Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Sehabis Mengenal Tulisan

Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Sesudah Mengenal Tulisan



Pada zaman kuno, kepulauan Indonesia terletak dalam jalur perdagangan antara dua sentra perdagangan kuno, yaitu India dan Cina. Letak dalam jalur perdagangan internasicnal mi mempersembahkan efek yang sangat besar pada perkembangan sejarah kuno Indonesia.

Kegiatan perdagangan antara India dengan Cina melalui wilayah kepulauan Indonesia mengakibatkan terjalinnya relasi antara penduduk setempat dengan para pedagang dan India dan Cina. Hubungan mi merujakan salah satu benang merah pemersatu wilayah kepulauan Indonesia. Bukti-bukti arkeologi mengatakan bahwa pada kala ke-5 M, baik di daratan Asia Tenggara maupun di Semenanjung Melayu dan Indonesia bab barat sudah terdapat pusat-pusat kekuasaan politik dengan taraf indianisasi yang sama.



Kehadiran orang India di kepulauan Indonesia mempersembahkan efek yang sangat besar pada perkembangan di aneka macam bidang di wilayah mi. Hal itu sendiri terjadi melalui proses akulturasi kebudayaan, yaitu prosespercampuranantara unsur kebudaans dengan kebudayaan yan lain sehingga bentuk kebudayaan yang barupa meng i ang an sarna sekali masing-masing ciri khas darikiyaaiama.Di bawah ini ialah pola hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan Indonesia asli.

Bidang Budaya


  • Seni Bangunan
Dalam seni bangunan, akulturasi kebudayaan itu terlihat dalam bentuk bangunan candi. Di India, candi aslinya ialah kuil untuk memuja para yang kuasa dengan bentuk stupanya. Akan tetapi di Indonesia, selai sebagai sebagai tempat pemujaan, candi juga yang berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan bubuk mayat sang raja yang sudah meninggal. Biasanya di atas makam raja tersebut kemudian didirikan patung raja yang ibarat (ialah perwujudan) dengan yang kuasa yang dipujanya. Hal mi ialah perpaduan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya berbentuk punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang. misal mi sanggup dilihat pada bangunan candi Borobudur.

Pada masa Islam pun, efek budaya ash masih tetap terlihat.

Sebagai contoh, bentuk bangunan masjid di Indonesia mempunyai cirri tradisional yang terlihat dan bentuk menaranya yang ibarat dengan bangunan meru dan punden berundak.
  • Seni Rupa dan Seni Ukir
Masuknya efek India juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa dan seni pahat ataupun ukir. Hal mi sanggup kita lihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bab dinding candi. Akulturasi kebudayaan pun terlihat dalam seni mi. Sebagai contoh, relief yang
dipahatkan di Candi Borobudur bukan spesialuntuk menggambarkan riwayat sang Buddha namun juga memasukkan relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia, ibarat rumah panggung dan burung merpati. Bahkan ada p.ila relief yang menggambarkan bentuk bahtera bercadik, yang ialah pengambaran pengembaraan dan acara nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.
  • Seni Sastra dan Aksara/ Tulisan
Pengaruh India juga sudah membawa perkembangan yang sangat besar dalam pengenalan budava tubs menulis bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia dikatakan memasuki zaman sejarahnya pada kala ke-5 Masehi. Hal itu diperlihatkan dengan ditemukannya bukti-bukti tertulis berupa prasasti dan Kerajaan Kutai dan Kerajaan Tarumguagara. Bukti-bukti tertulis mi ditulis dengan rnenggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Pengenalan abjad Pallawa dan bahasa Sansekerta mi membawa bangsa Indonesia ke dalam zaman sejarah.

Huruf Pallawa segera diindonesiakan menjadi huruf Kawi. Sejak prasasti Dinovo, huruf Kawi mi menjadi huruf yang digunakan di Indonesia. Bahkan menjelang selesai kala ke-8, bahasa yang digunakan dalam aneka macam prasastipun bukan lagi bahasa Sansekerta melainkan bahasa Kawi.

Sesudah mengenal kebudavaan tulisan, seni sastrapun mulai berkembang dengan pesat. Seni sastra pada waktu ada yang berbentuk prosa dan tembang (puisi). Tembang Jawa kuno umumnya disebut kaka win. Irama kaka win didasarkan pada irama dan India. Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut terdiri atas tutur (pitutur, atau kitab keagamaan), kitab hukum, dan wiracanita (kepaMawanan) serta kitab dongeng lainnva yang bertutur terkena duduk perkara keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah (misainva Nagarakertagama).

Bentuk wiracarita ternyata sangat populer di Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata. Kisah India itu kemudian digubah oleh para pujangga Indonesia, ibarat Baratayudha yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra, terutama yang bersumber dan kisah Mahabarata dan Ramayana, sudah melahirkan seni pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Isi pertunjukan wayang mi banyak mengandung nilai yang bersifat mendidik. Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dan India, tetapi wayangnya sendiri orisinil budaya Indonesia. Bahkan muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia ibarat tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Tokoht ojcoh mi tidak ditemukan di India

Pemerintahan


Sebelum kehadiran efek India, penduduk di kepulauan Indonesia sudah mengenal adanya sistem pemerintahan secara sederhan. Pemerintah yang dimaksud ialah semacam pemerintah di suatu desa atau kawasan tertentu. Rakvat sudah mengangkat seorang pemimpin atau semacam kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya ialah orang yang sudah berumur (senior), arif, berwibawa, sanggup membimbing serta mempunyai kelebihan tertentu, termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan mistik atau kesaktian.
Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Sesudah Mengenal Tulisan

Berkembangnya efek India mengakibatkan perubahan dalam pemerintahan, di mana pemerintahan oleh kepala suku diubah menjadi pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun. Akan tetapi, dan prasasti-prasasti yang ditinggalkan, terlihat bahwa dalam hal pemerintahan dan kemasyarakatan sifat-sifat Indonesianya tetap bertahan.

Raja tidak memerintah ibarat di India, dengan kekuasaan dan wewenang mutlak untuk memilih segala-galanya. Kerajaan di kepulauan Indonesia mi terdiri atas daerah-daerah swatantra. Di dalam kawasan mi, yang menjadi inti ialah desa-desa otonom yang diperintah oleh tua-tua dan pemuka desa. Sang raja yang bergelar sebagai raka, raicryan atau bhra dan suatu swatantra memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah itu, bersama dengan raka-raka lainnya. Dalam bertindak ke luar, ia ialah wakil rakyat yang menerima wewenang penuh. Sedangkan apabila ke dalam, ia ialah lambang nenek moyang yang didewakan.

Apabila pada masa Hindu-Buddha raja dianggap sebagai penjelmaan yang kuasa di bumi, maka dikala agama Islam berkembang konsep tersebut menjelma bahwa raja ialah wakil Tuhan (khalifah) di bumi. melaluiataubersamaini kata lain, durhaka pada raja sama juga dengan durhaka pada Tuhan.

Sistem Kepercayaan


Sebelum efek India berkembang di wilayah Indonesia, masyarakat pribumi sudah mengenal dan mempunyai kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda besar (animisme dan dinamisme). Ketika agama dan

kebudayaan Hindu-Buddha tumbuh dan berkembang, unsur iktikad Indonesia ash tetap hidup. Hasilnya ialah sistem iktikad agama Hindu-Buddha yang bercampur dengan unsur-unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal mi tampak pada fungsi candi di Indonesia yang tidak sama dengan yang ada di India. Diri dia, fiingsi candi semata-mata spesialuntuk untuk pemujaan para yang kuasa sedangkan di Indonesia candi berfungsi ganda, yaitu pemujaan kepada roh nenek moyang dan sekahigus kepada dewa.

Candi dengan patung induknya, yang menjadi arca perwujudan bagi raja yang sudah meninggal, mengingatkan kita kepada punden berundak dengan menhirnya. Sebagai contoh, Borobudur bergotong-royong ialah punden berundak-undak. Hanya saja punden mi didiberi “pakaian” Buddha-Mahayana. Bahkan dikala agama Islam diterima oleh orang Indonesia, efek unsur-unsur budaya ash Indonesia masih tetap ada. Sebagai contoh, efek iktikad terhadap roh nenek moyang terhihatjelas pada tradisi masyarakat Jawa yang menghormati makam-makam orang-orang yang dianggap suci, ibarat makam para wali.
Sumber Pustaka: Gguaca Exact

Post a Comment for "Tradisi Sejarah Masyarakat Indonesia Sehabis Mengenal Tulisan"