Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Manusia Pendukung Dan Kehidupan Sosial Budaya Pada Zaman Kerikil Muda (Neolithikum)

Manusia Pendukung Dan Kehidupan Sosial Budaya Pada Zaman Batu Muda (Neolithikum)


Manusia pendukung kebudayaan kapak persegi pada zaman Neolithikum bertempat tinggal di Indonesia Bagian Timur. Mereka berasal dan ras Proto-Melayu (Melayu-Tua) yang hadir ke Indonesia sekitar tahun 2000 SM. Mereka hadir ke Indonesia dengan memakai bahtera bercadik. Penduduk Indonesia kini yang termasuk ke dalam ras Proto-Melayu ini yaitu suku Sasak, Batak, Dayak, dan Toraja. Sedangkan insan pendukung kebudayaan kapak lonjong di Indonesia penggalan timur yakni Papua Melguasoide.

Kehidupan Sosial Budaya


Perubahan besar dalam bidang sosial budaya terjadi pada zaman Batu Muda. Perubahan tersebut dikenal dengan nama yaitu perubahan dan mengumpulkan masakan menjadi menghasilkan makanan, dan dari kehidupan berpindah-pindah (nomaden) menjadi kehidupan menetap.

Mereka menghasilkan masakan dengari cara bercocok tanam dan berternak. Jenis-jenis tanaman yang mereka tanam pada mulanya yaitu umbi-umbian, sukun, pisang, durian, rambutan, duku, kelapa, sagu dan sebagainya. Selanjutnya mereka mengenal tanaman padi-padian (jewawut). Hewan yang pada rnulanya mereka jinakkan yaitu anjing, ayam, kerbau, dan babi. Sementara itu acara berburu dan menangkap ikan masih mereka lakukan pada waktu-waktu senggang.



Manusia pada zaman Batu Muda cenderung bertempat tinggal di bersahabat sumber air, ibarat bersahabat sungai, tepian danau, dan pesisir. Tempat tinggal mereka intinya berupa rumah sederhana kebulat-bulatan dengan atap dan daun-daunan. Rumah ibarat ini hingga kini masih dijumpai di Timor, Kalimantan Barat, Andaman dan Nikobar. Kemudian berkembang bentuk rumahr umah besar yang dibangun di atas tiang. Rumah mi sanggup menampung beberapa keluarga.

Perkembangan sosial-budaya yang lebih maju, memerlukan alat komunikasi yang efektif yaitu bahasa. Menurut H. Kern bahasa yang dipakai oleh penduduk di Kepulauan Nusantara pada zaman Neolithikum yakni bahasa Melayu-Polinesia yang ialah rumpun bahasa Austronesia. Pendapat ini diperkuat oleh Von Heine Geldern melalui penelitian penyebaran kapak persegi. Kehidupan bercocok tanam dan menetap mempersembahkan banyak waktu luang bagi insan pendukungnya.

Waktu luang mi mereka gunakan untuk berkarya meningkatkan hasil budayanya, ibarat membuat rakit dan perahu, membuat kerajinan, membuat anyama nyaman, dan gerabah. Mereka sudah berpakaian, terbukti dengan ditemukannya alat pemukul kulit kayu. Bahkan mereka sudah suka berhias, terbukti dengan ditemukannya gelang, kalung, dan manikm anik dan kerikil indah ibarat agat, kaseldon, dan jaspis berwarna putih, kuning, cokiat, merah, dan hijau.
Sumber Pustaka: Yudhistira

Post a Comment for "Manusia Pendukung Dan Kehidupan Sosial Budaya Pada Zaman Kerikil Muda (Neolithikum)"