Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gerakan Nasionalisme Mesir Pada Perkembangan Nasionalisme Asia Dan Afrika

Gerakan Nasionalisme Mesir Pada Perkembangan Nasionalisme Asia Dan Afrika



Pengaruh nasionalisme Asia-Afrika makin berpengaruh dalam era ke-20. Paham nasionalisme berkembang hampir di seluruh Afrika. Di Mesir, gerakan nasionalisme dipimpin oleh Carnal Abdul Nazer dengan menasionalisasikan Suez Canal Company (1956). Tindakan-tindakan Inggris-Perancis. Sangat merugikan pihak Mesir. Melalui laba dan saham yang dipegangnya itu dibalas oleh Mesir dengan serangan iniliter atas Terusan Suez. Sebenarnya serangan itu berperihalan dengan Suez Canal Convention, tetapi Mesir tetap berusaha untuk menasionalisasikan Terusan Suez. Terusan Suez seara resini menjadi belahan Mesir semenjak tahun 1958.

Letak Mesir sangat strategis, mengakibatkan Mesir menjadi sentra perhatian dan banyak negara-negara yang ingin menguasainya:


  1. Mesir menguasai jalan simpang empat yaitu Asia-Afrika melalui kawasan Gurun Sinai, Eropa-Asia melalui Laut Tengah, Laut Merah atau Terusan Suez.
  2. Mesir sangat baik untuk awalan dalam upaya menguasai negara-negara di sekitar ujung timur dan Laut Tengah khususnya dan Timur Tengah pada umumnya.
Kehadiran Napoleon di Mesir ternyata banyak membawa perubahan-perubahan dan pembaruan-pembaruan Bahkan Napoleon menebarkan semangat Revolusi Perancis di Mesir. Hal ini mengakibatkan impian bangsa Mesir untuk maju menyerupai Iayaknya Perancis dan paham-paham Perancis wacana kedaulatan rakyat selalu mengusik hati mereka.

Ketika tentara Perancis meninggalkan Mesir tahun 1802, timbullah kekacauan akhir adanya perebutan kekuasaan. Golongan-golongan itu terdiri dan golongan dan bangsa Mamluk (“kaki tangan” Turki di Mesir), orang-orang Turki pegawai pemerintah, tentara Turki di bawah pimpinan Muhammad Au, Inggris yang dulu bersekutu dengan Turki untuk mengalahkan Napoleon.

Kekacauan itu berhasil diredakan oleh Muhammad Ali, sebab ia menerima menolongan sepenuhnya dan rakyat Mesir. Sedangkan pada tahun 1805, rakyat Mesir menentang kehendak dan Sultan Turki yang mengangkat seorang Pasha (Gobnor atau Gubernur) sebagai penguasa di Mesir. Rakyat Mesir meinilih Muhammad Au Ian Sultan Turki terpaksa tunduk terhadap keputusan rakyat Mesir itu. Tindakan rakyat tersebut memiliki arti yang sangat besar bagi Mesir sebab rakyat sudah mulai sanggup memilih sendiri nasibnya Sehingga kedaulatan rakyat pun mulai tampak terang (Tahun 1805 ialah tahun pujian bagi rakyat Mesir).

Sesudah Muhammad Ali diputuskan menjadi Pasha atas wilayah Mesir, ia mulai dengan modernisasinya dan membangun negara Mesir.

Modernisasi Angkatan Perang Mesir


Seorang kolonel Perancis yang berjulukan Seves membangun secara modern Angkatan Perang Mesir. Selain itu, pelabuhan Alexandria dibangun secara modern.

Modernjsasi Pendjdjkan


Sitem pendidikan dikembangkan dengan cara Barat dan banyak mahasiswa-mahasiswa Mesir dikirim keluar negeri untuk mencari ilmu bagi negaranya.

Modernisasi Pertanian


Pembuatan terusan pengairan dilakukan secara modern diikuti dengan ekspansi daerah-daerah pertanian. Juga dianjurkan untuk menanam tanaman yang laris di pasafan luar negeri. Hal ini dimaksudkan untuk menambah devisa negara untuk biaya pembangunan.

Pembangunan Industri


Pabrik-pabrik pintal dan tenun didirikan di Kairo oleh Jumel (orang Perancis).

Dalam upaya modernisasi Mesir, MuMammad Ali banyak memakai tenaga-tenaga Perancis, terlebih lagi setelah Napoleon jatuh (1815) banyak tenaga-tenaga Perancis terutama dan kalangan iniliter Ian ke Juan negerinya untuk mencari pekerjaan di Mesir. Modernisasj yang dilakukan oleh Muhammad Au itu ialah langkah awal bagi Mesir untuk menuju dan mencapai perkembangan bangsa dan negara Mesir secara modern. Bertambah pesatnya perkembangan modernisasi Mesir, mengakibatkan Mesir menjadi negara yang jauh lebih berpengaruh dan Turki dan membentuk negara merdeka.

Kekuatan Mesir ini berhasil dibuktikan melalui Perlawanan Mesir terhadap Kaum Wahabi di Arabia (1811-1829), penyerangan Mesir ke Sudan (1820-1882), perlawanan Mesir dalam rangka memadamkan Perang Kemerdekaan Yunani (1821-1829). Akan tetapi, dalam rangka memadamkan Perang Kemerdekaan Yunani, Yunani menerima menolongan dan Inggris, Perancis dan Rusia, serta memaksa Mesir dan Turki untuk menanhadirani perjanjian perdamaian yang diininta oleh negara-negara Inggris, Perancis dan Rusia. Namun bagi Mesir, peristivYa-peristiwa itu memperlihatkan bahwa Mesir jauh lebih berpengaruh dan Turki Oleh sebab itu Mesir mgin membebaskan diri dan kekuasaan Turki dan menjadi sebuah negara merdeka.

Mesir mencari alasan untuk memberontak melawan Turki. Mesir menuntut Syria sebagai ganti More yang pernah dijanjikan oleh Turki dalam perang Turki-Yunani. Tetapi Turki menolak. Oleh sebab itulah Pasukan Mesir di bawah pimpinan Ibrahim Pasha menyerbu Syria dan merebutnya dan tangan Turki. Turki tidak sanggup berbuat apa-apa, namun dengan tibat iba Rusia mengatakan menolongan. Turki mendapatkan menolongan itu dan dengan deinikian Rusia masuk ke Turki. Melihat kejadian itu, Inggris dan Perancis tercengang dan mengancam akan memmenolong Mesir, apabila dilema itu tidak dipecahkan bersama. Masalah Mesir-Turki ini balasannya menjadi dilema internasional. Untuk mengatasi dilema itu diadakan Konvensi Kutahiah (1833) yang menetapkan:

  1. Syria didiberikan kepada Mesir,
  2. Mesir menarikdanunik kembali tentaranya,
  3. Rusia, Inggris, Perancis ke luar dan kawasan Turki

Sesudah Konvensi Kutahiah berhasil diputuskan, beberapa tahun kemudian Perang Mesir-Turki (1839-1840) muncul lagi. Mesir tetap menuntut kemerdekaan dan tangan Turki. Mesir yang spesialuntuk menerima menolongan dan Perancis mustahil menghadapi Turki yang dimenolong oleh Inggris, Rusia dan Prusia. Akibatnya Mesir mendapatkan Konvensi Alexandria (1840) yang diadakan antara Mesir dengan Inggris. Isi konvensi itu antara lain:

  1. Mesir melepaskan Syria,
  2. Mesir tetap sebagai Vazal Turki,
  3. Muhammad Ali dan keturunannya secara turun menurun menjadi kepala kawasan Mesir dengan sebutan Khadive (Raja Muda).

Sejak ketika itulah kekuasaan Inggris secara perlahan-lahan mulai masuk Mesir, hingga balasannya Mesir menjadi jajahan Inggris. Munculnya gerakan nasionalisme di Mesir diawali dengan adanya pemberontakan Arabi Pasha (1881-1882). Juga Kongres Pertama yang diadakan pada tahun 1907 (7 Desember 1907) di bawah pimpinan Mustafa Kamil bertujuan untuk membangun Mesir secara liberal untuk mencapai kemerdekaan penuh.

Pemerintahan Mesir yang menerima efek Inggris berusaha keras untuk menindas pemberontakan dan gerakan dan kaum nasionalis. Banyak pemimpin nasionalis yang dimembuang tetapi gerakan kaum nasionalis tetap hidup terus dan bahkan kedudukannya makin usang makin berpengaruh untuk kemudian berubah menjadi menjadi Partai Wafd (artinya utusan). Partai ini dipimpin oleh Saad Zaghlul Pasha.

Sesudah Perang Dunia I selesai, Partai Wafd menuntut semoga Mesir dijadikan sebagai negara Merdeka dan ikut serta dalam Konferensi Perdamaian di Paris. Tetapi Inggris menolak, sehingga Saad Zaghlul Pasha diasingkan ke Malta. Sedangkan kaum nasionalis tetap menuntut kemerdekaan penuh, bahkan pemberontakan-pemberontakan mulai berkobar lagi. Inggris tidak sanggup menekan nasionalisme Mesir. Oleh sebab itu, Inggris mengeluarkan Pernyataan Unilateral (Unilateral Declarations) pada tanggal 28 Pebruari 1922 yang isinya:

  1. Inggris mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Mesir,
  2. Inggris berhak atas empat reserved points:


  • mempertahankan Terusan Suez,
  • mempergunakan kawasan Mesir untuk operasi iniliter,
  • mempertahankan Mesir dan aksi bangsa lain,
  • melindungi bangsa absurd berserta kepentingannya di Mesir.

melaluiataubersamaini Unilateral Declarations itu ternyata Inggris tidak sepenuhnya mempersembahkan kemerdekaan kepada Mesir, sebab masih ada reserved point. Sehingga tidak mengherankan kalau kaum nasionalis yang fanatik menolak dan mengadakan gerakan-gerakan untuk menuntut kemerdekaan penuh. Namun dengan deinikian, laba Unilateral Declaration bagi Mesir ialah bahwa semenjak ketika itu dunia internasional sudah menganggap Mesir sebagai negara merdeka.

Sesudah Perang Dunia II berakhir, Inggris tidak menarikdanunik eksklusif tentaranya yang beikedudukan di Mesir. Maka perang anti Inggris pun makin meluas di Mesir. Nasionalisme Mesir berkobar serta politik Mesir dipusatkan kepada pengusiran Inggris ke luar wilayah Mesir. Perjuangan nasionalisme Mesir terus berkobar hingga meletusnya Revolusi Mesir (23 Juli 1952). Akhirnya, pada tanggal 18 Juni 1953 Mesir menjadi sebuah negara republik.

Post a Comment for "Gerakan Nasionalisme Mesir Pada Perkembangan Nasionalisme Asia Dan Afrika"