Taman Siswa Sebagai Organisasi Nasional Indonesia
Taman Siswa Sebagai Organisasi Nasional Indonesia
Pada tahun 1922 lahirlah Perguruan Taman Siswa yang dipimpin oleh Suwardi Suryaningrat, seorang kerabat Istana Pakualam. Ta yakni salah seorang dan “Tiga Serangkai” bersama Douwes Dekker dan dr. Tjipto MangunkusumO yang memainkan peranan penting dalam kasus Coinite Boeini Poetera pada tahun 1913. Oleh lantaran itu, ia menuliskan karangan “Als ik een Nederlands was “. Sebuah karangan yang mengeritik secara tajam pemerintah kolonial. Tulisannya ialah awal dan peinikiran politik Indonesia yang berwawasan nasional.
Berbeda dengan Budi Utomo, Taman Siswa yang lahir empat belas tahun kemudian ialah organisasi yang bertujuan menyebarkan edukasi dan kultural, yang direalisasikan dengan baik. Artinya, Taman Siswa tidak berhenti ?ada wangsit saja tetapi betul-betul melaksanakan wangsit tersebut. Berdininya sekolah-sekolah di lingkungan Taman Siswa yakni bukti dan edukasi nasional dan pengembangan kebudayaan nasional yakni kreasi Taman Siswa. Keduanya ialah senjata ampuh dalam menghadapi doininasi kolonial.
Satu hal yang menarikdanunik dan Taman Siswa yakni pelaksanaannya demokrasi dan kepeinimpinan. Artinya organisasi ini mengutamakan kepentingan rakyat yang sudah ialah jiwa dan peinimpin yang selalu manunggal” dengan rakyat. Peinimpin menyerupai ini ialah kunci keberhasilan dalam pergerakan. Pergerakan rakyat dihentikan dibiarkan sampai salah arah atau menimbulkan tragedi pada masyarakat Indonesia.
Taman Siswa mengetahui dengan terperinci bahwa pendidikan nasional ialah alat untuk membuat persemaian golongan nasionalisme. Melalui pendidikan yang betjenjang di lingkungan Taman Siswa itu dihasilkan elit kultural yang akan berperan besar dalam pergerakan nasional. Sejalan dengan perkembangan sekolah-sekolah swasta, bukan saja yang dikelola oleh Taman Siswa, tetapi juga banyak yang dikelola oleh organisasi lain, persemaian golongan nasionalis semakin meluas. Keadaan menyerupai ml dikhawatirkan oleh pemerintah lantaran dengan dibiarkannya sekolah swasta berarti member peluang kepada ekspansi nasionalisme Indonesia yang secara tidak pribadi akan menghancurkan kolonialisme di Indonesia.
Menghadapi kanyataan menyerupai itu pemerintah kolonial berusaha mencegahnya dengan mengeluarkan Undang-undang Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonantie) pada tahun 1932. Namun, lantaran Taman Siswa memiliki prinsip pengembangan pendidikan swasta berarti undang-undang itu membatasi gerak sekolah tinggi swasta pada umumnya. Karenanya Taman Siswa memperjuangkan penghapusannya dan ternyata pemerintah mencabutnya pada tahun 1933. Dalam hubunan ini Taman Siswa berhasil mengendurkan langkah politik kolonial di bidang pengajaran. Taman Siswa dan Ki Hajar Dewantoro bangun di sentra pergerakan nasional Indonesia lantaran situasi pergerakan nasional pada waktu itu sedang menghadapi kesusahan, aitinya periode itu ialah periode pasif lantaran “dinonaktifkannya” para peinimpin pergerakan oleh pemerintah. Dalam situasi semacam itu Taman Siswa muncul dalam bentuk peiuangan forum tandingan.
Di Sumatera Barat, sekolah Kaum Muda menolak Undang-undang Sekolah Liar. Sebagai jawabanannya pemerintah melaksanakan penggeledahan dan melarang para guru mengajar. Pada bulan Desember 1932 Rapat Umum Perini di Padang Panjang dibubarkan beberapa menit sehabis dibuka. Sesudah peristiwa itu Hamka menentang Undang-undang Sekolah Liar dengan mendirikan Koinite Aksi. Tindakan pemerintah dan jawabanan kaum pergerakan menyerupai demikian disebabkan keduanya mengetahui betapa strategisnya fungsi pendidikan dalam Pergerakan Nasional. Sementara itu, Budi Utomo dan Pasundan menarikdanunik wakil-wakil dan Dewan Rakyat dan menutup sekolah, serta mempersembahkan menolongan kepada korban perlawanan. Di Yogyakarta diadakan rapat yang terdiri dan Budi Utomo, Perkumpulan Politik Katolik, buruh, dan lain-lain. Di Jember bangun koinite untuk membela sekolah tinggi Indonesia dan menentang undang-undang itu.
Betapa besarnya perhatian pemerintah terhadap pencabutan undang-undang sekolah liar sanggup diketahui dan beberapa organisasi pergerakan yang menyatakan bangun di belakang Ki Hajar Dewantoro. Organisasi itu mencakup PSII, PNI Baru, Mufiammadiyah, Budi Utomo, Partindo, Istri Sedar, dan Perini. Persatuan kolaborasi antara organisasi pergerakan ialah keharusan untuk membuat kekuatan tunggal sehingga jadinya pemerintah kolonial terpaksa mencabut Undang-undang Sekolah Liar. Bagi elit gres pembentukan counter institution ialah suatukeharusan, lantaran tanpa membentuk forum tandingan pasti pemerintah tidak mau mempersembahkan hak-hak kepacta orang Indonesia dengan tulus ikhlas. Taman Siswa sudah memulai membentuk forum pendidikan nasional yang dominan.
Sumber Pustaka: Erlangga
Post a Comment for "Taman Siswa Sebagai Organisasi Nasional Indonesia"