Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Peradaban Lembah Sugai Shindu (Indus) Pada Peradaban Kuno Asia-Afrika

Peradaban Lembah Sugai Shindu (Indus)


Pusat peradaban lembah Sungai Shindu (Indus) berhasil diketahui melalui inovasi bekas-bekas kebudayaan di kota Harappa, di tempat Punjab akrab Sungai Ravi dan Mohenjo—Daro (di tempat Shindu yang sekarang masuk wilayah Pakistan).

Pusat Peradaban

Kota Mohenjo-Daro diperkirakan sebagai ibu kota tempat lembah Sungai Shindu cuilan selatan dan kota Harappa sebagai ibu kota lembah Sungai Shindu cuilan utara. Berdasarkan inovasi benda-benda kebudayaan dan bekas-bekas kota, Mohenjo-Daro dan Harappa ialah sentra peradaban bangsa India pada masa lampau.

Tata Kota

Berdasarkan hasil penelitian para andal terhadap kota Mohenjo-Daro dan Harappa, didapatkan suatu citra bahwa pembangunan kedua kota tersebut sudah didasarkan atas suatu perencanaan tata kota yang niscaya dan teratur baik.

Jalan-jalan di dalam kota sudah teratur dan lurusl urus dengan ebarnya mencapai sekitar 10 meter
dan di sebelah kanan-kiri jalan terdapat trotoar dengan lebar setengah meter. Gedung-gedung dan rumah tinggal serta pertokoan dibangun secara teratur dan berdiri kokoh. Gedung-gedung, dan rumah tinggal dan pertokoan itu sudah terbuat dan kerikil bata lumpur.



Wilayah kota dibagi atas beberapa cuilan atau blok. Masing-masing cuilan atau blok berbentuk bujur kandang atau empat persegi panjang. Tiap-tiap blok dibagi oleh lorong-lorong yang satu sama lainnya saling berpotongan. Pada tempat-tempat itulah penduduk membangun rumah tempat tinggal. Dan juga dibangun gedung-gedung sebagai tempat untuk menjalan-kan pemerintahan.

Lorong-lorong dan jalan-jalan dilengkapi dengan terusan air, sebagai tempat menyalurkan air dan rumah tangga ke sungai. Saluran-saluran itu dijaga dengan baik kemembersihkanannya sehingga tetap berfungsi dengan baik.

Sanitasi (Kesehatan)

Masyarakat yang bertempat tinggal di kota Mohenjo—Daro dan Harappa sudah memikirkan masalah-masalah kesehatan dan sanitasi. Hal mi terlihat dan metode-metode atau cara-cara pembangunan rumah yang sudah memperhatikan faktor-faktor kesehatan dan kemembersihkanan lingkungan. Kamar-kamar dilengkapi dengan jendela-jendela yang lebar dan berafiliasi pribadi dengan udara bebas, sehingga perputaran dan pergantian udara cukup lancar. Di samping itu terusan pemmembuangan limbah dan kamarmandi dan jamban yang ada di dalam rumah dihubungkan pribadi dengan jaenteng terusan umum yang dibangun dan mengalir di bawah jalan, di mana pada setiap lorong terdapat terusan air menuju ke sungai.

Sistem Pertaiiiaii dan Pengafran

Daerah-daerah yang berada di sepanjang lembah Sungai Shindu ialah daerah-daerah yang rindang. Kerindangan ini disebabkan lantaran Sungai Shindu yang setiap dikala banjir dan meninggalkan lumpurl umpur pada daerah-daerah yang digenangi banjir itu. Di sepanjang lembah Sungai Shindu itu, masyarakat mengusahakan pertanian, sehingga pertanian menjadi mata pencaharian utama masyarakat India. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat sudah berhasil menyalurkan air yang mengalir di Iembah Sungai Shindu hingga jauh ke tempat pedalaman. Usaha mi dilakukan dengan membuat saluran-saluran irigasi dan mulai membangun tempat pertanian di wilayah pedalaman. Pembuatan terusan irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian menawarkan bahwa masyar akat Iembah Sungai Shindu sudah mempunyai tingkat peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian yang utama adalah: padi, gandum, gula, jelai, kapas, dan teh.

Teknologa

Masyarakat Iembah Sungai Shindu sudah mempunyai ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka sudah bisa membuat barang-barang terbuat dan emas dan perak, alat-alat rumah tangga, alat-alat pertanian, kain dan kapas, serta bangunan-bangunan. Kemampuan ni sanggup diketahui melalui peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan, ibarat bangunan kota Mahenjo—Daro dan Harappa, aneka macam macam patung, suplemen emas perak, dan aneka macam macam materai dengan lukisannya yang berkarakter tinggi.

Juga ditemukan alat-alat peperangan ibarat tombak, pedang, dan anak panah. Di samping itu, ditemukan juga alat-alat peninggalan budaya berupa barang-barang dan tanah liat, terutama peralatan rumah tangga.

Perekonomian

Masyarakat Iembah Sungai Shindu sudah mengadakan hubungan dagang dengan bangsa Sumeria di Mesopotamia dan bangsa-bangsa dan negeri-negeri Iainnya. Hal itu sanggup dibuktikan dengan inovasi benda-benda dan Iembah Sungai Shindu di Sumeria.

Kota Sutkagedon memainkan peranan penting dalam perdagangan antara masyarakat lembah Sungai Shindu dan bangsa Sumeria. Kota Sutkagedon ialah kota perbatasan yang terletak di Balukhistan. Perdagangan Sumeria melalui Sutkagedon sanggup dilaksanakan dengan dua cara. Pertama, dengan jalan maritim sanggup dibuktikan melalui sebuah material dan pecahan benda-benda yang memuat gambar bahtera layar. Kedua dengari jalan darat yang dapat

dilaksanakan baik dengan mempergunakan tenaga kuda maupun unta. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya terracotta kereta kecil (terracotta = tanah hat yang dibakar).

Pemerintahan

  • Candragupta Maurya
Sesudah berhasil menguasai Persia, Pasukan Iskandar Zulkarnaen melanjutkan perluasan dan menduduki India tahun 327 SM melalui celah Kaiber di pepegununganan Himayala. Pendudukan yang dilakukan oleh pasukan Iskandar Zulkarnaen spesialuntuk hingga di tempat Punjab. Namun kekuasaan itu tidak berlangsung lama, lantaran pada tahun 324 SM muncul gerakan di bawah Candragupta. Sesudah Iskandar Zulkarnaen meninggal tahun 323 SM pasukannya berhasil diusir dan daeah Punjab dan selanjutnya berdirilah Kerajaan Maurya yang diberibu kota Pattahiputra.

Candragupta Maurya menjadi raja pertama Kerajaan Maurya. Pada masa pemerintahannya, tempat kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah timur, sehingga sebagian besar tempat India cuilan utara menjadi cuilan dan kekuasaannya. Dalam waktu singkat, wilayah kerajaan Maurya sudah mencapai tempat yang sangat luas, yaitu tempat Kashmir di sebelah barat dan lembah Sungai Gangga di sebelah timur.
  • Ashoka
Pada masa pemerintahan Ashoka (268—232 SM) cucu Candragupta Maurya, Kerajaan Maurya mengahami masa yang gemilang. Kahingga dan Dekkan berhasil dikuasai. Namun, setelah ia menyaksikan korban tragedi perang yang maha dahsyat di Kahingga, timbul penyesalan. Sejak dikala itu, ia tidak lagi melaksanakan peperangan, bahkan ia mencita-citakan perdamaian dan kebahagiaan umat manusia. Mula-mula Ashoka beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut agama Buddha. Sejak dikala itu Ashoka mengakibatkan agama Buddha sebagai agama remi negara.

Sesudah Ashoka meninggal, kerajaannya terpecah belah menjadi kerajaan kecil. Peperangan sering terjadi dan gres pada kurun ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil mernpersatukan kerajaan yang terpecah belah itu. Maka berdiri Kerajaan Gupta dengan Candragupta I sebagai rajanya.

Kepercayaan

Kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Shindu bersifat polytheisme (memuja banyak dewa). Dewa-dewa yang dipujanya ibarat yang kuasa bertanduk besar, dan yang kuasa wanita yang melambangkan kemakmuran serta kerindangan (dewi ibu).

Masyarakat Lembah Sungai Shindu juga menyembah binatang-binatang ibarat buaya, gajah dan lain-lain, serta menyembah pohon ibarat pohon pipal (diberingin). Pemujaan tersebut dimaksudkan sebagai tanda terima kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan perdamaian.

Peninggalan Kebudayaan

Dari hasil penggalian di kota Harappa ditemukan beberapa arca yang masih tepat bentuknya dan dua buah Torso (arca yang sudah hilang kepalanya. Salah satu Torso mula-mula bertangan empat dan berkepala tiga. Berdiri di atas kaki kanan dengan kaki kin terangkat. (Patung ini ibarat dengan patung Siwa Nataraya dan zaman kesenian Cola, India Selatan).
Sumber Pustaka: Erlangga

Post a Comment for "Peradaban Lembah Sugai Shindu (Indus) Pada Peradaban Kuno Asia-Afrika"