Fungsi Doktrin Kepada Rasul Sebagai Rujukan Hidup
Fungsi Iman Kepada Rasul Sebagai Teladan Hidup
Para rasul yang diutus di muka bumi, sebagai teladan umatnya. Segala gerak-geriknya (tingkah lakunya) menawarkan perilaku kebenaran yang spesialuntuk berdasar kepada firman Allah. Keteladanan rasul yang didiberikan terlihat pada firman Allah:
“Sungguh sudah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kehadiran) hari selesai zaman dan beliau banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Jadi, fungsi keyakinan kepada rasul ialah meneladani sifat-sifatnya sebab rasul sebagai teladan hidup dan kehidupan manusia. Ajarannya ialah kebenaran dan rahmat seluruh alam sebab anutan yang disampaikan bukan kehendak sendiri atau menuruti hawa nafsunya, melainkan wahyu dan Allah swt.
Manusia menerima teladan baik dan Rasul Allah yang berpengaruh imannya, berani, sabar, dan tabah dalam menghadapi cobaan, percaya dengan sepenuhnya terhadap ketentuan-ketentuan Allah. Jika berkeinginan menjadi insan yang baik, berbahagia hidup di dunia dan di akhirat, tentulah mereka akan mencontoh dan mengikuti jejak rasul yang berakhlak mulia.
Para rasul yang diputuskan oleh Allah untuk memimpin umatnya ialah orange rang pilihan di antara mereka. Sebelum mendapatkan wahyu dan Allah sebagai rasul, mereka ialah orang-orang terpandang dalam jajaran umatnya. Apalagi setelah mendapatkan wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, sebab mereka selalu menerima bimbingan-Nya. Sebagai umatnya kita teladani Nabi Muhammad saw. Segi-segi yang kita teladani mencakup ucapannya, perbuatannya, dan ketetapan-ketetapannya. Tiga segi yang ada pada Nabi Muhammad saw. itu disebut hadis Nabi Muhammad saw. Dalam mengikuti sunah Nabi Muhammad saw. kita tidak perlu bingung sebab tiruana yang hadir dan Nabi Muhammad saw. sudah dijamin kebenarannya oleh Allah swt. Perhatikan kejadian yang disebutkan dalam Al-Quran diberikut:
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena sudah hadir seorang buta kepadanya.” (QS. ‘Abasa: 1—2)
Ayat tersebut turun sebab seorang buta berjulukan Ibnu Umi Maktum dating menghadap Rasulullah saw. ingin menanyakan problem agama. Bersamaan dengan kehadiran Ibnu Umi Maktum itu hadir pula rombongan para pembesar orang Quraisy kepada Nabi Muhammad saw. Sikap Rasulullah saw. pun waktu itu mengacuhkan Ibnu Umi Maktum dengan bermuka masam dan berpaling. Pada dikala itulah turun ayat tersebut yang mengingatkan Rasulullah saw. biar tidak bersikap hirau dengan muka masam dan berpaling kepada Ibnu Umi Maktum.
Hal itu ialah pola bahwa tiruana segi dalam kehidupan Rasulullah selalu menerima bimbingan dan Allah swt. Jika mungkin pada suatu ketika Rasulullah melaksanakan suatu kesalahan, maka akan menerima peningatan dan Allah swt. Tadi sudah disebutkan bahwa meneladani Rasulullah berarti meneladani ucapan, perbuatan, dan ketetapan, ketetapannya yang disebut Sunah Rasulullah. Hal itu ialah ialah dasar agama Islam yang kedua, sedangkan dasar yang pertama ialah Al-Quran.
Di dalam Al-Quran dikatakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw. ke dunia ialah rahmat (kesejahteraan) hidup di dunia dan di akhirat. Allah benfirman:
“Dan tiadalah Kami mengutus engkau, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
Nabi Muhammad saw. diutus ke dunia mi dengan ajanan-ajarannya sudah mempersembahkan kesejahteraan bagi seluruh umat insan baik yang mukmin maupun yang kafir. Kesejahteraan yang diperoleh oleh orang mukmin mencakup kesejahteraan di dunia dan akhirat, sedangkan kesejahteraan orang kafir spesialuntuk mencakup kesejahteraan di dunia saja.
Sumber Pustaka: Bumi Aksara
Post a Comment for "Fungsi Doktrin Kepada Rasul Sebagai Rujukan Hidup"