Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Kronologi Pembentukan Semi Militer Di Kurun Pendudukan Jepang

Pemerasan tenaga insan dilakukan di banyak sekali daerah. Hal tersebut dilakukan sebab Jepang memerlukan banyak tenaga kerja untuk membangun banyak sekali masukana perang, menyerupai jalan raya, kubu-kubu pertahanan, jembatan, lapangan terbang, dan gua-gua persembunyian. Semuanya dibangun dengan mengerahkan tenaga rakyat Indonesia. Tenaga-tenaga rakyat atau pekerja paksa tersebut dikenal dengan sebutan "romusha". melaluiataubersamaini adanya romusha, penderitaan rakyat Indonesia semakin bertambah. Banyak rakyat Indonesia yang men inggal sebab kerja yang sangat keras dan periakuan Jepang yang kejam.
Extortion of manpower was carried out in various regions. That matter was done because Japguase needed many labour to build various war means, such as roads, defence citadels, bridges, airdrome,s1, and hiding caves. Everything was built by conscripting the Indonesian people force. The people power or the forced labour was recognized with the term romusha". With the existence of romusha, the infliction of the Indonesian people more and more worsened. A. lot of Indonesian people died because very hard work and ill treatment of the Japguase.
The romusha who was careless in working was beated, slaped, castigated,or kicked. Laboring romusha did not get food, if given only once a day, an it was only in the form of tapioca flour mush. Besides, requirement of their clothes was deficient.
Romusha yang lalai dalam bekerja dipukuf, ditampar, didera, atau ditendang. Romusha yang bekerja berat tersebut tidak didiberi makan, jikalau pun didiberi makan spesialuntuk sekali dalam sehari, itu pun spesialuntuk berupa bubur tepung tapioka. Selain itu, kebutuhan pakaian mereka tidak tercukupi.
Initially, romusha were taken from rural areas in Java, and only employed in the place which was not far from their houses or their habitation. But, at last, a lot of romusha were employed in the forests in Java, and even employed abroad, as in Malaya (Malaysia), Birma (Myanmar), Thailand, and China. Work of romusha was very hard, among others were cutting away trees in the forest, battering stones in the mountain, smoothing down the hills, and others.
Pada mulanya, romusha diambil dari daerah-daerah pedesaan di Pulau Jawa, dan spesialuntuk dipekerjakan di tempat yang tidak jauh dari rumah atau tempat tinggal penduduk. Namun, pada akhirnya, para romusha tersebut banyak yang dipekerjakan di hutan-hutan di Pulau Jawa, bahkan dipekerjakan di luar negeri, contohnya di Malaya (Malaysia), Birma (Myanmar), Thailand, dan Cina. Pekerjaan romushasangat berat, di antaranya yakni menebang pohon di hutan, menggempur batu-batu di pepegununganan, meratakan bukit-bukit, dan lain-lain.
Aftermath of hunger, hardwork, accident, and also torture of  Japguase army, thousands of romusha died. The news was heard by the people who were in the rural, so that the people were afraid to become romusha and a lot of then ran away from their villages. Since 1943, the Japguase began to be pressed in the Pacific war, especially after Japguase was battered by Ally team on May 7, 1942, in the Rock Sea. In such state, Japguase needed more romusha, so that Japguase made propaganda by vraising romusha.

Romusha was considered as economic soldiers or satria workers. They were praised as soldiers who were serving for a holy duty. The propaganda aimed in order that the people were not afraid of Japguase and they were willing to become romusha. But in reality, the people who became romusha remained to suffer.
Akibat kelaparan, pekerjaan yang berat, kecelakaan, serta siksaan dari tentara Jepang, ribuan romusha meninggal dunia. Berita tersebut terdengar oleh rakyat yang ada di pedesaan, sehingga rakyat takut menjadi romusha dan banyak yang melarikan diri dari desanya. Sejak tahun 1943, Jepang mulai terdesak dalam Perang Pasifik, terutama setelah Jepang digempur oleh pasukan Sekutu pada tanggal 7 Mei 1942, di Laut Karang. Dalam keadaan tersebut, Jepang memerlukan lebih banyak romusha, sehingga Jepang membuat propaganda dengan cara memuji romusha.

Romusha dikatakan sebagai prajurit ekonomi atau pahlawan pekerja. Mereka dipuji sebagai praj urit yang sedang menunaikan kiprah suci. Propaganda tersebut bertujuan supaya rakyat tidak takut kepada Jepang dan mereka bersedia menjadi romusha. Namun pada kenyataannya, rakyat yang menjadi romusha tetap menderita.
As effect of attacks of Ally army, Japguase position was more and more jammed in excessively suffered defeats. In mentioned condition, Japguase started to take advantage of young men of Indonesia, by way of drawing their sympathy. The young men would be prepared to bear arms agains Any's attack.
Akibat gempuran-gempuran dari tentara Sekutu, kedudukan Jepang semakin terjepit dan banyak menderita abadiahan. Dalam keadaan tersebut, Jepang mulai memanfaatkan para perjaka Indonesia, dengan cara menarikdanunik simpati mereka. Pemuda-pemuda tersebut akan dipersiapkan untuk menghadapi serbuan Sekutu.
Therefore, Japguase formed several semi-military organizations, among others were as follows.
Oleh sebab itu, Jepang membentuk beberapa organisasi semi militer, di antaranya sebagai diberikut. 
  • Seinentai (Elementary Schoolboys Front) / Seinentai (Barisan Murid-anakdidik Sekolah Dasar)
  • Gakukotai (Secondary Student Front) Gakukotai (Barisan Murid-anakdidik Sekolah Lanjutan)
  • Seinendan (Youth Front Seinendan was formed on March 9, 1943). Its members consisted of young men of 14-22 years old. The aim of its founding was to edu-cate and train young men in order that they could help Japguase in maintaining Indonesia territory of Ally's attack.
    Seinendan (Barisan Pemuda) Seinendan dibuat pada tanggal 9 Maret 1943. Anggotanya terdiri dari perjaka yang berumur 14-22 tahun. Tujuan didirikan Seinendan yakni untuk mendidik dan melatih para perjaka biar sanggup memmenolong Jepang dalam mempertahankan wilayah Indonesia dari serangan Sekutu.
  • Keibodan (Police ministrant front) It was formed on April 29, 1943. Its members consisted of young men of 20-35 years old, then was turned into 25-35 years of age. The members were selected from rural citizen, so that the organizational embers were loyal to the superior. The purpose of Keibodan founding was to educate the youth to assist police duties. Keibodan (Barisan Pemmenolong Polisi) Dibentuk pada tanggal 29 April 1943.
    Anggotanya terdiri dari perjaka berumur 20-35 tahun, yang kemudian diubah menjadi 25-35 tahun. Anggotanya dipilih dari masyarakat pedesaan, supaya anggota organisasi ini setia kepada atasan. Tujuan didirikan Keibodan yakni mendidik para perjaka untuk memmenolong tugas-tugas kepolisian.
  • Fujinkai (Women Association) The association was founded in August 1943. The members were women of 15 years and older.
    Fujinkai (Himpunan Wanita) Dibentuk pada bulan Agustus 1943. Anggotanya yakni perempuan yang berumur 15 tahun ke atas.
  • Syuisintai (Pioneer front) It was formed on September 14, 1944, was announced officially on the September 25, 1944. Its members represented the part of Java of Hokokai of minimum 14 years old. The Intention of this organization was to increase the people alert.
    Syuisintai (Barisan Pelopor) Dibentuk pada tanggal 14 September 1944, diresmikan tanggal 25 Septem-ber 1944. Anggotanya ialah pecahan dari Jawa Hokokai yang mini-mal berusia 14 tahun. Tujuan dari organisasi ini yakni untuk meningkatkan kesiapsiagaan rakyat.
Besides semi-military organizations, Japguase also formed military organization under the cloak of maintaining the state of European nation attack. The organization€ among others were hereunder.

 Pemerasan tenaga insan dilakukan di banyak sekali kawasan Sejarah Kronologi Pembentukan Semi Militer di Masa Pendudukan Jepang

Selain membentuk organisasi semi militer, Jepang juga membentuk organisasi militer dengan dalih untuk rnempertahankan negara dari serbuan bangsa Eropa. Organisasi-organisasi tersebut di antaranya menyerupai di bawah ini.
1. Heiho (Ministrant of Japan Soldier) Heiho was formed in April 1943. Its members consisted of young men of 18-25 years old, the lowest education was elementary schooL Their duty was to assist Japguas‘ e soldiers in the battle field.
Heiho (Pemmenolong Prajurit Jepang) Heiho dibuat pada bulan April 1943. Anggotanya terdiri dari para perjaka berusia 1 82-25 tahun, pal-ing rendah berpendidikan sekolah dasar. Tugasnya memmenolong prajurit Jepang di medan perang.
2. PETA (Fatherland Protector) It was formed on October 3, 1943. Their duty was to maintain the fatherland of Indonesia.
PETA (Pembela Tanah air) Dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943. Tugasnya mempertahankan tanah air Indonesia.
Heiho and PETA were different organizations although both were formed by the Japguase. Heiho was a part of Japguase army, while PETA was Indonesian army trained by the Japguase. The military pelatihan got from the occupying government of the Japguase was very usefuL From the military training, the youth became exercised. Besides, the military figures who came up as beaters toward the Japguase troops came from PETA.
Heiho dan PETA ialah organisasi yang tidak sama meskipun keduanya dibuat oleh Jepang. Heiho ialah pecahan dari tentara Jepang, sedangkan PETA ialah tentara Indonesia yang dididik oleh Jepang. Pendidikan militer yang didapatkan dari pemerintah pendudukan Jepang tersebut sangat berguna. Dari pendidikan militer tersebut, para perjaka menjadi terlatih. Selain itu; tokoh-tokoh militer yang tampil sebagai pemukul tentara Jepang berasal dari PETA.





Sumber Pustaka: Yrama Widya

Post a Comment for "Sejarah Kronologi Pembentukan Semi Militer Di Kurun Pendudukan Jepang"