Hubungan Dengan India Terhadap Perkembangan Kebudayaan Dalam Sejarah
Hubungan melaluiataubersamaini India Terhadap Perkembangan Kebudayaan Dalam Sejarah
Selain menjadi jembatan penghubung antara dua benua, Kepulauan Nusantara juga terletak dalam jalur perdagangan antara dua sentra perdagangan kuno, yaitu India dan Cina. Letaknya dalam jalur perdagangaii internasional ini besar pengaruhnya terhadap perkembangan sejarah Indonesia. J.C. van Leur and OW. Wolters beropini bahwa korelasi dagang antara India dengan Indonesia lebih lampau berkembang daripada korelasi dagang antara Indonesia dengan Cina. Para mahir beropini bahwa korelasi dagang antara Indonesia dengan India sudah terjadi semenjak zaman Prasejarah.
Di India Selatan terdapat beberapa suku bangsa yang mempunyai kesamaan ciri-ciri fisik dengan penduduk Indonesia, contohnya suku bangsa Parawar dan Shanar. Orang-orang Parawar semenjak dulu dikenal sebagai penyelam mutiara di teluk Manar. Mereka juga memakai bahtera bercadik. Sedangkap suku Shanar
kehidupannya terutama dan perkebunan kelapa. Tanaman kelapa tersebut diperkirakan berasal dan Indonesia melalui Srilangka.
Di samping itu wilayah Kepulauan Nusantara banyak disebutkan dalam kitab-kitab kuno, baik dan India maupun dan bangsa Barat. Dalam kitab Jataka yang meliputi ihwal kehidupan Sang Budha sebut ihwal Suvarnabhumi sebagai negeri yang memerlukan perjalanan yang jauh dan penuh ancaman untuk mencapainya. Suvarnabhumi berarti pulau emas. Menurut S. Levi yang dimaksud dengan Suvarnabhumi yakni sebuah negeri di sebelah timur teluk Benggala, sedangkan kitab Ramayana sebut nama Yawadwipa yang diperkirakan yakni Pulau Jawa. Dikisahkan bahwa tentara monyet yang bertugas mencari Sita di negeri-negeri sebelah timur sudah menyidik Yawadwipa yang dihias oleh tujuh kerajaan. Pulau mi yakni “pulau emas dan perak”. Kitab ini juga sebut nama Suwarnadwipa yang berarti “pulau
emas”. Suwarnadwipa memang kemudian dipergunakan untuk sebut Pulau Sumatra.
Dalam kitab dan Barat yang beijudul Periplous tes Erythras thalases ialah kitab pemikiran untuk berlayar di Samudra India. Kitab ini ditulis oleh seorang nakhkoda Yunani-Mesir yang biasa mengadakan pelayaran antara Asia barat dengan India. Diperkirakan kitab ini ditulis pada awal tarikh Masehi. Dalam kitabperiplous tersebut terdapat uraian yang pertanda bahwa ada kapal-kapal Colandia berangkat ke Chryse (negeri emas) yang diperkirakan Pulau Sumatra, sedangkan Colandia diperkirakan yakni K’un-lun, sebutan tambo Cina untuk bangsa-bangsa di Asia Tenggara.
Perluasan pelayaran dan perdagangan ke arah timur dan India ini disebabkan adanya angin muson yang baik untuk menyeberangi Samudra Hindia ke timur dan sebaliknya. Seorang nahkoda yang bemama Hippalos yakni orang barat pertama yang mengetahui ihwal adanya angin muson tersebut pada era pertama Masehi. Bertepatan pula pada ketika itu, mulai dibentuk kapal-kapal besar untuk pelayaran jarak jauh.
Sebuah sumber dan Barat lain yakni kitab Geographike Hyphegesis Hypheg yang ditulis oleh Claudius Ptolomeus seorang Yunani di Iskandaria pada era ke-2 Masehi. Kitab mi meliputi petunjuk cara-cara membuat peta. Dalam kitab tersebut ditemukan lagi nama-nama tempat yang berafiliasi dengan emas dan perak. Tempat tersebut yakni Argyre Chora (negeri perak), Chryse Chora (negeri emas), dan Chryse Chersonesos (semenanjung emas). Kitab ini juga sebut pula nama Iawetou (pulau jelai).
Ywa dalam bahasa Sanskerta berarti jelai. Diou dalam bahasa Pakrit yakni diwu dan dwipa dalam bahasa Sanskerta yang artinya pulau. Jadi, yang dimaksud dengan Iawetou yakni Yawadwipa yang besar kemungkmnan yakni Pulau Jawa. Dalam Prasasti Canggal yang berangka tahun 654 Saka atau tahun 732 Masehi, Pulau Jawa disebut dengan nama Dwipa Yawa. Berdasarkan kitab-kitab tersebut di atas sanggup disimpulkan bahwa semenjak awal Masehi Kepulauan Nusantara sudah masuk dalam jaenteng perdagangan internasional.
Motivasi utama kehadiran orang-orang India itu untuk berdagang. Menurut Van Leur barang-barang yang diperdagangkan pada masa itu yakni barang-barang yang bemilai tinggi, menyerupai logam mulia, perhiasan, banyak sekali jenis tenunan, barang-barang pecah belah di samping bahan-bahan baku yang dibutuhkan untuk banyak sekali kerajinan. Selain itu, juga bahan-bahan ramuan untuk wangiw angian dan obat sehingga barang-barang tersebut memerlukan masyarakat dalam taraf perkembangan tertentu sebagai konsumen.
Selain itu, ihwal berpindahnya minat para pedagang India kedaerah timur, Coedes pertanda bahwa menjelang awal tarikh Masehi, India kehilangan sumber emas yang utama, yaitu Sidiberia. Sebelumnya emas dihadirkan oleh para khalifah dan Sidiberia melalui Baktria. Akan tetapi, gerakan banyak sekali bangsa di Asia Tengah sudah memutuskan jalan-jalan kalifah dan utara itu. Sebagai gantinya India mengimpor mata uang emas dalam jumlah besar dan Romawi. Usaha ini kemudin dthentikan oleh Kaisar Vespasianus (69 - 79) lantaran mengalirnya emas ke luar negeri ternyata sudah membahayakan ekonomi negara, sehingga hal mi mendorong para pedagang India untuk mencari emas di tempat lain.
Barang-barang yang diperdagangkan dan Indonesia selain emas berupa kayu cendana dan cengkeh dan tempat Indonesia potongan timur. Dalam kitab Raghuvansa karangan Kalidasa yang berdasarkan para mahir hidup sekitar tahun 400 Masehi, disebutkan bahwa lavanga (cengkeh) yang berasal dan dvipantara. Wolter percaya bahwa yang dimaksud dengan dvipantara yakni kepulauan Nusantara (dwipa nusa = pulau).
Sumber Pustaka: Yudhistira
Post a Comment for "Hubungan Dengan India Terhadap Perkembangan Kebudayaan Dalam Sejarah"