Konsep Kronik Dalam Ilmu Sejarah
Konsep Kronik Dalam Ilmu Sejarah
Kata “kronik” sanggup ditemukan dalam sejarah dinasti-dinasti dan kerajaan Cina. Kronik ialah homogen kumpulan tulisan-tulisan dan dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina, menyerupai kronik dinasti Chou, Chin, Tang, Ming, Sung dan dinasti-dinasti lainnya. Kronik itu ialah suatu kumpulan goresan pena tentang perjalanan seorang musafir atau seorang pujangga dan juga seorang pendeta. Para musafir atau pujangga akan menulis seluruh kejadian atau kejadian maupun hal-hal yang gres ditemukan dikala melaksanakan perjalanannya.
Kronik tersebut sanggup dijadikan sebagai sumber sejarah dan suatu bangsa atau negara yang pernah dilalui oleh para musafir, pujangga atau pendeta tersebut. Para musafir, pujangga maupun pendeta mencatat segala kejadian yang pernah dilihat atau dialaminya pada kawasan yang pernah dilalui dan disinggahinya. Di mana pun mereka singgah, maka kawasan dan kehidupan masyarakatnya menjadi titik tolak penulisannya.
Menetapnya para musafir, pujangga maupun pendeta pada suatu kawasan mempunyai tujuan yang tidak sama-beda. Para pujangga atau musafir yang tinggal lebih usang pada suatu kawasan dipengaruhi oleh faktor keindahan alamnya, keramahan penduduknya, dan lain sebagainya. Para pujangga atau musafir sanggup menuangkan keindahan alam dan keramahan penduduknya itu dalam tulisannya. Sedangkan para pendeta menetap pada suatu kawasan dalam waktu yang tidak sanggup ditentukan. Menetapnya para pendeta dalam suatu kawasan disebabkan oleh faktor impian membuatkan agama yang dianutnya atau ingin menyidik lebih jauh atau memperdalam pedoman agama yang dianutnya.
Misalnya, Fa-Hien yaitu seorang pendeta Cina yang terdampar di pantai utara pulau Jawa sekembalinya dan India menuju negeri asalnya. Dalam tulisannya, Fa-Hien menyatakan bahwa di kawasan pantai utara pulau Jawa penggalan barat, ia berhasil menemukan kehidupan masyarakat yang sudah menerima efek India atau menganut agama Hindu. Para mahir memperkirakan bahwa masyarakat yang dijumpai oleh Fa-Hien ialah masyarakat dan Kerajaan Tarumguagara (Jawa Barat).
Juga Hui-Ning (anakdidik I-Tsing) bersama pemmenolongnya yang berjulukan Yun-ki hadir ke Kerajaan Holing dalam rangka memperdalam pedoman agama Buddha. Dalam tulisannya, Hui-Ning menyatakan bahwa Kerajaan Holing hidup kondusif dan tentram. Hal ini dlsebabkan oleh Ratu Sima yang secara bijaksana memerintah kerajaan pada masa itu. Hui-Ning juga menulis bahwa di kerajaan Holing terdapat seorang guru besar agama Buddha yang berjulukan Jnanabhadra. Bahkan Hui-Ning menerima banyak pengetahuan tentang pedoman agama Buddha dan Jnanabhadra.
Juga banyak terdapat kronik-kronik dinasti Cina yang menuliskan tentang keberadaan kerajaan-kerajaan dan kehidupan masyarakat Indonesia, baik dalam segi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan akidah terhadap agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia. melaluiataubersamaini demikian, kronik-kronik dinasti yang pemah berkuasa di Cina sanggup menjadi salah satu sumber bukti tentang keberadaan masyarakat maupun bangsa Indonesia pada masa lampau.
Sumber Pustaka: Yudhistira
Post a Comment for "Konsep Kronik Dalam Ilmu Sejarah"