Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Peranan Organisasi Dan Pondok Pesantren Pada Masa Perang Kemerdekaan

Peranan Organisasi Dan Pondok Pesantren Pada Masa Perang Kemerdekaan


Sebelum kurun ke-19, perlawanan terhadap penjajah Belanda yang dipimpin oleh raja-raja Islam dan para ulama masih bersifat lokal, sehingga sanggup dipatahkan oleh kaum penjajah. Baru pada awal kurun ke- 19, gerakan perlawanan terhadap kaum penjajah lebih terorganisasi. Semua berjuang bersama demi tercapainya tujuan utama, kemerdekaaan Indonesia.



Organisasi-organisasi tersebut antara lain:

Serikat Dagang Islam/Serikat Islam

Serikat Dagang Islam didirikan oleh Haji Samanhudi dan Mas Tirtam Adisuryo pada tahun 1905 di Kota Solo. Tujuan organisasi mi pada awalnya ialah menggalang kekuatan para pedagang Islam melawan monopoli pedagang Cina (yang menerima perlakuan istimewa dan penjajahan Belanda) dan memajukan agama Islam.

Selanjutnya atas undangan Haji Omar Said Cokroaminoto pada tahun 1912 Serikat Dagang Islam diubahmenjadi Serikat Islam (SI), bertujuan bukan spesialuntuk untuk memajukan para pedagang Islam, tetapi lebih luas lagi, yaitu untuk menghapus penderitaan, penghinaan, dan ketidakadilan yang menimpa seluruh rakyat Indonesia jawaban ulah penjajahan Belanda.

Gerakan Serikat Islam menerima sambutan luar biasa. melaluiataubersamaini aneka macam cara, pemerintahan Belanda berusaha, mempersusah gerak Serikat Islam. Namun, perkumpulan mi terus berkembang pesat. Dalam waktu singkat anggotanya mencapai hampir satu juta orang.

Pada tahun 1914 sudah berdiri 56 perkumpulan lokal Serikat Islam yang sudah resmi berbentuk tubuh aturan yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Untuk menyeragamkan gerak dan langkah, pada tanggal 18 Maret 1916 dibuat wadah Serikat Islam Sentral, yang diketuai oleh Haji Omar Said Cokroaminoto.

Pada bulan Juni 1916 Serikat Islam mengadakan kongresnya yang pertama yang dinamai Kongres Nasional Serikat Islam. Di dalam kongres itu dijelaskan bahwa istilah “Nasional” dipakai untuk mempertegas bahwa Serikat Islam mencita-citakan adanya suatu “Nation” bagi rakyat Indonesia (baca penduduk pribumi).

melaluiataubersamaini demikian, Serikat Islam ialah organisasi yang secara tegas melaksanakan upaya-upaya faktual untuk mempersatukan rakyat Indonesia menjadi satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.

Pada tahun 1923 Sentral Serikat Islam mengubah namanya menjadi Partai Serikat Islam (PSI). Kemudian ruang lingkup gerakannya pun diperluas, bukan spesialuntuk terbatas di dalam negeri saja, tetapi melebar ke manca negara dengan jalan mencari korelasi sekaligus derma dan gerakan-gerakan Islam di negaran egara lain di seluruh dunia. Gagasan gerakan Islam Internasional ini dikemukakan oleh Kyai Haji Agus Salim, dengan nama pan-Islamisme.

Muhammadzyah

Organisasi Islam Muhammadiyah didirikan di kota Yogyakarta oleh K.H. Alimad Dahlan pada tanggal 18 November 1912. Peranan Muhammadiyah pada masa penjajahan Belanda lebih dititikberatkan pada usaha-usaha mencerdaskan rakyat Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan mereka, yakni dengan mendirikan sekolah-sekolah, baik sekolah umum maupun sekolah agama, rumah sakit, panti asuhan, rumah-rumah penampungan bagi masyarakat miskin dan perpustakaan-perpustakaan.

Pada tahun 1925, tidak usang setelah pendirinya, K.H. Ahmad Dahian wafat, Muhammadiyah sudah tersebar di tiruana kota besar di seluruh Indonesia serta berhasil membangun dan mengelola 1774 buah sekolah, 31 buah perpustakaan, 834 masjid, puluhan rumah sakit, panti asuhan dan rumah-rumah penampungan bagi masyarakat miskin.

Nahdaztul Ulama (NU)

NU didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Dua tolcoh penting dalam upaya pembentukan NU ialah K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Wahab Hasbullah. Sebagai organisasi sosial keagamaan, NU banyak melaksanakan perjuangan untuk memajukan dan memperbanyak pesantren, madrasah serta penpenghasilanan-penpenghasilanan dengan maksud memajukan Islam dan kaum Muslimin. Pada masa penjajahan Belanda, NU senantiasa berjuang menentang penjajah dan pernah mengeluarkan pernyataan politik yang isinya:
  • Menolak kerja rodi yang dibebankan oleh penjajah kepada rakyat.
  • Menolak rencana ordonansi (peraturan pemerintah) wacana perkawinan tercatat.
  • Menolak diadakannya Milisi (wajib militer).
  • Menyokong GAPI dalam menuntut Indonesia yang mempunyai DPR kepada pemerintah kolonial Belanda.

Organisasi-organisasi Islam lainnya yang didirikan pada masa penjajahan Belanda



Organisasi Islam lainnya yang didirikan pada masa penjajahan Belanda di antaranva ialah Al Irsyad, berdiri pada tahun 1914, Persatuan Islam (PERSIS), berdiri pada tahun 1923, Persatuan Umat Islam (PUI) pada rahun 1917, PERTI (Persatuan Tarbiyah Islam) pada tahun 1930, dan PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) pada tahun 1938.

Pada masa penjajahan Jepang, tiruana organisasi Islam tersebut berkumpul dalam suatu wadah partai yang berjulukan Majelis Islam Tinggi, yang sudah mengeluarkan pernyataan politiknya sebagai diberikut:

  • Membentuk barisanfi sabilillah, untuk berjuang di garis depan menentang penjajah.
  • Akan berjuang mengusir penjajah, lantaran hukumnya ialah fan/u am. 
  • Menyatakan bahwa seorang yang mati dalam melawan penjajahan ialah mati syahid.
  • Membentuk barisan palang merah wanita, sesuai dengan pedoman Islam.

Pondok Pesantren



Pesantren ialah forum pendidikan Islam tertua di Indonesia, yang penyelenggaraan pendidikannya bersifat tradisional dan sederhana. Mata pelajaran yang diajarkan di pesantrenadalah: Ilmu Tauhid, Fikih Islam, Akhlak, Ushul Fikih, Nahwu, Saraf, dan Ilmu Mantik. Sumber pelajarannya, biasanya, kitab-kitab berbahasa Arab yang tidak berharakat atau gundul, yang biasa disebut dengan “Kitab Kuning”.

Para pendidik dan pengajarnya biasa disebut kyai, sedangkan anakdidik-anakdidiknya disebut para santri. Mereka bertempat tinggal di lokasi yang sama, yaitu Pondok Pesantren.

Para santri yang blajar di pesantren hadir dan aneka macam pelosok tanah air. Sesudah selesai, mereka kembali ke wilayahnya masing-masing. Kebanyakan mereka mendirikan pesantren di wilayahnya atau mengajarkan wacana Islam kepada masyarakat sekitar di daerahnya. Pesantren ialah tempat mencetak generasi muda Islam semoga kelak menjadi kader umat dan pemimpin masyarakat.

Sebagai kader umat dan pmimpin masyarakat, Islam mengajarkan semoga mereka bersatu untuk berjuang meraih kemerdekaan yang sudah dirampas oleh penjajah. Itulah sebabnya kemudian para kyai dan santri mendirikan organisasi bersenjata untuk melawan penjajah, yaitu Hizbullah dan Gerakan Kepanduan Islam.

Tidak sedikit para kyai dan para santri yang mengangkat senjata berperang melawan kaum penjajah. Di antara kyai tersebut antara lain: Imam Bonjol di Sumatera dan H. Zaenal Mustafa di Jawa Barat.
Sumber Pustaka: Erlangga

Post a Comment for "Peranan Organisasi Dan Pondok Pesantren Pada Masa Perang Kemerdekaan"