Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pemerintahan Pada Zaman Kerajaan Mesir Dalam Peradaban Lembah Sungai Nil

Pemerintahan Pada Zaman Kerajaan Mesir


Sistem pemerintahan Mesir berbentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja dengan kekuasaan diktatorial atau mutlak. Untuk mempergampang memahami perkembangan kerajaan Mesir, maka para andal membagi sejarah kerajaan Mesir menjadi tiga zaman sebagai diberikut.

Zaman Kerajaan Mesir Tua

Raja-raja dan zaman Mesir Tua bertahta di Thinis. Raja yang pertama berjulukan Firaun Menes. Pada awalnya kerajaan Mesir terdiri dan dua kerajaan, yaitu kerajaan Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Kedua kerajaan ni berhasil dipersatukan oleh Firau Menes. Oleh alasannya itu, Raja Mesir juga disebut dengan nama Nesutbiti (Ra Mesir Hulu dan Mesir Hilir). Raja Mesir memkai mahkota kembar. Raja-raja yang populer dan zaman Kerajaan Mesir Tua antara tahun 2800-2700 SM yakni Raja Chufu (Cheops), Chefren, dan Menkaure. Walaupun tidak terdapat diberita-diberita yang niscaya dan ketiga raja ni, tetapi menurut bukti-bukti peninggalan berupa makam-makam piramida, rajar aja ini mempunyai kekuasaan yang besar dalam pemerintahannya.



Raja-raja yang memerintah pada masa kekuasaan kerajaan Mesir Tua umumnya cinta perdamaian. Walaupun terkadang ada peperangan. peperangan itu spesialuntuklah untuk melindungi perdagangan. Pada masa pemerintahan Firaun Pepi I (z 2500 SM), kerajaan Mesir memperluas daerahnya sampal ke Nubia Selatan dan Abessynia. Tetapi sehabis masa pemerintahan Firaun Pepi II, kerajaan Mesir dengan pusatnya Memphis semakin lemah dan musuh-musuh dan luar menerima peluang untuk memecah belah kerajaan Mesir menjadi kerajaan-kerajaan kecil.

Zaman Kerajaan Mesir Pertengahan

Kerajaan Mesir sudah terpecah belah akhir terjadinya perperihalan dan persaingan antara kaum darah biru feodal. Persaingan dan perperihalan mi bertiasil diatasi dan dipersatukan oleh raja dan kerajaan Thebe yang berjulukan Firaun Sesostris III (±1880 SM). Bahkan raja ni berhasil memperluas daerahnya ke tempat Nubia. Firaun Sesostris III juga menyerang dan menduduki tempat Palestina, bahkan hingga ke tempat Sichem.

Firaun Sesostris III berhasil memenintah kerajaan Mesir dengan baik. Perdagangan Mesir dengan daerah-daerah di sekitar Laut Merah berkembang dan bertambah ramai, sehingga kesejahteraan rakyat meningkat. Sesudah masa pemenintahan Raja Sesostnis III tendapat beberapa raja populer yang pernah memerintah Mesir, di antaranya Firaun Amenemhet III (±1800 SM). Namun, sehabis Raja Amenemhet Ill meninggal muncul bangsa-bangsa Asia yang disebut bangsa Hyksos yang menyerang dan menguasai Mesir.

Zaman Kerajaan Mesir Baru

Sesudah bangsa Hyksos berkuasa di Mesir, mereka menetapkan ibu kotanya di Awaris (di tempat Delta Timur). Dan tempat ml mereka melancarkan serangan dan pendudukan ke tempat Mesir maupun ke Palestina dan Syria. Namun bangsa Mesir tidak ingin dikuasai oleh bangsa Hyksos, maka di bawab pimpinan kerajaan Thebe, bangsa Mesir berhasil mengusir bangsa Hyksos. Ibu kota Awanis berhasil diduduki oleh raja-raja Thebe. melaluiataubersamaini demikian berdirilah kerajaan Mesir Baru.

Raja Thebe yang memimpin bangsa Mesir mengusir bangsa Hyksos berjulukan Firaun Ahmosis I. Ia eksklusif memimpin penyerangan terhadap bangsa Hyksos hingga ke wilayah Palestina. Sesudah masa perintahan Raja Ahmosis I, kerajaan Mesir terus melaksanakan penluasan daerahnya hingga ke tempat Asia Barat di bawah pimpinan Firaun Thutmosis I.

Raja terbesar dan zaman kerajaan Mesir Baru yakni Firaun Thutmosis III (1500-1447 SM). Di bawah pemenintahannya banyak negana-negana yang jatuh dan tunduk kepada kekuasaan Mesin. Negana-negara tersebut di antananya Babylonia, Assyria, Cicilia, Cyprus dan lain-lain. Finaun Thutmosis Ill dianggap sebagai pencipta kerajaan Mesir yang bensifat penjajah. Sesudah Raja Thutmosis Ill meninggal, ia digantikan oleh Firaun Amenhotep 11(1447—1420 SM).

Pada masa pemerintahan Raja Amenhotep II, a berusaha untuk sanggup mempertahankan wilayah kekuasaan kerajaan Mesir yang amat luas itu. Pengganti Raja Amenhotep II yakni Firaun Thutmosis IV yang juga berusaha untuk tetap mempertahankan wilayah kekuasaan kerajaan Mesir yang luas itu. Untuk tetap mempertahankan wilayah kekuasaan kerajaan Mesir yang luas itu, Firaun Thutmosis IV menjalin perteman dekatan dengan raja-raja di sekitarnya, menyerupai dengan Firaun Mitanni dan Babylonia. Perteman dekatan dengan Firaun Mitanni diperkuat dengan perkawinan antara Firaun Thutmosis IV dengan Putri Firaun Artatama. Sesudah Firaun Thutmosis IV meninggal, ia digantikan oleh Firaun Amenhotep IV. Pada masa pemerintahan Firaun Amenhotep IV, muncul iktikad gres yang bersifat monotheis.

Tindakan Firaun Amenhotep IV diperihal oleh para pendeta dan agama Amon. Dan untuk menghindarkan terjadinya perperihalan itu, ia memindahkan ibu kota kefiraunannya dan Thebe ke Al Amarna. melaluiataubersamaini meninggalnya Firaun Amenhotep IV, para pendeta dan agama Amon sanggup merebut kembali kekuasaannya, sehingga menantu dan pengganti Firaun Amenhotep IV yang berjulukan Firaun Tut-Ankh Amon (±1 359 SM) terpaksa tunduk kepada pendeta-pendeta agama Amon di Thebe. Di bawah pemer intahan Firaun Tut-Ankh-Amon, kerajaan Mesir mengalami kemunduran dan risikonya terpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil.

Namun, di bawah pemerintahan Firaun Haremheb (1350-1315 SM), kefiraunan Mesir berhasil dipersatukan kembali. Salah seorang keturunannya yang populer yakni Firaun Sethos I (orang Yunani sebut Sesostris). Selanjutnya, di bawah pemerintahan Firaun Ramses 11(1275-1220 SM) kerajaan Mesir diperluas lagi hingga berhasil menguasai seluruh wilayah Palestina dan mengalahkan bangsa Hittit yang mengacau di Asia Barat.

Firaun Ramses II digantikan oleh Firaun Ramses III dan sehabis Firaun Ramses III meninggal, kefiraunan Mesir mengalami kemunduran dan bahkan beberapa kali dikuasai oleh bangsa asing.
Sumber Pustaka: Erlangga

Post a Comment for "Pemerintahan Pada Zaman Kerajaan Mesir Dalam Peradaban Lembah Sungai Nil"