Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Fungsi Keyakinan Kepada Kitab Sebagai Fatwa Dalam Kehidupan Pribadi

Fungsi Iman Kepada Kitab Sebagai Pedoman Dalam Kehidupan Pribadi



Meyakini kitab-kitab yang diturunkan Allah tujuai pokoknya yaitu sebagai pedonian hidup seorang muslim.

Pedoman Dalam Kehidupan Pribadi


Setiap orang dalam hidupnya niscaya mengalami dua hal yaitu: senang dan susah, sehat dan sakit, hening dan gelisah dan seterusnya. Bagi orang yang tidak mempunyai pedoman hidup, kedua hal tersebut akan dihadapi dengan caranya sendiri. Misalnya pada waktu menerima nilcmat atau kesenangan beliau hiperbola dan tidak mau bersyukur. Sebaliknya jikalau ditimpa kesusahan atau petaka beliau berkeluh kesah, frustasi bahkan ada yang hingga bunuh diri.



Bagi orang yang mempunyai pedoman.hidup berupa Al-Quran, akan selalu menyadani dan meyakini bahwa kesenangan dan kesusahan hidup intinya hadir dan Allah swt. Karena itu jikalau ia menerima nikmat ia bersyukur kepada Allah dan jikalau menerima kesusahan atau petaka ia tabah dan tabah serta mohon derma Allah.

Hal ini menerangkan bahwa meyakini kebenaran kitab Allah sebagai pedoman hidup sanggup berfungsi sebagai stabilisator dalam hidup dan kehidupan seseorang. Dalam kaitan mi Allah swt. berfirman:

Yang Aartinya: “Kitab (Al-Quran) mi tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 2)

Dalam ayat diberikutnya juga ditetapkan:

Yang Aartinya: “Mereka itulah yang tetap menerima petunjuk dan Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqarah: 5)

melaluiataubersamaini menurut ayat di atas sanggup dijelaskan bahwa Al-Quran mi, tidak ada keraguan padanya, sebab ia yaitu wahyu dan Allah swt. diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Nabi yang terakhir dengan perantaraan Jibril as.

Hal mi ditegaskan oleh Allah swt. dalam firman-Nya:

 Yang Aartinya: “Aliiflaam mum. Thrunnya Al-Quran yang tidak ada keraguan padanya (adalah) dan Tuhan semesta alam.” .(QS. As-Sajadah: 1—2)

Yang dimaksud “Al-Kitab” di sini ialah Al-Quran. Disebut “Al-Kitab” sebagai aba-aba bahwa Al-Quran harus ditulis sebab itu Nabi Muhammad saw. memerintahkan pada teman akrab menulis ayat-ayat Al-Quran.

Al-Quran yaitu pembimbing bagi orang-orang bertakwa sehingga ia berbahagia hidup di dunia dan di alam abadi nanti. Orang-orang yang bertakwa ialah orang-orang yang memelihara dan menjaga dirinya dan azab dengan selalu melakukan perintah-perintah Allah swt. dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Di antara gejala orang yang bertakwa ialah sebagaimana yang tersebut pada ayat-ayat diberikut mi.
  • Beriman kepada yang gaib.Termasuk di dalamnya diberiman kepada Allah dengan sesungguhnya, menundukkan din serta menyerahkannya sesuai dengan yang diharuskan oleh keyakinan itu. Tanda keimanan seseorang, ialah melakukan tiruana yang diperintahkan Allah.
Yang mistik ialah sesuatu yang tidak sanggup dicapai oleh pancaindra. Pen getahuan wacana yang mistik itu semata-mata menurut kepada petunjuk-petunjuk Allah. Karena kita sudah diberiman kepada Allah, maka kita diberiman pula kepada firman-firman dan petunjuk-Nya. Termasuk yang mistik ialah: Allah, malaikat, han kiamat, surga, neraka, mahsyar dan sebagainya.

Pangkal keyakinan kepada yang mistik ialah iinan kepada Allah swt. Iman kepada Allah yaitu dasar dan pembentukan sopan santun dan sifat-sifat seorang insan semoga ia menjadi insan yang sebetulnya sesuai dengan maksud Allah membuat manusia.

Allah swt. berfirman:

Yang Aartinya: “Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan spesialuntuk kepada-Nya kami menyembah.” (QS. Al-Baqarah: 138)

Iman membentuk insan menjadi makhluk individu dan makhluk sosial, suka memdiberi, menolong, berkorban, berjihad dan sebagainya.

Allah swt. berfirman:

Yang Aartinya: “Sesungguhnya orang-orang yang sebetulnya diberiman spesialuntuklah orang-orang yang diberiman kepada Allah dan rasul-Nya, kemudjan mereka tidak bingung dan mereka berjihad dengan harta dan juga mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang bena,” (QS. Al-Hujurat: 15)

Dalam mencari arti keyakinan hendaklah mempelajari sejarah hidup Nabi Muhammad saw., merenungkan ciptaan Allah, memakai logika pikiran dan mempelajari ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Iman sanggup bertambah dan berkurang. Iman akan rusak jikalau amal seseorang rusak dan akan bertambah jikalau nilai dan jumlah amal ditingkatkan pula.

  • Mendirjkan salat ialah, mengerjakan dan menunaikan salat dengan menyempurnakan rukun-rukun dan syarat-syaratnya terus-menerus mengerjakanriya sesuai dengan yang diperintahkan Allah, baik lahir maupun batin. Yang dimaksud dengan “lahir” ialah mengerjakan salat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah ditentukan sunah rasul, dan yang dimaksud dengan “batin” ialah mengerjakan salat dengan hati, dengan segala ketundukan dan kepatuhan kepada Allah, dengan mencicipi keagungan dan kekuasaan Allah yang menguasai dan membuat seluruh alam mi sebagaimana yang dikehendaki oleh agama.

Yang dimaksud “iqaamatush salat” ialah mengerjakan dengan sempurna, tepat rukun-rukun, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan lain yang ditentukan oleh agama. Arti dan perkataan “salat” ialah “doa”, kemudian digunakan sebagai istilah yang berarti “salat” sebagai ibadah dalam Islam, sebab salat itu banyak mengandung doa.
  • Menafkahkan sebagian rezeki yang sudah dianugerahkan Allah. “Rezeki” ialah segala sesuatu yang sanggup diambil manfaatnya. Menafkahkan sebagian rezeki ialah mempersembahkan sebagian harta yang sudah dikaruniakan Allah kepada orang-orang yang ditentukan. Harta yang akan dinafkahkan itu yaitu sebagian, tidak seluruhnya. Dalam ayat tersebut tidak dijelaskan berapa banyak yang dimaksud dengan sebagian itu, apakah seperdua, sepertiga, seperempat, atau sejuinlah lainnya. Selain itu Allah melarang berlaku kikir dan boros.

Firman Allah swt.:

Yang Aartinya: “Dan tidakbolehlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan (sebaliknya) tidakbolehlah engkau terlalu mengulurkannya semoga engkau tidak menjadi tercela dan menyesal.” (QS. Al-Israa’: 29)

Allah menyuruh semoga tidakboleh berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta dan tidakboleh pula kikir. Firman-Nya:

Yang Aartinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidakm berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, tapi yaitu (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan: 67)

Pada firman Allah yang lain dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan sebagian harta itu ialah:

Yang Aartinya: “... dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dan keperluan.” (QS. Al-Baqarah: 219)

Allah sudah menerangkan cara-cara membelanjakan harta itu. Dijelaskan lagi oleh hadis-hadis Rasulullah saw.:

Yang Aartinya: “Dan Nabi saw. ia berkata: “Mulailah dan orang-orang yang akrab denganmu, dan sedekah yang paling baik ialah sedekah dan orang kaya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  • Beriman kepada kitab-kitab yang sudah diturunkan-Nya, yaitu diberiman kepada Al-Quran dan kepada kitab-kitab lain, Taurat, Zabur, Alkitab dan Shahifah-shahifah yang diturunkan kepada nàbi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Beriman kepada kitab-kitab dan shábifah-shahifah tersebut berarti diberiman pula kepada para rasul yang sudah diutus Allah kepada umat-umat yang lampau dengan tidak membedakan antara seseorang dengan yang lain.

Beriman kepada kitab-kitab Allah ialah satu sifat orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang diberiman, pewaris-pewaris para nabi, pewaris ajaran-ajaran Allah baik orang-orang lampau, maupun orang-orang kini hingga simpulan zaman. Sifat itu akan menimbulkan rasa dalam dirt seorang muslim bahwa mereka yaitu umat yang satu, agama mereka yaitu satu ialah agama Islam. Tuhan yang mereka sembah ialah Tuhan Yang Mahaesa, Pengasih lagi Penyayang. Sifat itu akan menghilangkan tiruana sifat menyombongkan dirt, rasa golongan, rasa kedaerahan, dan perasaan kebangsaan yang berlebih-lebihan pada dirt setiap muslim.

  • Beriman kepada adanya harta akhirat. “Akhirat” lawan dart “Dunia”. “Negeri akhirat” ialah negeri tempat insan berada setelah dunia mi lenyap. Yakin akan adanya negri alam abadi ialah benar-benar percaya adanya hidup hidup yang kedua setelah dunia ini berakhir.
Sumber Pustaka: Bumi Aksara

Post a Comment for "Fungsi Keyakinan Kepada Kitab Sebagai Fatwa Dalam Kehidupan Pribadi"