Cerita Wacana Perilaku Arti Kepahlawanan Dan Patriotisme
Dito, Indra, dan Beni ialah tiga sobat bersahabat yang ulet belajar. Mereka tinggal sedesa. Jika ada kiprah atau pekerjaan rumah dari guru mereka selalu mengerjakan bersama-sama. Mereka bergantian mencar ilmu di rumah Dito, di rumah Beni, atau di rumah Indra.
Pada suatu malam mereka mencar ilmu di rumah Indra untuk mengerjakan kiprah dan pekerjaan rumah. Mereka asyik mencar ilmu sampai pukul delapan malam. Dito dan Beni pun berpamitan pulang. Sampai di persimpangan jalan, mereka melihat pengemudi sepeda motor menurunkan seseorang.
Orang itu menyelinap di pekarangan rumah Pak Karta, sedangkan pengendara sepeda motor bergegas pergi. "Ben, ada orang di balik pohon itu!" bisik Dito. "Ya, saya tahu. Gawat, Pak Karta sekeluarga sedang ke Jakarta!" kata Beni. "Kita akal-akalan tidak tahu. Kamu segera ke rumah Pak RT dan saya akan memdiberi tahu petugas ronda!" kata Dito lirih.
"Baik, kita jalan dan berpisah di persimpangan diberikutnya. Kita ketemu lagi di pos ronda secepatnya!" kata Beni. Tanpa banyak bicara kedua anak itu berjalan dengan gesit untuk melaksanakan kiprah masing-masing. Sementara itu orang yang menyelinap di rumah Pak Karta, mulai beraksi. la mencungkil kunci pintu pecahan belakang rumah Pak Karta.
Tidak usang kemudian, orang tersebut mengendap-endap dengan membawa beberapa barang dan bungkusan kain. Orang tersebut berhenti di balik pohon, kemudian berlari ke luar pekarangan. Tiba-tiba terdengar bunyi seseorang bersiul panjang.
"Hai, siapa engkau? Berhenti! Kamu pencuri, ya!" kata seorang bapak dan beberapa peronda. Mereka menyergap orang tak dikenal tersebut. Ternyata gerak-gerik orang tak dikenal tersebut sudah diperhatikan para peronda bersama Pak RT.
"Saya, akum spesialuntuk mengambil sedikit barang, Pak!" kata pencuri itu. "Sedikit atau banyak engkau sudah mencuri!" kata seorang peronda. "Kita pukuli saja jikalau masih tidak mengaku!" hardik seorang pemuda. "Jangan, kita serahkan saja kepada yang berwajib!" kata Pak RT. "Biar kapok kita diberi hukuman, Pak!" kata seorang peronda yang lain.
"Kita dilarang main hakim sendiri, kita serahkan saja kepada polisi. Secara aturan ia sudah melaksanakan pelanggaran maka akan dijatuhi eksekusi sesuai kesalahannya," kata Pak RT meredakan emosi para pemuda. Akhirnya, pencuri itu dibawa ke kantor polisi terdekat. Barang curian dijadikan sebagai barang bukti dan selanjutnya dikembalikan kepada pemiliknya.
Ternyata pencuri tersebut sudah mengambil radio, tape recorder, De rhiasan emas, dan uang. Pagi harinya Pak Karta sekeluarga :iba kembali dari Jakarta. Mereka terkejut lantaran isi rumahnya sudah diacak-acak pencuri. Orang-orang masih membicarakan insiden tersebut. Polisi pun sudah hadir untuk menyidik kawasan insiden semalam.
Para tetangga juga berhadiran ingin mengetahui keadaan rumah Pak Karta. "Untung ada dua anak pemberani dan peduli pada sesama sehingga pencurian tersebut sanggup digagalkan dan barang curiannya masih utuh," gumam seorang anak yang berjulukan Maya. "Ya, mereka ialah Beni putra Pak Sunu dan Dito putra Pak Arif.
Mereka pantas disebut pahlawan," kata Pak Sofyan. "Mengapa mereka disebut pahlawan, Yah?" tanya Maya kepada ayahnya, Pak Sofyan. "Mereka disebut jagoan lantaran mereka mempunyai sikap dan jiwa pahlawan, yaitu keberanian, rela berkorban, dan berjiwa kesatria," terang Pak Sofyan. "Beni dan Dito tidak tinggal membisu ketika melihat orang yang mencurigakan, mereka menghubungi petugas ronda dan Pak RT.
Akhirnya insiden pencurian sanggup digagalkan berkat mereka berdua. Itulah sebabnya mereka disebut sebagai jagoan keamanan," tambah Pak Sofyan. "Oh, begitu! Setahu saya jagoan ialah pejuang yang gagah perkasa memanggul senjata, berperang melawan penjajah atau musuh, dan berkorban demi bangsa dan negara," kata Maya. "Apa yang engkau katakan juga benar, Maya.
Arti kata jagoan ialah pejuang yang gagah berani, mempunyai keberanian yang menonjol, serta rela berkorban dalam membela kebenaran. Makna jagoan secara khusus ialah pejuang dalam membela kebenaran serta mengorbankan jiwa raga demi kepentingan bangsa dan negara. Seseorang yang berjuang dan berkorban dalam membela kebenaran demi kepentingan orang banyak sanggup juga disebut sebagai pahlawan," terang Pak Sofyan.
Pak Sofyan juga menandakan bahwa kepahlawanan dan patriotisme tidak sanggup dipisahkan. Dua hal itu ialah sikap yang terpuji. Para pejuang yang berjasa besar dijuluki dan dinobatkan sebagai pahlawan.
misal pejuang tersebut ialah Sultan Hasanudin dari Sulawesi Selatan dan Pangeran Diponegoro dari Yogyakarta sebagai Pahlawan Nasional, Cut Meutia dari Nanggroe Aceh Darussalam sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, serta Jenderal Ahmad Yani sebagai Pahlawn Revolusi.
"Jadi, jagoan itu banyak macamnya ya, Pak?" tanya Maya.
"Ya, tergantung jenis pengorbanan dan perjuangannya. Guru juga disebut jagoan tanpa tanda jasa lantaran jasanya mendidik anakdidik-anakdidiknya. Kita dilarang melupakan jasa orang-orang yang sudah berkorban demi kepentingan orang banyak ibarat dokter, nelayan, petani, atau guru," kata Pak Sofyan.
"Kita memperingati hari Pahlawan tidak spesialuntuk sekedar upacara. Kita harus mengambil hikmah dan pelajaran dengan melanjutkan perjuangannya dengan semangat jiwa kepahlawanan dan patriotisme," kata Pak Sofyan mengakhiri Renjelasannya.
Daftar Pustaka:Yudhistira
Post a Comment for "Cerita Wacana Perilaku Arti Kepahlawanan Dan Patriotisme"