Perkembangan Dan Peranan Pers Dalam Pergerakan Nasional
Surat kabar dan majalah di masa pergerakan nasional turut berperart penting sebagai penyambung pengecap organisasi kebangsaan, sekaligus ikut memasyarakatkan nasionalisme Indonesia. Bahkan kemudian juga menerbitkan surat kabar sendiri, yaitu Darmo Kondo. Jejak serupa diikuti oleh Sarekat Islam.
Organisasi ini menerbitkan surat kabar Oetoesan (baca: utusan) Hindia, semenjak tahun 1913. Selama 13 tahun, surat kabar ini memuat artikel dan diberita yang mencerminkan dunia pergerakan, politik, ekonomi, dan perburuhan yang terutama dilakukan oleh organisasi yang bersangkutan. Surat kabar ini menyita perhatian masyarakat berkat karangan dari para pemimpin SI, menyerupai Cokroaminoto, Abdul Muis, dan Haji Agus Salim.
Walaupun pendek usianya, Indische Partij ternyata bisa menerbitkan majalah dua mingguan Het Tydschrift dan surat kabar De Express. Keduanya memuat pandangan-pandangan politik Douwes Dekker yang diungkapkan secara lugas, tajam, dan lancar.
Selain itu, kedua media pers ini pun memuat karangan-karangan Cipto Mangunkusumo, yang dianggap bernilai tinggi serta bisa membangkitkan aliran kritis para pembacanya. Baik majalah maupun surat kabar tersebut terbit dalam bahasa Belanda.
Meskipun demikian, alasannya ialah berafiliasi dengan masa depan Indonesia, isinya terperinci ialah pokok-pokok pikiran kesatuan dan usaha kemerdekaan Indonesia. Peranan yang dibawa oleh Het Tydschrift dan De Express tersebut menempatkan keduanya sebagai perintis pers nasionalis.
Sesudah kembali dari pengasingan di Negeri Belanda, Suwardi Suryaningrat pada tahun. 1916 mempelopori penerbitan majalah Hindia. Poetra. Misi majalah ini ialah melestarikan arah usaha yang digalang Indische Partij lampau. Kemudian, Abdul Muis mengusulkan supaya majalah tersebut diterbitkan dalam bahasa Melayu, sehingga sanggup menjangkau sebanyak mungkin pembaca bumiputera.
Media pers diberikutnya yang paling vokal menyuarakan nasionalisme Indonesia ialah majalah Indonesia Merdeka. Majalah ini diterbitkan di Negeri Belanda oleh Perhimpunan Indonesia pada tahun 1924. Isinya banyak mengandung kecaman terhadap ketidakadilan pemerintah kolonial.
Untuk menghindari ancaman dibreidel, penyebaran majalah ini dilakukan secara rahasia. melaluiataubersamaini segala cara majalah tersebut hingga ke hadirat pembaca, entah di luar negeri ataupun di dalam negeri. Keberhasilan penyebaran Indonesia Merdeka di seantero Indonesia memungkinkan tersebarluasnya dampak PI, meskipun organisasi ini tidak mempunyai cabang di negeri ini. melaluiataubersamaini demikian, kesadaran nasionalisme pun semakin meluas di tanah air.
Pembicaraaan kita tadi memperlihatkan betapa eratnya hubungan antara pergerakan nasional dengan acara pers. Keberhasilan pergerakan nasional amat tergantung dari kekompakan dan keserempakan usaha serta kesatuan paham akan makna kemerdekaan.
Hal itu menjadi mungkin berkat surat kabar dan majalah yang menjadi media komunikasi antara organisasi kebangsaan dengan masyarakat maupun antara sesama organisasi kebangsaan.
Daftar Pustaka: Erlangga
Post a Comment for "Perkembangan Dan Peranan Pers Dalam Pergerakan Nasional"