Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Hadast, Macam Dan Lantaran Larangannya

A. Pengertian Hadast

Istilah Hadats berdasarkan pengertian Agama dalam rangka bersuci ialah: Suatu keadaan pada diri seseorang, yang jadinya orang yang bersangkutan diwajibkan bersuci, baik dengan berwudhu` maupun dengan mandi. Hadats yang mewajibkan bersuci dengan berwudhu disebut hadats-kecil dan yang mewajibkan bersuci dengan mandi wajib disebut hadats-besar.

Orang yang mengalami hadats-kecil disebut berhadats-kecil atau orang yang tiada memiliki wudhu', sedang orang yang mengalami hadats-besar disebut berhadats besar. Hadats besar ada dua macam, yakni:
1. Hadats junub yaitu lantaran bersetubuh atau ke luar mani (sperma).
2. Hadats haidh dan nifas. 

B. Sebab-sebab Larangannnya

1. Orang yang berhadats kecil atau tidak memiliki wudhu' dilarang:
  • Mengerjakan shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnat. Rasulu1lah bersabda: "Allah tidak mendapatkan shalat salah seorang dari engkau sehingga ia berwudhu". (Bukhori dan Muslim)
  • Thawaf, baik thawaf fardhu maupun thawaf sunnat. Sabda Rasulullah: Thawaf itu shalat, spesialuntuk Allah menghalalkan sewaktu thawaf berbicara, maka barangsi-apa berkata-kata hendaknya tidak berkata melainkan dengan perkataan yang baik. (Hadits riwayat Hakim)
  • Menyentuh, membawa atau mengangkat mashaf (Quran) kecuali jikalau keadaan memerlukan untuk menjaga biar tidakboleh hingga rusak. 

2. Orang yang berhadats junub, yakni orang yang tamat bersetubuh, atau ke luar mani (sperma) dan belum mandi dilarang: 

(1) Shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunat. 

(2) Thawaf, baik thawaf wajib maupun sunat. 

(3) Menyintuh atau membawa atau mengangkat mushaf atau Qur`an. 

(4) Membaca Al-Qur`an. Sabda Rasulullah: Tidak boleh bagi orang yang junub dan orang haidh membaca sesuatu daripada Al-Qur`an. (Hadits riwayat Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibn Majah). 

(5) Berdiam diri di mesjid, kecuali spesialuntuk lewat. Firman Allah dalam Qur`an: Jangan engkau kerjakan shalat saat engkau sedang junub, kecua1i melalui daerah shalat saja. (Q.S. Annisak: 43). 

Sabda Rasulullah: Saya tidak menghalalkan mesjid bagi orang yang sedang haidh dan juga tidak pula bagi orang yang junub. (Riwayat Abu Dawud). 

3.  Orang yang sedang haidh dilarang:
(1) Mengerjakan shalat, baik shalat wajib maupun shalat' surinat. Sabda Rasulullah: Apabila hadir haidh maka hendaklah engkau tinggalkan shalat atau nifas dan belum bersuci (Riwayat Bukhori).
(2) Mengerjakan thawaf, baik thawat tarunu maupun thawaf sunat.
(3) Menyintuh atau membawa Al-Qur`an.
(4) Membaca Al-Qur'an.
(5) Berdiam diri dalam mesjid.
(6) Berpuasa, baik puasa wajib maupun puasa sunnat. 

Wajib atas perempuan yang meninggalkan puasa lantaran haidh atau nifas, mengqadha puasa yang ditinggalkan-nya sewaktu haidh dan nifas. Adapun shalat yang diting-galkan sewaktu haidh dan nifas tidak usah diqadha. Sabda Rasulullah kepada beberapa perempuan: Adakah ti-dak benar apabila perempuan haidh itu tidak shalat dan tidak puasa? Jawab wanita-wanita yang hadir: Betul. Kata Rasulullah. Itulah belum sempurnanya agama peiempuan. (Riwayat Bukhori). 

Berkata Aisyah: Telah terjadi haidh pada kami di masa Rasulullah, maka kami disuruh mengqadha puasa dan tidak disuruh mengqadha shalat. (Riwayat jama`ah hebat hadits). 

Dilarang suami menthalak isterinya yang sedang haidh atau nifas. Ibnu Umar sudah mentalak isterinya yang sedang haidh, maka Umar menanyakan hal itu kepada Rasulullah, maka Rasulullah berkata kepada Umar: Suruhlah supaya anakmu meruju‘ isterinya itu, kemudian hendaklah ia tahan lampau hingga perempuan itu suci, kemudian ia haidh lagi, kemudian ia suci lagi, sehabis itu kalau ia menghendaki teruskan perkawinan itu dan itulah yang baik, dan jikalau ia menghendaki boleh ditalakkan sebelum dicampurinya. Demikian `iddah yang disuruh Allah yang boleh padanya perempuan ditalak, (Riwayat Bukhori dan Muslim). 

(8) Dilarang atas suami isteri bersetubuh diketika isteri sedang dalam haidh atau nifas, sehingga isterinya tersebut suci dari haidh atau nifas dan sehabis mandi. Firman Allah: Mereka bertanya kepadamu wacana darah haidh, katakanlah, bahwa darah itu kotoran, rnaka hindarilah isterinisteri-mu di waktu ia berhaidh dantidakbolehlah engkau mendekati mereka sehingga mereka suci. (Q.S. Al-Baciarah: 222). 

Para teman akrab bertanya kepada Rasulullah wacana keadaan orang-orang Yahudi yang jikalau isteri-isteri mereka sedang haidh tidak memdiberi makan dan tidak mau bercampur, apakah hal itu sesuai dengan aturan Islam, maka Rasulullah berkata: Berbuatlah sekehendakmu kecuali bersetubuh (Riwayat Muslim). 

 Istilah Hadats berdasarkan pengertian Agama dalam rangka bersuci yakni Pengertian Hadast, Macam dan Sebab Larangannya

C. Hal-Hal yang Perlu Di Perhatikan

Bersangkutan dengan darah yang ke luar dari wanita, baik yang yakni darah-haidh, nifas dan istihadhah serta rangkaian bersuci dengan mandi wajib dan sebagainya, maka oleh lantaran perkara ini sangat erat dengan amal ibadat yang pokok jalah shalat dan puasa serta erat sekali -hubungannya dengan hukum-hukum pergaulan antara suami isteri dan segala rangkaian perhubungan antara suami isteri, maka wajib atas tiruana perempuan yang beragama Islam dan berumah-tangga secara Islam dimana pergaulan suam isterinyapun secara Islam berhasillah training pergaulan keluarga secara Islam, mempelajari perkara mengeluarkn darah-haidh, nifas dan istihadhah ini dengan sebaik-baiknya, terutama untuk memisah-misahkan mana darah-haidh dan mana darah-penyakit, lantaran jikalau ke luar darah-penyakit berlaku baginya menyerupai dalam keadaan normal, sedang dalam keadaan haidh atau nifas padanya berlaku beberapa ketentuan aturan menyerupai tersebut di atas. Wajib atas suami yang sudah mempelajari soal darah ini mengajar isterinya wacana soal ini dan kalau suaminya belum tahu wajib atas perempuan sendiri mempelajarinya.

Baik suami maupun isteri, hendaknya selalu mengetahui dan saling memperingatkan satu sama lain, yakni sewaktu-waktu hadir darah-bulanan segera isteri memdiberitahukan kepada suaminya atau setiap suaminya akan mendekat hendaknya didiberitahu bahwa ia sedang hadir haidh, sehingga jikalau keduanya sudah mengetahui, saling menjaga diri tidakboleh sekali-kali mengerjakan persetubuhan selama hadir bulan sebelum suci dan bersuci, lantaran ini termasuk larangan Agama. 

Jika sudah tidak ke luar darah lagi hendaknya segera isteri mandi wajib dan melakukan kewajiban Agama dan tersedia untuk suaminya secara halal. 




Sumber Pustaka: PT. AL Ma'arif

Post a Comment for "Pengertian Hadast, Macam Dan Lantaran Larangannya"