Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara

Dewasa ini kita menyaksikan bahwa kehidupan individu dalam bermasyarakat, berbangsa, dan dalam bernegara sedang mengalami perubahan. Dan kita juga menyadari bahwa faktor utama yang mendorong terjadinya proses perubahan tersebut yakni nilai-nilai kehidupan gres yang dibawa oleh negara maju dengan kekuatan penetrasi globalnya.

Apabila kita menengok sejarah kehidupan insan dan alam semesta, perubahan dalam kehidupan itu yakni suatu hal yang wajar, alamiah. Dalam dunia ini, yang awet dan infinit itu yakni perubahan.

Berkaitan dengan Wawasan Nusantara yang sarat dengan nilai-nilai budaya bangsa dan dibuat dalam proses panjang sejarah usaha bangsa, apakah wawasan bangsa Indonesia ihwal persatuan kesatuan itu akan hanyut tanpa bekas atau akan tetap kokoh dan bisa bertahan dalam terpaan nilai global yang menantang Wawasan Persatuan Bangsa? Tantangan itu antara lain adalah: pemberdayaan rakyat yang optimal, dunia yang tanpa batas, era gres kapitalime, dan kesadaran masyarakat negara.

1. Pemberdayaan Masyarakat 

a. John Naisbit
Dalam bukunya Global Paradox, ia menulis "To be a global powers, the company must give more role to the smallest part." Pada intinya, Global Paradox mempersembahkan pesan bahwa negara harus sanggup mempersembahkan peranan sebesar-besarnya kepada rakyatnya.

Pemberdayaan masyarakat dalam arti mempersembahkan tugas dalam bentuk acara dan partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional spesialuntuk sanggup dilaksanakan oleh negara-negara yang sudah maju yang menjalankan Buttom up Planning.

Sedangkan negara-negara berkembang, ibarat Negara Kesatuan Republik Indonesia, masih melaksanakan acara Top Down Planning alasannya keterbatasan kualitas SDIV. Karena itu, NKRI memerlukan Iandasan operasional berupa GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara).

b. Kondisi Nasional.
Pembangunan Nasional secara menyeluruh belum merata, sehingga masih ada beberapa kawasan yang tertinggal pembangunannya sehingga menjadikan keterbelakangan aspek kehidupannya. Kondisi tersebut menjadikan kemiskinan dan kesentidakboleh sosial di masyarakat.

Apabila kondisi ini berlarut-larut,masyarakat di beberapa kawasan tertinggal akan berubah contoh pikir, contoh sikap, dan contoh tindaknya, mengingat mereka sudah tidak bere daya dalam aspek kehidupannya. Ha1 ini ialah bahaya bagi tetap tegak dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dikaitkan dengan pemberdayaan masyarakat, perlu ada prioritas utama pembangunan kawasan tertinggal biar masyarakat sanggup bere tugas dan berpartisipasi aktif dalampembangunan di seluruh aspek kehidupan, yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UURI) Nomor 22 tahun 1999 ihwal Pemerintah Daerah.

Pesan Global Paradox dan kondisi nasional terkena pemberdayaan rnasyarakat di atas sanggup rnenjadi tantangan Wawasan Nusantara. Pemberdayaan untuk kepentingan ralcyat banyak perlu mendapat priori utama mengingat tas Wawasan Nusantara mempunyai makna persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan untuk lebih mempererat kesatuan bangsa.

2. Dunia Tanpa Batas

a. Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknoloi).
Perkembangan global ketika ini san g gat maju dengan pesat. melaluiataubersamaini perkembangan IPTEK yang sangat modern, ldiususnya di bidan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi, dunia seakguaakan sudah menyatu menjadi kampung sedunia.

Dunia menja di transparan tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang demikian bere imbas pada seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dan sanggup mensugesti contoh pikir, contoh sikap, dan contoh tindak seluruh masyarakat Indonesia.

Keterbatasan kualitas SDM Indonesia di bidang IPTEK ialah tantangan fokus, mengingat penguasaan IPTEK ialah nilai tambah untuk berdaya. saing di percaturan global.

b. Kenichi Omahe dengan dua bukunya yang populer Borderless World dan The End of Nation State menyampaikan bahwa dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas wilayah negara dalam arti geografi dan politik relatif masih tetap, namun kehidupan dalam satu negara mustahil sanggup membatasi kekuatanglobal yang berupa informasi, investasi, industri, dan konsumen yang makin individualistis.

Kenichi Omahe juga mempersembahkan pesan bahwa untuk sanggup menghadapi kekuatan global, suatu negara harus mengurangi peranan pemerintah sentra dan lebih mempersembahkan peranan kepada pemerintah kawasan dan masyarakat.

melaluiataubersamaini mempersembahkan tugas yang lebih besar kepada pemerintah daerah, pemerintah mempersembahkan peluang berpartisipasi yang lebih luas kepada seluruh masyarakat. Apabila masyarakat banyak yang terlibat dalam upaya pembangunan, balasannya akan lebih meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa dalam percaturan global.

Perkembangan IPTEK dan perkembangan masyarakat global. yang berkaitan dengan dunia tanpa batas ialah tantangan Wawasan Nusantara alasannya perkembangan tersebut akan sanggup mensugesti contoh pikir, contoh sikap, dan contoh tindak masyarakat Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 

3. Era Baru Kapitalisme

a. Sloan dan Zureker
Dalam bukunya Dictionary of Economics, dua penulis ini sebut bahwa kapitalisme yakni suatu sistem ekonomi menurut hak milik swasta atas macam-macam barang dan kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain, untuk berkecimpung dalam acara ekonomi yang dipilihnya sendiri menurut kepentingannya sendiri, dan untuk mencapai keuntungan bagi cifrinya sendiri.

Di era gres kapitalisme, sistem ekonomi untuk mendapat keuntungan dengan melaksanakan acara secara luas dan mencakup beberapa aspek tiruana aspek kehidupan masyarakat memerlukan seni administrasi baru, yaitu adanya keseimbangan.

b. Lester Thurow
Di dalam bukunya The Future of Capitalism, ia menegaskan antara lain bahwa untuk sanggup bertahan dalam era gres kapitalisme, kita harus membuat seni administrasi baru, yaitu keseimbangan antara paham individualis dan paham sosialis.

Era gres kapitalisme tidak terlepas dari globalisasi, di mana negara-negara kapitalis, yaitu negara-negara maju berusaha mempertahankan eksistensinya di bidang ekonomi dengan menekan negara-negara berkembang melalui informasi global yang mencakup beberapa aspek demokratisasi, HAM (Hak Asasi Manusia), dan lingkungan hidup.

Strategi gres yang ditegaskan oleh Lester Thurow pada dasarnya sudah tertuang dalam nilai-nilai faisafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila yang mengamanatkan kehidupan yang serasi, selaras, dan seimbang antara individu, masyarakat, bangsa, serta semesta dan penciptanya.

Dari uraian di atas tampak bahwa kapitalisme yang tiruanla dipraktekkan untuk keuntungan diri sendiri kemudian bermetamorfosis seni administrasi gres guna mempertahankan paham kapitalisme di era globalisasi dengan menekan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, melalui informasi global. Hal ini sangat perlu diwaspadai alasannya ialah tantangan bagi Wawasan Nusantara.

4. Kesadaran Warga Negara

a. Pandangan Bangsa Indonesia ihwal Hak dan Kewajiban.

Bangsa Indonesia melihat hak tidak terlepas dari kewajiban. Manusia donesia, baik sebagai masyarakat negara maupun sebagai masyarakat masyarakat, mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Hak dan kewajiban sanggup dibedakan namun tidak sanggup dipisahkan alasannya ialah satu kesatuan. Tiap hak mengandung kewajiban dan demikian pula sebaliknya. Kedua-duanya merupalcan dua sisi dari satu mata uang yang sama. Negara kepulauan Indonesia yang menganut paham Negara Kesatuan menempatkan kewajiban di muka. Kepentingan umum masyarakat, bangsa, dan negara harus lebih diutamakan daripada kepentingan langsung atau golongan.

b. Kesadaran Bela Negara.

Pada waktu merebut dap mempertahankan kemerdekaan, Indonesia menawarkan kesadaran bela negara yang optimal, di mana seluruh rakyat bersatu padu berjuang tanpa mengenal perbedaan, pamrih dan perilaku mengalah yang timbul dari jiwa heroisme dan patriotisme alasannya perasaan senasib sepenanggungan dan setia mitra dalam usaha fisik mengusir penjajah.

 Dewasa ini kita menyaksikan bahwa kehidupan individu dalam bermasyarakat Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara

Dalam mengisi kemerdekaan, usaha yang dihadapi yakni usaha non fisik yang mencakup beberapa aspek seluruh aspek kehidupan, khususnya dalam memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesentidakboleh sosial, korupsi, kongkalikong dan nepotisme, dan dalam menguasai IPTEK, meningkatkan kualitas SDM, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Di dalam usaha non fisik, kesadaran bela negara mengalami penurunan yang tajam apabila bandingkan dengan perivangan fisik. Hal ini tampak dari kurangnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan adanya beberapa kawasan yang ingin memisahkan diri dari NKRI sehingga mengarah ke disintegrasi bangsa.

Dari uraian di atas terkena pandangan bangsa Indonesia ihwal hak dan kewajiban serta kesadaran bela negara yang dikaitkan dengan kesadaran masyarakat negara secara utuh, tampak kesadaran di dalam persatuan dan kesatuan mengalami penurunan.

Anak-anak bangsa belum sepenuhnya sadar bahwa, sebagai masyarakat negara, mereka harus selalu mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan langsung dan atau golongan. Kondisi ini ialah tantangan bagi Wawasan Nursantara




Sumber: PT. Gramedia Pustaka Utama

Post a Comment for "Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara"