Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Peradaban Lembah Sungai Kuning (Hwang-Ho)

Peradaban Lembah Sungai Kuning (Hwang-Ho)


Sejarah tertua di Cina dimulai dan muara Sungai Kuning (Hwang-Ho, kini berjulukan Huang He). Tetapi di Cina terdapat dua sungai besar, yaitu Sungai Hwang-Ho dan Yang Tse Kiang (sekarang berjulukan Chang Jiang). Pada daerah-daerah inilah pertama kalinya tumbuh kebudayaan Cina. Kenyataannya, kebudayaan Cina spesialuntuk tumbuh di kawasan lembah Sungai Hwang-H®. Tumbuh dan berkembangnya kebudayaan Cina di Lembah sungai Hwang-Ho didukung oleh beberapa faktor:
  1. Air Sungai Hwang-Ho membeku pada ekspresi dominan dingin, sehingga susah bagi masyarakat Cina melakukan aktifltas kehidupannya.
  2. Saat ekspresi dominan semi tiba, saiju-saiju mencair dan menyebabkan air bah serta menggenangi dataran rendah yang amat luas.
Keadaan ini ialah tantangan bagi bangsa Cina. Oleh alasannya itu, bangsa Cina membanting tulang untuk menjawaban tantangan itu, yaitu dengan mendinkan tanggul-tanggul raksasa di sepanjang sungai. melaluiataubersamaini demikian, Sungai Hwang-Ho yang sangat berbahaya itu kesudahannya sanggup dikuasai.



Letak Geografis

Sungai Kuning atau Hwang-Ho bersumber di kawasan Pepegununganan Kwen-Lun di Tibet. Sesudah melalui kawasan Pepegununganan Cina Utara, sungai panjang yang membawa lumpur kuning itu membentuk dataran rendah Cina dan bermuara di Teluk Tsii-Li di Laut Kuning. Sedang di dataran tinggi sebelah selatan mengalir Sungai Yang Tse Kiang yang berhulu di Pepegununganan Kwen Lun (Tibet) dan bermuara di Laut Cina Timur.

Pertanian

Di hilir kedua sungai tersebut terdapat dataran rendah Cina yang rindang, dan kedua sungai besar itu ialah urat nadi kehidupan bangsa Cina. Pada kawasan yang rindang itu masyarakat Cina hidup bercocok tanam ibarat menanam gandum, padi, teh, jagung, dan kedelai.

Pertanian Cina kuno sudah dikenal semenjak zaman Neolitikum, yakni sekitar tahun 5000 SM. Tanaman pangan utama yang mulai diusahakan yakni padi. Selain itu, diusahakan juga lahan buah-buahan, kacang-kacangan, sayur mayur, dan lain-lain. Pada zaman perunggu, lahan padi, teh, kacang kedelai, dan rami menjadi prioritas pokok dalam pertanian. Kemudian pada masa pemerintahan Dinasti Chin (221- 206 SM) terjadi kemajuan yang mencolok dalam sistem pertanian. Pada masa in pertanian sudah diusahakan secara intensif. Pupuk sudah dikenal untuk menyuburkan tanah. Kemudian, penggarapan lahan dilakukan secara teratur supaya kerindangan tanah sanggup bertahan. Irigasi sudah tertata dengan balk. Pada masa ini, lahan gandum sudah diusahakan secara luas.

Teknologi

Bumi Cina mengandung banyak sekali barang tambang ibarat kerikil bara, besi, timah, wolfram, emas dan tembaga. Barang-barang tambang itu sebagian besar terdapat di kawasan Yunan. Barang-barang tambang ini diolah untuk memenuhi kebutuhan kehidupan masyarakat, terutama perhiasan, perabotan rumah tangga, alat-alat senjata ibarat pisau, pedang, tombak, cangkul, sabit dan lain-lainnya. Pembuatan barang-barang tersebut dan diperdagangkan hingga jauh ke luar wilayah Cina mengatakan tingginya tingkat perkembangan teknologi masyarakat Cina pada masa itu.

Aksara dan Bahasa

Masyarakat Cina sudah mengenal tulisan, yaitu goresan pena gambar. Tulisan gambar itu ialah sebuah lambang dan apa yang hendak ditunjukkan. Tulisan itu ialah salah satu masukana komunikasi. Sedangkan bahasa yang dipakai masyarakat Cina di banyak sekali daerahnya tidak sama-beda, sehingga orang Cina dan suatu provinsi tidak sanggup berkomunikasi dengan orang Cina dan provinsi lain.

Walaupun demikian, mereka merasa sebangsa, alasannya kebudayaannya yang sama, goresan pena mereka pun juga sama. Untuk memupuk rasa persatuan dan rasa persaudaraan, pada permulaan masa ke 20 dikembangkan pemakaian bahasa persatuan, yaitu bahasa Kuo-Yu.

Astrononii

Masyarakat Cina kuno sudah mempunyai banyak andal yang mempelajari ilmu astronomi (ilmu perbintangan). Melalui ilmu perbintangan itu, muncul dan berkembang sistem penanggalan. Pengetahuan astronomi itu menjadi dasar segala aktifitas yang hendak dilakukan oleh masyarakat Cina ibarat dalam sistem pertanian, pelayaran, dan bahkan perjuangan untuk mengenal pergantian musim. Pengetahuan wacana perputaran ekspresi dominan juga penting, alasannya kawasan Cina mengenal empat musim.

Pemerintahan

Dalam perjalanan sejarahnya, ada dua macam sistem pemerintahan yang pernah dianut dalam kehidupan kenegaraan Cina kuno, yaitu:
  • Sistem Pemerintahan Feodal
Dalam sistem pemerintahan feodal, kaisar tidak menangani Iangsung urusan kenegaraan. Kondisi mi berlatar belakang bahwa kedudukan kaisar bersifat sakral. Kaisar dihormati sebagai utusan atau bahkan anak ilahi langit, sehingga tidak Iayak mengurusi politik praktis.
  • Sistem Pemerintahan Unitaris
Dalam sistem pemermntahan unitarisme, kaisar berkuasa mutlak dalam memerintah. Kekuasaan Negara berpusat di tangan kaisar, sehingga kaisar campur tangan dalam segala urusan politik praktis.

Filsafat

Filsafat Cina berkembang pada masa pemerintahan Dinasti Chou. Pada masa itu lahir tiga andal filsafat Cina, yakni Lao Tse, Kong Fu Tse, dan Meng Tse.
  • Lao Tse
Ajaran Lao Tse tercantum dalam bukunya yang berjudul Tao Te Ching. Lao Tse percaya bahwa ada semangat keadilan dan kesejahteraan yang abadi dan awet, yaitu berjulukan Tao. Ajaran Lao Tse berjulukan Taoisme.

Taoisme mengajarkan orang supaya mendapatkan nasib. Menurut aliran mi, suka dan duka, senang dan peristiwa yakni sama saja. OIeh alasannya itu, seorang yang menganut Taoisme sanggup memikul suatu penderitaan dengan hati tidak bergoncang meski bagaimanapun. Namun, Taoisme tidak begitu besar pengaruhnya terhadap bangsa Cina dibandingkan dengan aliran Kong Eu Tse.
  • Kong Fu Tse
Ajaran Kong Fu Tse menurut Tao juga. Menurut aliran Kong Fu Tse. Tao yakni sesuatu kekuatan yang mengatur segaIagaIanya dalam alam semesta i, sehingga tercapai keselarasan. Masyarakat insan yakni bab dan alam semesta mi, maka tata cara hidup insan diatur oleh Tao. OIeh alasannya itu, setiap orang harus menyesuaikan din dengan Tao, supaya dalam kehidupan masyarakat terdapat keselarasan dan keseimbangan. Penganut aliran ml percaya bahwa segala peristiwa yang terjadi di atas permukaan bumi ni alasannya insan menyalahi hukum Tao.

Ajaran Kong Eu Tse mencakup beberapa aspek bidang pemerintahan dan keluarga. Masyarakat terdiri atas keluarga dan dalam keluarga, bapaklah yang menjadi pusatnya. Seorang bapak harus mengurus anak-anaknya dengan baik. Sebaliknya, bawah umur harus hormat dan patuh terhadap orang tuanya. Begitu pula Negara dipandang sebagai sebuah keluarga besar, dengan raja sebagai bapaknya. OIeh alasannya itu, rakyat harus hormat dan taat kepada rajanya, ibarat anak terhadap bapaknya. Sebaliknya, raja harus memenintah rakyat dengan baik dan bijaksana ibarat bapak terhadap anaknya.

Selama 24 abad, aliran Kong Fu Tse dipandang oleh bangsa Cina sebagai pegangan hidup, baik bagi rakyatnya maupun bagi rajanya. Bahkan hingga kini aliran Kong Fu Tse sangat besar pengaruhnya terhadap tata cara berpikir dan perilaku hidup sebagian besar orang Cina.
  • Meng Tse
Meng Tse (372—280 SM) yakni seorang anakdidik Kong Fu Tse yang melanjutkan aliran gurunya. Dalam mengajarkan ajarannya, Meng Tse berperihalan dengan Kong Eu Tse. Meng Tse tidak mempersembahkan pelajaran kepada kaum bangsawan, tetapi mempersembahkan pengetahuan kepada rakyat jelata. Menurutnya rakyatlah yang terpenting dalam suatu negara. Begitu pula apabila raja bertindak otoriter terhadap rakyat, maka kiprah para menteri untuk memperingatkannya. Apabila raja mengabaikan peringatan-peringatan itu para menteri wajib menurunkan raja dan tahtanya.

Kebudayaan

Perkembangan seni sastra pada zaman Cina kuno tidak sanggup dipisahkan dengan perkembangan tulisan. Masyakarat Cina kuno sudah mengenal goresan pena semenjak tahun 1500 SM. Pada awalnya karakter Cina dibentuk dengan sangat sederhana, yaitu satu lambang mengatakan satu pengertian. Tulisan itu ditulis pada kulit-kulit menyu atau bambu. Baru pada masa kekuasaan Dinasti Han di mana kertas sudah ditemukan, karya sastra mengalami perkembangan yang sangat pesat di Cina.

Ajaran Tao Tse, Kong Fu Tse, dan Meng Tse mulal dibukukan, baik oleh filsuf itu sendiri maupun oleh para pengikutnya. Li Tai Po dan Tu Fu ialah dua onang pujangga populer yang hidup dan zaman Dinasti Tang (abad ke-18 M). Hasil karyanya kebanyakan berbentuk puisi. Szema Tzien pujangga pada zaman Dinasti Han sudah mengarang kitab sejarah yang mencakup masa semenjak zaman purba hingga dengan masa pemerintahan kaisar Han Wu Ti. Mayang sastra kiasik lamnnya yang tidak diketahui pengarangnya adalah:
  1. Shih Ching (puisi kiasik),
  2. Shu Ching (sejarah kiasik),
  3. Ching (perubahan-perubahan),
  4. Chu Chin (musim semi dan ekspresi dominan gugur).

Kepercayaan

Sebelum Kng Fu-Tse dan Meng-Tse mengajarkan ajarannya, bangsa Cina percaya terhadap para dewa. Mereka memuja dan menganggap dewa-dewa mempunyai kekuatan alam. Menurut kepercayaan bangsa Cina, dunia digambarkan sebagai segi empat dan di atasnya ditutup oleh langit yang terdiri dan 9 lapisan. Di tengah-tengah dunia yang berbentuk segi empat terletak T’ien-hsia, sebuah kawasan yang didiami oleh bangsa Cina. Daerah T’ien-hsia ialah kawasan yang didiami oleh bangsa-bangsa yang biadab. Di luar kawasan bangsa-bangsa biadab terdapat kawasan kosong dan menjadi tempat tinggal hantu-hantu dan Dewi Pa, yang menguasai ekspresi dominan kemarau. Di sebelah timur dan selatan Negara Cina ada 4 autan besar yang disebut Su-hai.

Dewa-dewa yang mendapatkan pemujaan tinggi adalah:
  1. Feng-pa (dewa angin),
  2. Lei-Shih (dewa angin taufan dan digambarkan sebagai naga besar),
  3. T'ai-Shan atau ilahi yang menguasai bukit suci,
  4. Ho-po, tiap-tiap tahun didiberi sesajen yang dijalankan oleh pendeta-pendeta wanita dengan mempersembahkan gadis jelita sebagai istrinya. Gadis itu harus yang tercantik di seluruh Cina dan sehabis dihias, ia disuruh terjun ke dalam arus sungai Hwang-Ho yang deras itu.
Sumber Pustaka: Erlangga

Post a Comment for "Peradaban Lembah Sungai Kuning (Hwang-Ho)"