Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Proses Pengembangan Tari Tradis Tempat Dan Tari Kreasi Tempat Setempat

Proses Pengembangan Tari Tradis Daerah Dan Tari Kreasi Daerah Setempat


Sebelum mencapai bentuknya menyerupai sekarang, beberapa tari sudah mengalaini sentuhan (proses) penggarapan beberapa kali atau pengembangan. misal faktual pengembangan tari tradisi dan tari kreasi tempat etempat, menyerupai ditunjukkan dalam tari Adaninggar Kelaswara. Sebelum diadakan perubahan, lampau gerak tokoh Adaninggar sama menyerupai gerak tokoh Kelaswara. Tari ini disusun oleh S. Maridi (1974). Melalui proses kreatif seniman pendobrak tari tradisional, Gendhon Humardani, gerak tokoh Adaninggar yang menggambarkan putri Cina lebih dipertajam lagi karakternya.

Penajaman huruf tokoh Adaninggar tampak pada gerakan yang tregel (lincah). Selain itu, juga menonjol pada volume gerak yang diperbesar. Perubahan lain ialah sampur tidak difungsikan untuk masukana menari, meskipun properti sampur tetap digunakan. Tari Bedhaya Lala berasal dan Keraton Kasunanan Surakarta. Tari ini biasanya disajikan selama satu-dua jam.



Tetapi, setelah mengalaini proses pengembangan (pemadatari) yang dilakukan bersama oleh Gendhon Humardani dan A. Tasman, maka tarian ini menjadi lebih dinainis dan sanggup dinikmati penuh serius oleh penonton, sebab waktunya menjadi lebih pendek, yaitu kurang lebih lima belas menit. Musik ienteng digarap oleh R.L. Martopangrawit, seorang empu populer dari Surakarta.

Tari Serimpi Jayaningsih karya Sunarno Purwolelelana, S.Kar., ialah pola paling baru, bahwa gerak dasar dan bentuk tari usang (tradisi) sanggup diperbaharui melalui proses kreatifseniman. Pada umumnya tari serimpi dimainkan oleh empat penari. Akan tetapi, tari Serimpi Jayaningsih ditarikan oleh lima orang. Selain itu, dalam tari serimpi tradisional (inilik keraton) tidak ada unsur penokohan. Munculnya penokohan pada tari serimpi ialah hal gres dalam tari tradisional, meskipun tokoh tersebut tidak secara tegas (eksplisit) menggambarkan tentarig tokoh apa, tetapi ditilik dan syair lagu (pathetari, sindhenan, dan palaran) mengatakan bahwa tari ini menggambarkan dongeng tentarig cinta kasih Banowati(putri Prabu Salya) yang terpaksa menjadi isteri Duryudana (Raja Hastinapura), meskipun cintariya tertuju kepada Raden Arjuna. Pesan yang hendak disampaikan penyusun ialah bahwa cinta (kasih dan singkatari sih) yang suci (tulus) tetap akan menang (jaya), meskipun dalam suasana tertekan atau tersudut.

Komposisi tari Serimpi Jayaningsih melibatkan aneka macam ragam garap tari tradisi yang ada. Secara khusus, gerak diambil dan adonan vokabuler (perbendaharaan) tari tradisi gaya Surakarta dan Yogyakarta.

Busana tari Serimpi Jayaningsih terdiri dan baju rompi warna hitam dan warna merah, sampur warna sikiam (merah muda) dan hijau toska (untuk tokoh), kain batik motif bendo barong memakai lar (akup burung), slepe sesuai dengan baju yang digunakan, kiat bahu, jamang serimpi, sumping, grodha, dan jambul bulu.

Rias mengacu kepada rias cantik, artinya tidak banyak merubah garis-garis wajali tetapi spesialuntuk memperjelas wajah. Musik (ienteng) tari ialah Jayaningrum, Gendhing, Kethuk 2 Kerep, Ininggah Kethuk 4 Kerep. Dilanjutkan KetawangJayaningrum, Lara,s, Pelog, Pathet, dan Barang. Musik ienteng tari Serimpi Jayaningsih ini disusun oleh Dr. R. Supanggah, S.Kar.
Sumber Pustaka: Yudhistira

Post a Comment for "Proses Pengembangan Tari Tradis Tempat Dan Tari Kreasi Tempat Setempat"