Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perbedaan Perspektif Antar Kelompok Sekitar Proklamasi

Akibat menyerahnya Jepang kepada Sekutu, di Indonesia terjadi vacum of power, artinya tidak ada pemerintahyang berkuasa. Kekosongan kekuasaan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Sesudah mengetahui bahwa Jepang mengalah kepada Sekutu, para perjaka segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta di Jl. Pegangsaan Timur 56 dalam  pertemuan itu, Sutan Syahrir, sebagai juru bicara para perjaka meminta supaya Bung Karno dan Bung Hatta segera memproklamasikau kemerdekaan Indonesia pada ketika itu juga, lepas dari campur tangan Jepang. Bung Karno tidak menyetujui ajakan para perjaka alasannya yaitu proklamasi kemerdekaan perlu dibicarakan lampau dalam rapat PPKI.

Alasannya tubuh inilah yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Para perjaka menolak pendapat Bung Karno. Para perjaka beropini bahwa menyatakan kemerdekaan PPKI tentu akan dicap oleh Sekutu spesialuntuklah pemdiberian Jepang. Para perjaka tidak menginginkan kemerdekaan Indonesia dianggap sebagai hadiah Jepang. Bung Karno beropini lain. Soal kemerdekaan Indonesia hadir dari pemerintah Jepang atau hasil usaha bangsa Indonesia sendiri tidak menjadi masalah alasannya yaitu Jepang sudah kalah perang.

Masalah yang lebih penting yaitu menghadapi Sekutu yang berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh alasannya yaitu itu, memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dibutuhkan suatu revolusi yang terorganisasi. Atas dasar itulah, Bung Karno menolak ajakan para pemuda. melaluiataubersamaini demikian, usaha para perjaka dengan juru bicara Sutan Syahrir untuk membujuk Ir. Sukarno supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia gagal.

Karena para perjaka belum berhasil membujuk Bung Karno, pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB kembali mengadakan rapat. Rapat berlangsung di Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur yang dipimpin oleh Chaerul Saleh.
 
 Akibat menyerahnya Jepang kepada Sekutu Perbedaan Perspektif Antar kelompok Sekitar Proklamasi

Keputusan rapat mengajukan tuntutan radikal, yaitu menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia yaitu hak dan dilema rakyat Indonesia sendiri yang tidak sanggup digantungkan pada orang atau kerajaan lain. Segala ikatan dan hubungan dengan komitmen kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan. Sebaliknya, diharapkan diadakan suatu negosiasi dengan Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta supaya segera menyatakan proklamasi.

Hasil keputusan rapat disampaikan kepada Bung Karno pada  pukul 22.00 WIB oleh Darwis dan Wikana. Wikana menghendaki supaya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ditetapkan oleh Bung Karno pada keesokan harinya tanggal 16 Agustus 1945. Mereka mengancam akan terjadi pertumpahan darah kalau impian itu tidak dilaksanakan.

Mendengar bahaya itu, Bung Karno marah. Bung Karno sebagai ketua PPKI tidak sanggup melepaskan tanggung jawabannya sehingga bersikeras ingin membicarakan terlebih lampau dengan anggota PPKI lainnya. Suasana tegang antara Darwis dan Wikana dengan Bung Karno disaksikan oleh para tokoh nasionalis golongan tua, menyerupai Drs. Mohammad Hatta, Mr. Iwa Kusumasumantri, dr. Buntaran, dr. Samsi, dan Ahmad Subarjo.

Tampak perbedaan pendapat terkena pelaksanaan proklamasi. Golongan renta menghendaki diadakan rapat PPKI terlebih lampau. Sementara itu, golongan perjaka bersikeras menyatakan bahwa proklamasi harus dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 1945 lepas dari PPKI.

Daftar Pustaka : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Post a Comment for "Perbedaan Perspektif Antar Kelompok Sekitar Proklamasi"