Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perluasan Kekuasaan Kolonial Dan Munculnya Nasionalisme Indonesia

Pada tahun 1870, Sistem Tanam Paksa dihapuskan. Selanjutnya, pemerintah kolonial Belanda menjalankan politik liberal (1870-1900). Pelaksanaan politik liberal ternyata juga menjadikan kemiskinan dan penderitaan rakyat. Akibatnya, timbul reaksi, Koreksi, dan kecaman dari banyak sekali organisasi sosial, politik, dan keagamaan terhadap politik liberal. Akhirnya, pada permulaan era ke-20 pemerintah kolonial Belanda melaksanakan Politik Etis. Perluasan kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia membawa akhir dalam banyak sekali bidang kehidupan, menyerupai politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan. 

a. Bidang Politik 
Dalam bidang politik, dampak Belanda makin kuat. Secara sistematis, pemerintah kolonial Belanda berhasil melemahkan, bahkan menghapus kekuasaan penguasa pribumi. Kerajaan-kerajaan besar yang kuat satu demi satu ditempatkan di bawah kekuasaan Belanda. Raja-raja diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Mereka diikat dengan kontrak politik yang menyatakan bahwa kerajaan mereka ialah bab dari kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Para bupati dan lurah tidak lagi memegang kekuasaan. Para bupati dijadikan pegawai negeri dan dipenghasilan. Wibawa mereka merosot di mata rakyat dan posisi itu menjauhkan mereka dari rakyat. Lurah sebagai pejabat pemerintahan pribumi yang paling bawah, dimanfaatkan sebagai alat kekuasaan kolonial.

b. Bidang Ekonomi 
Berdasarkan laporan pada awal era ke-20, diketahui bahwa penghasilan rata-rata sebuah keluarga di Jawa spesialuntuk 64 gulden Belanda setahun. melaluiataubersamaini penghasilan yang sangat sedikit tersebut, mereka masih harus melaksanakan banyak sekali kewajiban. Kemiskinan dan penderitaan yang dialami oleh rakyat jajahan ialah salah satu akhir dari pelaksanaan Politik Drainage (politik pengerukan kekayaan) yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Politik Drainage mencapai puncaknya pada masa pelaksanaan Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel) dan sistem ekonomi liberal. 

c. Bidang Sosial 
Hal yang menonjol dalam kehidupan sosial yang dihadapi penduduk negeri jajahan ialah praktik diskriminasi yang diterapkan pemerintah kolonial Belanda. Diskriminasi itu menurut status sosial dalam masyarakat, bahkan menurut suku bangsa dan agama. Pada praktik diskriminasi ras, warna kulit memilih status sosial seseorang. Pihak penjajah Belanda dan penduduk berkulit putih sebagai golongan minoritas mempunyai hak-hak istimewa. Penduduk pribumi berkulit sawo matang sebagai golongan secara umum dikuasai hampir tanpa hak. Mereka spesialuntuk didiberikan kewajiban. Tidak tiruana anak pribumi berhak menempuh pendidikan model Barat. Begitu pula dalam pemerintahan, tidak tiruana jabatan tersedia 
bagi orang pribumi. Kalaupun ada golongan pribumi yang menjadi pegawai pemerintah atau pamong praja, spesialuntuklah sebagai alat pemerintah kolonial dan selalu dibatasi kekuasaannya. Diskriminasi ras menjadikan jarak antara golongan Barat (Belanda) dengan golongan pribumi makin lebar. Berdasarkan golongan dalam masyara-kat, status sosial orang bumiputra lebih rendah daripada golongan Timur Asing (Cina dan Arab). Dalam lingkungan suku-suku bangsa pun diadakan diskriminasi. 


d. Bidang Kebudayaan 
Pengaruh kehidupan Barat dalam lingkungan kehidupan tradisional tampak makin luas. Teknik bergaul, gaya hidup, cara berpakaian, bahasa, dan pendidikan Barat mulai dikenal di kalangan atas. Sementara itu, beberapa tradisi di lingkungan kerajaan mulai luntur. Tradisi keagamaan rakyat pun mulai terancam. Dalam suasana yang demikian timbul kekhawatiran bahwa dampak kehidupan Barat sanggup merusak nilai-nilai kehidupan tradisional. Tantangan kuat hadir dari para pemimpin agama. Mereka memandang kehidupan model Barat berperihalan dengan aliran agama dan menjadi dasar undangan untuk melaksanakan perlawanan. Perluasan kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia sudah mengakibatkan kekecewaan dan kebencian yang sangat mendalam dalam diri penduduk bumiputra. Untuk membebaskan dari tindakan diktatorial kaum penjajah, tokoh-tokoh masyarakat yang berjiwa pendekar bangun dan berjuang melawannya. Perlawanan rakyat melawan penjajah Belanda terjadi di banyak sekali wilayah Indonesia. Namun, tiruana perlawanan tersebut belum berhasil mengusir penjajah Belanda dari bumi Nusantara. Berbagai pengalaman pahit akhir ekspansi kekuasaan kolonial dan kegagalan banyak sekali perlawanan rakyat melawan Belanda, mendorong munculnya nasionalisme di kalangan penduduk bumiputra. Nasionalisme ialah kecintaan yang mendalam terhadap tanah air dan bangsa. Kaum bumiputra bertekad mengusir penjajah dari bumi Nusantara. Kaum bumiputra berjuang melawan penjaljah Belanda untuk memperoleh kemerdekaan dengan cara yang lebih luas jangkauannya, yaitu melalui organisasi pergerakan. 

Daftar Pustaka : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Post a Comment for "Perluasan Kekuasaan Kolonial Dan Munculnya Nasionalisme Indonesia"