Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keunikan Gerak, Inngan. Dan Kostum Tari Nasional

Keunikan Gerak, Ienteng Dan Kostum Tari Nasional



Sebelum mengulas tentarig keunikan gerak, ienteng, dan kostum tari nasional, ada baiknya kita mengulas hubungan antara nasionalisme dengan kebudayaan.

Menurut Giliner, nasionalisme yang berhasil akan mengeliminasi atau menghilangkan budaya ajaib yang sebelumnya berkuasa. Akan tetapi, hal itu tidak menggantikannya dengan kebudayaan lokal yang ada, melainkan menghidupkan kembali atau memperkenalkan sebuah kebudayaan luhur lokal yang gres dan sanggup berdiri diatas kaki sendiri sekalipun harus diakui bahwa kebudayaan gres mi masih mempunyai kaitari dengan gaya dan dialek kebudayaan lokal yang ada. Proses yang digambarkan Giliner tersebut cukup memmenolong dalam memahami proses pembentukan kebudayaan dan kesenian nasional di Indonesia. Dalam upaya mi, penemuan para pendiri negara yang paling berharga yakni diputuskannya bahasa Indonesia yang diangkat dan disempurnakan dan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional, akar komunikasi, dan medium ekspresi seni (sastra).



Untuk seni nonverbal, upaya menasionalkan tari Serampang Dua Belas dan tari Lenso pernah dilakukan Presiden RI pertama Soekarno tahun 1950-an, tetapi upaya tersebut tidak berhasil. Upaya yang berhasil kemudian yakni menentukan dan membuatkan puncak-puncak kesenian daerah. Seni pertunjukan lokal dan bertradis tinggi dan Jawa, Bali, Sunda, Minangkabau, dan Bugis Makassar dipertahankan dan dikembangkan melalui pendidikan formal di tingkat menengah dan sekolah tinggi.

Pelestarian aneka macam bentuk tari tradisi menerima perhatian utama, tetapi dengan seleksi ketat dan menlampaukan cita rasa seni tinggi. Tari-tarian tempat klasik maupun kerakyatari dimanfaatkan sebagai komponen untuk menggarap tontonan gres atau seni nasional. Upaya menggabungkan komponen gerak, musik, dan kostum dan aneka macam tempat untuk penonton yang lebih luas, antara lain dilakukan oleh Bagong Kussudiarjo dan Ki Nartosabdo yang populer dengan karya Karawitari Wandali (Jawa, Sunda, dan Bali). Hasilnya memang memperkaya kesenian, tetapi tidak selalu menjadi nasional. Teknik lain yakni menata dan mengangkat tari-tarian rakyat ke lembaga nasional menyerupai yang ditampilkan dalam bazar tari dan musik rakyat tingkat nasional atau memanfaatkannya sebagai materi garap karya-karya modern. Kerja kreatifsemacam mi harus dilandasi perilaku etis alasannya yakni sanggup berakibat jelek apabila merendahkan martabat anggota masyarakat pemilik seni.

Menurut Sal Murgiyanto, syarat terbentuknya perilaku nasionalisme yakni kita harus menyiapkan bukan spesialuntuk seniman penyaji atau eksekutif semata, tetapi juga pencipta, peneliti, penulis, dan Koreksius seni.

Kita juga harus menanamkan pengertian kesenian yang benar kepada calon seniman dan pemirsa semoga bisa membedakan dampak artistik yang dangkal dengan yang dalam, pengertian artistik dan ekstra-artistik, termasuk menanamkan perbedaan fundamental antara seni dan hiburan. melaluiataubersamaini mengutip pendapat Immanuel Kant, Sal Murgiyanto menyampaikan ‘bahkan kesenian yang paling lokal pun apabila benar-benar ialah ekspresi artistik dan mengungkapkan kedalaman naluri manusia, akan mempunyai daya tarik universal-multinasional. Oleh alasannya yakni itu, apabila makna seni dan ekspresi dimengerti dengan baik, maka lokal, nasional, dan global tidak perlu dipersoalkan lagi.

sepertiyang diketahui bahwa tradisi juga menvangkut pewarisan aneka macam pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, kesenian, tatarian, dan doktrin yang divakini suatu kelompok masyarakat dan generasi ke generasi sebagai kewajiban yang dilakukan dengan perilaku hormat (with duty and respect). Akan tetapi, mewariskan nilai-nilai, keterampilan, kesenian, dan pengetahuan yakni satu ha!, sementara melakukannya dengan penuh tariggung tanggapan dan perilaku hormat yakni hal lain. Kita sering melaksanakan yang satu, tetapi tidak disertai yang lainnya.

Di masa yang lalu, harapan mengangkat satu bentuk tari lokal menjadi nasional ditinggalkan. Nasionalisme yang ialah salah saru bentuk patriotisme diwujudkan melalui penciptaan spectacle (garapan massal yang gemilang di lapangan terbuka) unruk merayakan han-han besar nasional dengan tema-tema perjuangan, menyerupai Prokiamasi Kemerdekaan, Kebangkitari Nasional, dan Pendidikan Nasional.

Ada dua masukan menarikdanunik dan Sal Murgivanto terkena langkah untuk membuat seni tari pertunjukan nasional, yaitu pertama. melaluiataubersamaini pendekatari bentuk, menyerupai mengooptasi aneka macam komponen kesenian lokal ke dalam karva yang mempunyai gaya mantap dan memadukan gaya gerak, musik, dan kostum lokal menjadi sebuah komposisi gado-gado. Kedua, dengan menggarap tema-tema patniotisme atau perjuangan, apa pun gayanya.

Terlepas dan permasalahan yang ada pada seni nasional, kehidupan seni tradisional atau seni rakyat tetap berjalan sesuai kepentingan masyarakat pemiliknya. Persoalan seni nasional yakni masalah politik yang sarat dengan kepentingan, sementara kebutuhan estetis masyarakat yakni masalah kejujuran dan sarat dengan nuansa religi (kepercayaan). Di bebenipa daerah, seni tari menjadi kepingan yang tidak terpisahkan dan kebutuhan spiritual dan hiburan. Selain gerak yang unik, kostum yang indah, ienteng yang dinamis, pemenuhan kebutuhan rohani (kepercayaan) juga menjadi salah satu faktor penyebab seni tari tradisi atau tari rakyat tetapbertahan sampai dikala ini.

Salah satu seni tari tradisional yang sanggup dianggap mempunyai keunikan gerak, ienteng, dan kostum yakni tari Angguk. Tari mi sanggup disebut sebagai kepingan dan tari nasional alasannya yakni cukup populer di Jawa Tengah. Tari Angguk banyak diminati oleh penonton alasannya yakni dimainkan oleh gadis-gadis dengan tata rias yang mencolok ditambah dengan celana pendek. Akan tetapi, hal yang paling menarikdanunik dan kesenian mi yakni proses trans atau kerasukan kekuatan gaib.

Peran pawang spiritual atau dukun dalam kondisi trans ini sangat besar sebagai pengontrol kekuatari gaib. Karena penari Angguk yakni perempuan, gerakan-gerakannya perlu diawasi supaya lebih halus. Gerakan tari yang indah lebih ditonjolkan daripada sisi gerak yang tidak beraturan. Penari akan terus bergerak apabila pawang spiritual tidak mengeluarkan kekuatari mistik yang masuk ke raga penari. Biasanya, penari diistirahatkan setelah trans selama 30 menit. Akan tetapi, apabila kondisi tubuh si Penari memang kuat, maka ia sanggup bertahan sampai 1,5 jam. Tidak tiruana penari Angguk diperbolehkan melaksanakan trans, kecuali spesialuntuk penari. yangsudahmenguasaigeraktari dan mengetahui alunan musik. Masan lain yakni semata-mata untuk kebutuhan bisnis, yaitu meski dalam kondisi setengah sadar alasannya yakni trans, penari tetap harus bisa menampilkan tarian yang cantik dan sanggup dinikmati penonton.
Sumber Pustaka: Yudhistira

Post a Comment for "Keunikan Gerak, Inngan. Dan Kostum Tari Nasional"