Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Proses Berpikir (Penalaran) Dalam Sosiologi

Proses Berpikir (Penalaran)



Manusia memakai logika untuk menyebarkan pengetahuan, menemukan hal-hal baru, menyebarkan kebudayaan, memdiberi makna pada kehfdupan, dan “memanusiakan” din dalam hidupnya. Pendeknya, insan menyebarkan pengetahuannya untuk tujuan yang lebih tinggi daripada sekadar kelangsungan hidup. Kemampuan insan menyebarkan pengetahuannya ini disebabkan oleh dua hal diberikut.
  1. Manusia mempunyai bahasa yang bisa mengomunikasikan gosip danjalan pikiran yang melatarbelakangi gosip tersebut.
  2. Manusia mempunyai kemampuan berpikir berdasarkan suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar, kerangka berpikir demikian disebut penalaran. Misalnya, insan berpikir mengapa pegunungan bias meletus, faktor apa yang menyebabkannya dan bagaimana mencari solusinya. Binatang memang bisa berpikir tetapi tidak bisa bernalar. 


melaluiataubersamaini kemampuan bernalar yang kemudian dikomunikasikan dalam bahasa, insan bisa menemukan pengetahuan yang benar. Sebagai suatu acara berpikir, penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu. 

Ciri-ciri tersebut ialah sebagai diberikut.
  • Suatu teladan pikir yang disebut logika (proses berpikir logis). Pola berpikir ini ialah pengkajian untuk berpikir secara sahih berdasarkan logika. Berbagai hal ditimbang secara adil berdasarkan data dan analisis kebijaksanaan sehat.
  • Sifat arialitik dan proses berpikir. Kalau kita kaji lebih jauh, sifat analitik ialah konsekuensi dan adanya suatu teladan pikir tertentu.
Setiap han kita melaksanakan penalaran dan mengomunikasikan pesan (arti) kita dalam aneka macam bentuk logis dan simbolis. Dua jenis penalaran yang sangat penting dalam penelitian ialah deduksi dan induksi.
  • Deduksi
Aristoteles (384-322 SM) ialah orang pertama yang menyebarkan suatu sistem logika deduktif dengan memakai metode silogisme sebagai pembuktian dan argumentasi untuk menandakan suatu persoalan. Berpikir deduktif ialah cara menarikdanunik kesimpulan yang didasarkan pada alasan-alasan tertentu. Kesimpulan ditarik dan keadaan yang berlaku umum untuk hal-hal yang khusus. Alasan-alasan ini mencerminkan suatu kesimpulan dan mempersembahkan bukti atas kesimpulan tersebut.

Premis 1 : Semua karyawan dipercaya bahwa mereka tidak akan mencuri.
Premis 2 : Zainal ialah seorang karyawan.
Kesimpulan : Zainal sanggup dipercaya, ia tidak akan mencuri.
  • Induksi
Proses berpikir secara induktif sangat berlainan dengan deduksi. Induksi ialah metode fatwa yang bertolak dan hal-hal atau insiden khusus untuk memilih aturan umum. Dalam induksi, kesimpulan ditarik dan satu atau lebih fakta atau bukti. Kesimpulan menandakan fakta dan fakta mendukung kesimpulan. misal: Anda menekan lampu untuk menyalakan lampu kamar. Lampu ternyata tidak menyala. mi ialah fakta. Anda kemudian bertanya, “Mengapa lampu tidak menyala?” Satu kemungkinan jawabanannya ialah lantaran lampunya putus. Kesimpulan mi ialah induksi lantaran dan pengalaman kita tahu bahwa lampu hams menyala bilamana tombolnya ditekan dan jikalau bola lampunya putus, maka lampu tidak menyala. mi ialah satu klarifikasi di antara sekian klarifikasi lain yang mungkin menyerupai tombol yang rusak atau listrik di tempat tersebut mati.
  • Gabungan induksi dan deduksi
Proses induksi dan deduksi digunakan dalam penalaran penelitan secara berurutan. Induksi timbul bilamana kita mengamati suatu fakta dan bertanya “mengapa demikian”?. Sebagai jawabanan atas pertanyaan in kita anjurkan klarifikasi sementara (hipotesis). Hipotesis mi mungkin jikalau hipotesis tersebut menandakan fakta yang menimbulkan pertanyaan tadi. Deduksi ialah proses pengujian apakah hipotesis menandakan fakta. misalnya, Anda menekan tombol dan lampu tidak menyala. Anda kemudian bertanya, “Mengapa tidak menyala?”. Anda kemudian menarikdanunik kesimpulan (hipotesis) untuk menandakan fakta tersebut. Berdasarkan hipotesis tersebut, Anda menarikdanunik kesimpulan (deduksi) bahwa lampu tidak menyala bila tombol ditekan. Dan pengalaman kita ketahui bahwa bola lampu yang putus tidak bias menyala.
Sumber Pustaka: ESIS

Post a Comment for "Pengertian Proses Berpikir (Penalaran) Dalam Sosiologi"