Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Historiografi Tradisional Dalam Perkembangan Penulisan Sejarah

Historiografi Tradisional Dalam Perkembangan Penulisan Sejarah



Historiografi tradisional dimulai semenjak zaman kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha hingga zaman kerajaan-kerajaan Islam. Penulisan tradisional dilakukan oleh para pujangga atau penulis istana. Sebagai abdi raja (istana), mereka secara tekun menulis atau mencatat setiap insiden penting yang terjadi di istana dan sekitarnya. Peristiwa-peristiwa itu dituangkan atau direkam ke dalam bentuk karya sastra yang indah, baik dalam bentuk prosa maupun puisi (syair).

misal historiografi tradisional dalam bentuk prosa contohnya hikayat (Hikayat Johor, Hikayat Aceh, dan Hikayat Banjar), sejarah (Sejarah Melayu, Sejarah Raja-Raja Riau, dan Sejarah Tambusai, serta silsilah (Silsilah Kutai). Historiografi tradisional dalam bentuk puisi (syair) contohnya Syair Perang Muntinghe, Syair Perang Banjarmasin, dan Syair Raja Siak.



Selain dan hikavat dan syair yang juga termasuk penulisan tradisional yakni tambo (Tambo Ininangkabau) dan babad (Babad Tanah Jawi, Babad Banten, Babad Cirebon). Baik hikayat, tambo maupun babad umumnya ditulis untuk sangat senang penguasa (raja). Itulah sebabnya penulisan tradisional diwarnai dengan mitos dan legenda yang umumnva tidak masuk akal. Pada bagian-bagian awal dan penulisan tradisional sering dijumpai centa-cerita yang mengagungkan raja. Raja dianggap sebagai sentra sakral yang mempunyai kekuataan gaib. Guna menambah kepercayaan dan kekaguman rakyat terhadap rajanya, penulis menelusuri garis keturunan raja tersebut. Kadang-kadang mereka telusuri silsilah raja itu hingga Iskandar Zulkarnain, bahkan hingga Nabi Adam. contohnya salah satu naskah sejarah Tambusai, diawali dengan kisah Nabi Adam dan Siti Hawa yang diusir dan nirwana lantaran melanggar larangan Tuhan. Mereka diturunkan ke dunia dan menjadi penghuni dunia bebuyutan hingga kepada Iskandar Zulkarnain. Keturunan Iskandar Zulkarnain itulah yang lalu berkuasa di Tambusai dengan gelar Duli Yang Dipertuan Tua.

Dalam penulisan Sejarah Melayu, diceritakan terkena kepahlawanan Sang Sapurba. Diceritakan bahwa Sang Sapurba yakni putera raja keturunan Iskandar Zulkarnain. Bersama-sama dengan kedua saudaranya ia turun di Bukit Siguntang Palembang. Dan mereka bertiga itulah raja-raja Melavu, Palembang, Ininangkabau, Banten, Malaka, dan lain-lain berasal. misal lainnva vaitu raja pertama Kerajaan Singosari Ken Arok. Dalam Kitab Pararaton disebutkan bahwa Ken Arok yakni putera dan Dewa Brahma. Selanjutnya Raja-Raja Keralaan

Mataram dibentuk garis keturunanya dimulai dan Adam dan para Nabi lainnya disertai dengan periode tokoh-tokoh kepahlawanan dan Kitab Mahabarata.

Dari klarifikasi di atas, terlihat terang bahwa corak penulisan sejarah tradisional yang bersifat istana sentris berusaha membuat kesinambungan yang kronologis untuk nemdiberikan legitimasi yang berpengaruh bagi penguasanya. Cerita-cerita Se- macam itu disebut Dynastic myth, atau kepercayaan dinasti.

Selain dan itu, banyak pula mitos, legenda, maupun folkior, di beibagai tempat terkait dengan tokoh tokoh sejarah lokal. Sebagai contoh, Kitab Babad Tanah Jawi yang isinya bertujuan meningkatkan solidaritas dan integrasi di bawah pemerintahan pusat. Sesudah integrasi tercapai, pemerintah sentra memerlukan pengukuhannya antara lain dengan memasukkan banyak sekali sejarah lokal menjadi sejarah resini Kerajaan Mataram. Kharisma raja-raja Mataram Islam sebagaimana tertulis dalam Babad Tanah Jawi dipercaya lantaran adanya pulung. misalnya, Pguambahan Senopati dengan pulung yang dimilikinya berhasil menaklukkan Ratu Pantai Selatan Nyai Roro Kidul. Karena keberhasilannya itu, ia bisa menga mankan kekuasaannya di sepanjang pantai Selatan Jawa, tempat Nyai Roro Kidul bersemayam. Ta bahkan menjalin korelasi khusus dengan ratu yang konon suka menebar petaka itu.

Meskipun banyak diwarnai initos dan legenda, penulisan sejarah tradisional dianggap cukup penting. Hal itu lantaran historiografi tradisional merekam banyak sekali insiden sejarah yang pernah terjadi di Nusantara, terutama mencatat silsilah raja-raja, kisah peperangan, bentuk pemerintahan, dan adat-istiadat istana.
Sumber Pustaka: Yudhistira

Post a Comment for "Historiografi Tradisional Dalam Perkembangan Penulisan Sejarah"