Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Menyimpang

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang



Bila kita mengidentifikasm faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menyimpang di dalam masyarakat, intinya sanggup dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal


Faktor internal yaitu faktor yang berasal dan dalam diri seseorang. Faktor-faktor tersebut, antara lain faktor intelegensi, kondisi fisik, kondisi psikis, kepribadian, usia, jenis kelabuin, dan kedudukan seseorang dalam keluanga.


  • Faktor Intelegensi
Setiap orang mempunyai intelegensi yang tidak sama. Ada yang cerdas dan ada pula yang kurang cerdas. Pada umumnya orang yang pandal atau cerdas akan lebih cepat diberinteraksi dan bersosialisasi terhadap nilai yang ada di masyarakat. Sebaliknya, yang kurang atau lemah intelegensinya akan susah dan lamban diberinteraksi.

Baik orang yang cerdas maupun yang kurang cerdas, sama-sama mempunyai potensi sikap menyimpang. Biasanya orang yang cerdas mempunyai sifat atau sikap suka meremehkan orang lain, dan egoismenya yang tinggi, sedangkan orang yang kurang cerdas biasanya suka mengisolasi diri, tidak percaya din sehingga penilakunya canggung dalam pergaulan masyarakat. Hal ini sanggup menghambatnya saat ia harus diberinteraksi atau bergaul dengan masyarakat di sekitarnya.
  • Kondisi Fisik
Seorang tokoh krimmnologi C. Lombroso (dalam buku Soerjono Soekanto “Kriminologi Suatu Pengantar” (I 98 1:25)), melihat gejala fisik seseorang, sanggup dikenali apakah seseorang itu orang yang balk atau orang yang jahat. Seorang penjahat dipandang dan sudut antropologi mempunyai gejala tertentu, yaltu tengkoraknya mempunyai kelainan-kelainan; roman muka yang lain daripada orang biasa; tulang dahi melengkung ke belakang.

Terlepas dan gejala tertentu di atas, kondisi fisik seseorang juga sanggup menjadi penyebab penilaku menyimpang. Kondisi fisik seseorang sanggup dilihat dan kesempurnaan atau ketidak sempurnaan organ tubuh. misal, orang yang kurang tepat organ badannya (tuna rungu, tuna wicara, tuna netra, atau cacat fisik) apabila tidak diimbangi dengan rasa kepercayaan din, mereka akan cenderung mempunyai rasa minder dan aib untuk bergaul dengan sesama mitra atau tetangganya. Sebaliknya, orang yang kesempurnaan tubuh menyerupai posturnya bagus, paras yang bagus atau tampan, kulit yang putih membersihkan, hidung yang mancung kadangkala menyalahgunakan kelebihan fisik yang dimiliki dengan menjadi PSK (Pekerja Seks Komersil).
  • Kondisi Psikis
Kondisi kejiwaan akan mempengaruhi sikap seseorang. Orang yang sedang guncang jiwanya akan praktis melaksanakan sikap menyimpang. contohnya yaitu orang yang dalam kondisi jiwanya gundah, mereka tentu tidak sanggup memusatkan perhatian terhadap suatu masalah. Pikirannya kacau, praktis tersinggung dan cepat marah. Ia pun tidak sanggup membedakan mana yang balk dan mana yang buruk, sehingga praktis melaksanakan tindakan yang negatif.
  • Kepribadian
Menurut Koentjaraningrat (1990: I 20) kepribadian atau personality yaitu susunan unsur-unsur logika dan jiwa yang memilih perbedaan tingkah laris atau tindakan dan tiap-tiap individu. Dalam bahasa populer, kepribadian yaitu ciri-ciri tabiat seseorang yang konsisten membenikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus.

Salah satu unsur kepribadian yaitu dorongan psikologi yang bernilai negatif. Wujudnya sanggup berupa ketegangan yang sangat tinggi, kebencian terhadap sesama, altruisme ekstrem, egoisme ekstrem, penghinaan terhadap sesama, tidak percaya pada din sendiri. Mereka yang dalam keadaan menyerupai mi lebih praktis melaksanakan perbuatan yang menyimpang, lantaran orang yang demikian itu biasanya tidak sanggup membedakan hal-hal yang baik dan benar.
  • Usia
Pertambahan usia sering mempengaruhi pembentukan teladan pikir dan tingkah laris seseorang. Ketika semakin tua, seseorang sering tersinggung. Selain itu, orang yang usianya sudah lanjut sering menjadi pikun (cepat lupa).
  • Jenis Kelamin
Jenis kelabuin seseorang yang tidak sama dan yang lainnya dalam keluarga sanggup mendorong individu untuk melaksanakan penyimpangan. Misalnya, di dalam satu keluarga yang terdini dan enam orang anak, spesialuntuk satu anak yang perempuan. Hal ini menimbulkan perilakunya menjadi menyerupai pria atau menjadi bersikap manja dan ingin selalu menerima perhatian Iebih dan orang renta dan kakak-kakaknya.
  • Kedudukan Seseorang dalam Keluarga
Adik-adiknya. Sebaliknya, anak bungsu selalu ingin dimanja dan diperhatikan. Begitu juga kalau seseorang itu yaitu anak tunggal yang selalu mendapatkan tiruana yang diinginkannya. uatu saat kalau satu keinginannya tidak terpenuhi, kemungkinan terbentuknya sikap menyimpang sanggup tejadi.

Faktor Eksternal


Faktor eksternal yaitu faktor yang muncul di luar diri seseorang. Faktor ini mempengaruhi sikap menyimpang seseorang. Misalnya, faktor sosial ekonomi, faktor politik, faktor budaya, kehidupan keluarga, pendidikan di sekolah, pergaulan, dan media massa.
  • Faktor Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi sangat besar lengan berkuasa terhadap individu atau kelompok untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan sikap menyimpang. Ada kecenderungan di mana masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi yang kurang baik biasanya kondisi stabilitas sosialnya goyah. Misalnya, pencurian, perampokan, penipuan, dan pembunuhan akan meningkat. Dalam kriminologi disebutkan bahwa “di mana ada masyarakat miskin, di sanalah masukangnya penjahat”. Jadi, kemiskinan mendorong seseorang untuk melaksanakan kejahatan.

Sebenarnya penyimpangan tidak spesialuntuk dimonopoli oleh kelompok masyarakat yang sosial ekonominya lemah saja, tetapi juga fenomena sosial menawarkan bahwa kelompok masyarakat dengan kedudukan sosial ekonomi yang kuat tidak sedikit yang melaksanakan penyimpangan terhadap norma-norma dan nilai-nilai sosial. Misalnya, kasus yang menimpa pejabat atau konglomerat lantaran melaksanakan tindak pidana korupsi, kasus perselingkuhan yang dilakukan di hotel-hotel berbintang, atau penyalah gunaan narkoba. Biasanya orang-orang yang melaksanakan penyalahgunaan narkoba yaitu belum dewasa yang orang tuanya cukup mampu.
  • Kondisi Politik
Kondisi politik suatu negara terutama penerapan sistem politik yang tidak sesuai dengan kondisi adil masyarakat lantaran dianggap berperihalan dengan HAM (Hak Asasi Manusia) sanggup menjadi faktor pendorong sikap menyimpang. Sistem politik yang dimaksud, pertama yaitu sistem otoriter, yaitu sistem politik yang lebih mengutamakan kekuasaan daripada kesejahteraan rakyatnya. Pada sistem ini penguasa cenderung sewenang-wenang dan aneka macam melaksanakan pelanggaran HAM dengan alasan demi kestabilan pemerintah. Rakyat menjadi korban kekuasaan, hidupnya menderita, dan tidak ada kebebasan. misal dan kasus mi yaitu remermntahan Jerman pada masa kepemimpinan Hitler dan pemerintahan Italia di bawah kekuasaan Mussolini.

Sistem politik liberal yaitu sistem politik yang lebih mengutamakan semangat kebebasan individu. Bagi negara tertentu yang dalam praktik kehidupan bernegara dengan berasaskan kekeluargaan, penerapan demokrasi liberal sangat memungkinkan timbulnya konflik-konflik yang mengarah pada tindakan inkonstitusional.
  • Faktor Budaya
Setiap orang mempunyai kebudayaan yang tidak sama, sehingga pada kehidupan masyarakat sanggup dipastikan terdapat keguakaragaman budaya. Masyarakat dengan budayanya yang berguaka ragam mempunyai potensi yang tinggi terhadap konflik. Menurift Donald Taff, kejahatan yaitu produk dan kebudayaan (crime is a product of culture). Tiap kebudayaan mempunyai norma yang tidak sama-beda, di mana norma ialah fatwa tingkah laku. Dalam kondisi tertentu, norma dan nilai yang berlaku di suatu masyarakat, belum tentu cocok dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat lainnya. Perbedaan budaya di suatu daerah itu kadangkala sanggup memicu atau mengakibatkan sikap menyimpang dan individu atau kelompok.
  • Kehidupan Rumah Tangga atau Keluarga
Kehidupan rumah tangga atau keluarga yang tidak serasi sanggup mendorong seseorang untuk mempunyai sikap kurang baik dan menyimpang dan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang anak yang mempunyai orang renta yang setiap han selalu bertengkar.

Bahkan saat bertengkar, ayahnya sering memukuli ibunya. Semua hal itu secana perlahan-perlahan sanggup mendorong seseorang untuk melaksanakan sikap menyimpang. Misalnya, minum minuman keras dan menggunakan obat-obat tenlanang yang tiruananya bertujuan untuk melarikan din dan tiruana dilema yang sedang dihadapinya.
  • Pendidikan di Sekolah
Penddikan di sekolah sanggup menjadi faktor eksternal (faktor dan luar) kalau seseorang tidak sanggup mendapatkan aspek-aspek pendidikan yang ia terima di sekolah. Jika hal ini terjadi, tidak jarang tindakan-tindakan yang menyimpang dan tujuan pendidikan yang bahwasanya sanggup timbul.
  • Pergaulan
Penilaku seseorang dalam kehidupan sehari-harinya sebagian besar sanggup terbentuk dan pergaulannya dengan kawan-kawannya. Jika pergaulan dengan kawannya itu bersifat positif, perilakunya pun akan cenderung bersifat positif. Sebaliknya, kalau pergaulan dengan kawan-kawannya itu bersifat negatif, perilakunya pun cenderung akan bersifat negatif juga.
  • Media Massa
Media massa, baik media cetak maupun elektronik memegang peranan yang cukup penting dalam membentuk sikap seseorang. Film-film yang ditayangkan di televisi sanggup mempengaruhi sikap seeorang. Hal itu baik kalau film-film dan program yang ditayangkan bersifat positif. Tetapi seringkali film-film dan acara-acara yang ditayangkan di televisi berbau pornografi dan kekerasan, sehingga perlahan-lahan seseorang yang sering menyak-sikannya mulai meniru. 
Sumber Pustaka: Gguaca Exact

Post a Comment for "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Menyimpang"