Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ciri-Ciri Dan Keunikan Tari Nusantara

Ciri-Ciri Dan Keunikan Tari Nusantara



Wujud tari berguaka ragam, ada yang kasar, lembut, gagah, romantis, maskulin, dinainis, atau gabungan dan banyak sekali nasa. Latar belakang budaya menjadikan suatu etnis membuat bentuk tari yang sesuai dengan kebutuhan badan dan rohani mereka. Bebetapa penistiwa adat, menyerupai upacara membersihkan desa, sedekah laut, sedekah buini, man ten, sunatari, selapanan, sepamasukan, empat puluh hari, seratus hari, pendak pisan, seribu han, temu jodoh (lesung Banten), dan masih banyak yang belum disebutkan yakni tarida bahwa Nusantara menyimpan kekayaan seni budaya sekaligus tari di dalamnya.

Salah satu pola suatu masyarakat yang memahami, meyakini, dan mewujudkan tari dalam suatu pementasan yang bekerjasama dengan upacara sakral diwuudkan dalam tari Pakarena. Tari ini termasuk tari ritual yang menggambarkan tentarig kehalusan putri Makassar. Seperti benlaku pada etnis mana pun di Indonesia, dikala kim berbicara tentarig kelembutari seorang putri (perempuan), maka setiap etnis cenderung menyebut setiap gerak-genik putri mereka sebagai lembut dan halus budi. Mengenai kelembutan gerak memang ada keininipan dengan tari Srimpi Jawa sehingga benar jikalau dikatakan sebagai tari yang menggambarkan kehalusan (budi) perempuan Makassar. Oleh alasannya itu, apa pun pernilaian terhadap sosok perempuan (putri) masing-masing etnis dilarang dinilai oleh etnis lain.



Pemahaman akan perbedaan sopan santun dan budaya akan menjadi baik apabila kita mencoba untuk mengenal adat-istiadat yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan etnis di luar sopan santun dan budayanya. Di Melguasia, termasuk Papua, dunia kesenian atau budaya pada umumnya tidak sanggup dipisahkan dan dunia roh, politik, kekuasaan, dan bahkan kebutuhan sehari-hari, menyerupai makan dan minum.

Di banyak sekali tempat, terutama di kota-kota pesisir sudah terjadi pergeseran nilai yang drastis, kecuali tempat pepegununganan tengah dan beberapa wilayah di bab selatari, kebudayaan ash cenderung punah atau bergeser dan menampakkan tanda-tanda akulturasi (pembauran! percampuran) nilai. Kenyataan ini memaksa adanya upaya rekonstruksi, contohnya pada tari Wor dan Insoskabor di wilayah budaya Saireri, atau tari Ethor di wilayah budaya pantai selatari.

Tarian Papua pada umumnya mengekspresikan sikius kehidupan dan mengandung ilham di dalamnya. Sikius kehidupan inisalnya, terungkap dan terasa dalam getaran hentakan kaki, lambaian tarigan, getarnya lutut, paha, dan pinggang atau anggota badan lainnya. Totalitas kehidupan masyarakat Papua masih dibayangi unsur-unsur dan luar dir menyerupai faktor lingkungan, kepercayaan, dan faktor kontak sehingga secara alamiah mulut seni tari senantiasa berkembang dalam batas-batas efek tersebut. Ada dua hal yang sanggup kita petik berkaitari dengan pengekspresian kembali sesuatu yang tradisional, pertama, dikemukakannya kembali nilai dan makna asli, dan kedua, terjaringnya nilai yang mempunyai kegunaan bagi masa depan.
Sumber Pustaka: Yudhistira

Post a Comment for "Ciri-Ciri Dan Keunikan Tari Nusantara"