Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hasil Budaya Insan Purba Di Indonesia

Hasil Budaya Manusia Purba Di Indonesia



Setiap ras insan purba yang hadir di Nusantara ini masing-masing mempunyai tingkat keterampilan yang tidak sama dalam membuat peralatan.

Hasil-hasil budaya ras Papua Melguasoid


Kebudayaan ras Papua Melguasoid sudah setingkat lebih tinggi dan kebudayaan insan purba ash Indonesia. Manusia purba ash Indonesia dikala itu hidup pada zaman Batu Tua, sedangkan ras Papua Melguasoid sudah berada pada zaman Batu Tengah (Mesolitikum). Sebagian besar dan mereka masih hidup mengembara (nomaden), sebagian hidup di gua-gua, dan sebagian lagi menentukan tempat pantai untuk tempat menetap mereka. Mereka yang tinggal di daerah-daerah pantai sanggup dibuktikan dengan adanya kjokkenmoddinger (kjokken = dapur, modding = sampah). Jadi, kjokkenmoddinger artinya bekas sampah dapur.



Bekas sampah dapur itu berupa bukit-bukit kulit kerang yang tinggi dan dalamnya beberapa meter. Di daerah-daerah pantai itu mereka mendirikan rumah-rumah bertiang tinggi sebagai tempat tinggal mereka. Setiap han kerang-kerang yang diambil dan laut, diambil isinya, sedangkan kulitnya dimembuang dan atas rumah ke bawah. Lambat laun kulit-kulit kerang itu menumpuk dan membukit. Kjokkenmoddinger banyak ditemukan di sepanjang pantai timur maritim antara Langsa dan Medan.

Pada tahun 1925, Von Stein Calleufels mengadakan penelitian pada bekas-bekas sampah dapur itu. Dalam penelitiannya itu ia berhasil menemukan sejumlah jenis kapak genggam yang tidak sama dengan kapak genggam zaman Batu Tua (Palaeolitikum).

Jenis kapak genggam yang ditemukan dalam bukit-bukit kulit kerang itu disebut pebble. Seuai dengan tempat penemuannya pebble disebut juga kapak Sumatera. Jenis kapak lainnya yang juga ditemukan ialah kapak pendek yang disebut hache courte, bersama tulang belulang dan tengkorak manusia.

Selain penelitian diadakan pada bukit-bukit kulit kerang, Callenfels juga mengadakan penelitian pada gua-gua bekas tempat tinggal. Gua bekas tempat tinggal masyarakat prasejarah itu dikenal dengan sebutan abris sous roche (abris = berlindung, sous = dalam, roche = gua). Pada tahun 1928-193I, Callenfels mengadakan penelitian juga di gua Sampung (Ponorogo). Dalam penelitiannyaia berhasil menemukan sisa-sisa peralatan antara lain; watu penggilingan, mata panah, flakes, kapak yang sudah diupam, alat-alat tulang dan tanduk, serta beberapa alat dan perunggu dan besi. Oleh alasannya alat-alat yang ditemukan itu lebih banyak dan tulang, maka Callenfles menyebutnya Sam pung bone culture atau Kebudayaan Tulang dan Sampung. Ahli lain yang juga mengadakan penelitian ialah Van Heekeren. Ta mengadakan penelitian pada bukit-bukit kulit kerang di Besuki dan Bojonegoro Jawa Timur. Di kedua tempat itu ia berhasil menemukan sejumlah kapak Sumatera atau pebble, kapak pendek atau hache courte, dan sejumlah tulang belulang ras Papua Melguasoid. Tokoh lainnya, Alfred Buchier, mengadakan penelitian di daerah-daerah Nusa Tenggara Timur. Di Pulau Timor dan Pulau Rote ia menemukan sejumlah flakes. Selain flakes, ia juga menemukan peralatan tulang. Flakes ditemukan pula di Lamuncang Toala (Sulawesi Selatan).

Menurut Madeline Colani hebat purbakala Perancis, kebudayaan kapak Sumatera dan kapak pendek berasal dan Bacson Hoa-Binh di Vietnam kerena benda-benda tersebut lebih banyak ditemukan di tempat itu. Kebudayaan Bacson Hoa Binh masuk ke Indonesia, melalui dua jalur sesuai dengan persebaran pendukungnya. Kebudayaan kapak dan tulang melalui jalur barat, sedangkan kebudayaan flakes, melalui jalur timur.

Hasil-hasil budaya ras Proto Melayu


Ras Proto Melayu (Melayu Tua) ialah pendukung Kebudayan Batu Muda (Neolitikum). melaluiataubersamaini deinikian, kebudayaan mereka setingkat debih tinggi lagi dan kebudayaan ras Papua Melguasoid. Hasil-hasil kebudayaan ras Proto Melayu yang paling menonjol ialah kapak persegi dan kapak lonjong.

Hasil penelitian para hebat menandakan bahwa kapak persegi tersebar dan Tonkin (Vietnam) ke Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Papua, dan pulau-pulau di Lautan Pasifik.

Hasil-hasil kebudayaan ras Deutro Melayu


Hasil-hasil kebudayaan ras Deutro Melayu sudah jauh lebih tinggi dan hasil kebudayaan ras-ras terlampau. Banyak benda hasil kebudayaan ras Deutro Melayu sudah dibentuk dan perunggu dan besi. Benda-benda perunggu itu tidak spesialuntuk ditemukan di Indonesia, tetapi juga di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Sebagian besar ditemukan di tempat Dongson Vietnam bersahabat Sungai Mekhong. Oleh karna itu, para hebat menyebut kebudayaan Perunggu dengan sebutan Kebudayaan Dongson.
Sumber Pustaka: Yudhistira

Post a Comment for "Hasil Budaya Insan Purba Di Indonesia"