritualisme, dan pemberontakan.
  1. Konformitas (conformity) yakni sikap mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat dan mengikuti cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapal tujuan tersebut.
  2. Inovasi (inovation) yakni sikap mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat, tetapi menggunakan cara yang dihentikan oleh masyarakat. misal, seorang mahasiswa ingin menjadi dosen, tetapi ia belum lulus sebetulnya menjadi sarjana. Kemudian risikonya ia menggandakan ijasah sarjananya untuk melamar jadi dosen.
  3. Ritualisme (ritualism) yakni sikap seseorang yang tidak mengikuti tujuan budaya, namun masih tetap berpegang pada cara-cara yang dipakai masyarakat. misal, seorang karyawan kelas menengah ke bawah tidak mau mengejar sukses alasannya yakni merasa sudah puas. Dia cakut akan mengalami kegagalan dan kekecewaan. Usaha meraih sukses pur risikonya spesialuntuk dipendam, tetapi cara-cara meraih sukses tetap diakai walaupun dengan sikap menahan din.
  4. Pemberontakan (rebellion). Hal ini terjadi dikala seseorang tidak lagi mengakui struktur sosial yang ada dan berupaya membuat suatu struktur sosial yang lain. Tujuan budaya yang ada dianggap sebagai penghalang bagi tujuan yang didambakan. misal, pemimpin politik yang dengan caranya sendiri berhasil memelopori penggulingan tatanan oirtik yang ada dan menerapkan tatanan politik baru.
Sumber Pustaka: Gguaca Exact

Post a Comment for "Teori-Teori Mengenai Penyimpangan"