Kronologi Sejarah Kongres Perjaka 1928
Langkah para pelajar STOVIA mendirikan Budi Utomo pada tahun 1908 mempengaruhi pelajar-pelajar lain. Mereka mendirikan aneka macam organisasi menyerupai Sekar Rukun, Tri Koro Dharmo, Jong Sumatrguan Bond, Jong Batak Bond, Jong Minahasa, dan Kaum Betawi.
Organisasi tersebut bersifat etnik dan kedaerahan. Selain itu bangun pula organisasi cowok vang bersifat keagamaan, antara lain Jong Islamieten Bond, Perkumpulan Pemuda Katolik, Muhammadiyah, Nandlatul Ulama, dan lain sebagainya. Berbagai organisasi itu lalu berusaha bergabung menjadi satu organisasi.
Berdirinya organisasi-organisasi cowok yang bersifat etnik dan kedaerahan itu menyampaikan adanya kesadaran untuk bersatu walaupun terbatas pada kawasan masing-masing. Lama kelabuaan, rasa kedaerahan mulai memudar dan digantikan oleh keinginan untuk membentuk persatuan yang bersifat nasional.
Hal itu terjadi berkat adanya kontak-kontak pribadi antarpemuda yang berasal dari kawasan yang berlainan tetapi berguru di forum pendidikan yang sama atau tinggal di pemondokan yang sama. Dari kontak-kontak pribadi itu timbullah saling pengertian. Pemuda dari kawasan yang satu mulai memahami aspirasi cowok dari kawasan yang lain.
Pada tanggal 25 November 1925, wakil-wakil dari Jong Java, Jong Sumatrguan Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, dan Sekar Rukun mengadakan rapat di Jakarta. Mereka membentuk sebuah panitia yang bertugas menyiapkan kerapatan besar pemuda. Panitia ini dikettiai oleh M. Thabrani dari Jong Java. Anggota panitia ialah wakil-wakil dari aneka macam organisasi.
Kerapatan besar cowok yang lalu dikenal sebagai Kongres Pemuda I dilaksanakan pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926 di Jakarta dan dihadiri oleh wakil-wakil aneka macam organisasi pemuda. Kongres tersebut bertujuan untuk membentuk sebuah tubuh sentral dalam rangka memajukan paham persatuan dan kebangsaan serta mengutamakan relasi di antara organisasi-organisasi cowok kebangsaan.
Kongres berakhir, tetapi samasukan utama kongres, yakni membentuk tubuh sentral organisasi cowok tidak tercapai. Badan sentral tidak terbentuk, alasannya ialah terjadi perbedaan pendapat terkena bentuk tubuh sentral tersebut. Sebagian besar penerima kongres menghendaki bentuk fusi, sebagian lagi menghendaki bentuk federasi. Walaupun demikian, perjuangan untuk membentuk wadah persatuan tetap dilanjutkan sehabis kongres berakhir.
Kongres Pemuda I menghasilkan keputusan-keputusan sebagai diberikut: Menyiapkan Kongres Pemuda Indonesia II dan Menyerukan persatuan aneka macam organisasi cowok dalam satu organisasi cowok Indonesia.
Dalam kongres tersebut Mohammad Yamin mengusulkan semoga bahasa Melayu diputuskan sebagai bahasa persatuan Indonesia. Pada bulan September 1926, para cowok mendirikan organisasi berjulukan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) di Jakarta.
PPPI bertujuan memperjuangkan Indonesia merdeka. Untuk itu, para anggota disiapkan menjadi pemimpin rakyat sejati. Cita-cita itu akan tercapai apabila segala bentuk sifat kedaerahan dihapuskan. Tokoh PPPI antara lain Abdulloh Sigit, Sugondo, Suwiryo, Sumitro Reksosudiputro, Mohammad Yamin, A.K. Gani, Mohammad Tanzil, Sunarto, Sumanan, dan Amir Syarifuddin.
Memasuki tahun 1928, alam politik Indonesia digelorakan oleh semangat persatuan,kebangsaan, dogma bangun sendiri, dan harapan Indonesia merdeka. Dalam suasana menyerupai itulah Kongres Pemuda II dipersiapkan dan balasannya diselenggarakan. Dalam rapat tanggal 12 Agustus 1928 dibuat panitia penyelenggara yang diketuai oleh Sugondo Joyopuspito.
Kongres Pemuda II berlangsung pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Selain wakil-wakil organisasi pemuda, kongres dihadiri pula oleh tokoh-tokoh politik, anggota Volksraad, dan tokoh pendidik. Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda mengirimkan sambutan tertulis. Begitu pula Ketua PNI, Ir. Soekarno, dan Tan Malaka yang sedang berada di luar negeri.
Susunan Pantia Penyelenggara Kongres Pemuda II Oktober 1928
- Ketua :Sugondo Joyopuspito (PPPI)
- Wakil Ketua :Joko Marsaid ijong Java)
- Sekretaris :Muhammad Yamin Gong Sumatrguan Bond)
- Bendahara :Amir Svarifuddin (Jong Batak Bond)
- Pemmenolong I: Johan Muh. Cai (Jong Islamieten Bond)
- Pemmenolong II :Kocosungkono (Pemuda Indonesia)
- Pemmenolong III :Senduk Qong Celebes)
- Pemmenolong IV :J. Leimena Gong Ambon)
- Pemmenolong V:Rohvani (Pemuda Kaum Betawi)
Selain topik terkena persatuan, dalam sidang-sidang dibahas pula duduk kasus pendidikan dan kepanduan. Tokoh Taman Siswa Sarmidi Mangunsarkoro, mengemukakan bahwa anak didik perlu didiberi pendidikan kebangsaan. Sedangkan Mohammad Yamin .mengulas duduk kasus persatuan bangsa yang ditinjau dari sudut sejarah.
Dia menyampaikan kesamaan-kesamaan dalam bahasa, kemauan, nasib, dan factor yang mempersatukan bangsa Indonesia, yakni sejarah, bahasa, aturan adat, pendidikan, dan kemauan. Pada final pidatonya,Mohammad Yamin menyampaikan bahwa kebangsaan Indonesia beralas persatuan sedangkan persatuan bersendi pada kemauan. Selama kemauan itu masih ada dalam dada anak Indonesia, selama itu pula ada persatuan di antara mereka. Kongres Pemuda II menghasilkan suatu ikrar vang disebut Sumpah Pemuda.
Suasana persatuan Indonesia dalam kongres itu semakin berpengaruh dengan diperdengarkannya lagu Indonesia Raya oleh Wage Rudolf Supratman dan diputuskannya bendera Merah Putih sebagai bendera nasional.
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 ialah salah satu puncak pergerakan nasional. Untuk mengenang insiden itu, setiap tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Daftar Pustaka: Erlangga
Post a Comment for "Kronologi Sejarah Kongres Perjaka 1928"