Latar Belakang Menuju Indonesia Merdeka
Penindasan dan eksploitasi yang dilakukan oleh Jepang menimbulkan reaksi periawanan dari bangsa Indonesia. Baik perlawanan secara fisik maupun dalam bentuk organisasi. Perlawanan itu membawa bangsa Indonesia pada langkah-langkah menuju terwujudnya negara Indonesia merdeka.
A. Latar Belakang Menuju Indonesia Merdeka
Dalam melaksanakan perjuangan, para pemimpin bangsa Indonesia bersikap sangat hati-hati, sebab pemerintah pendudukan Jepang populer sangat kejam. Apabila para pemimpin Indonesia menentang Jepang secara terang-terangan, maka pemerintah pendudukan Jepang tidak segan-segan untuk membunuh siapa saja yang menentangnya. Oleh sebab itu, bentuk usaha diadaptasi dengan kondisi pada dikala itu.
B. Memanfaatkan Organisasi Bentukan Jepang
Organisasi putera ini terdiri atas kalangan nasionalis yang dirangkul Jepang untuk mempropagandakan politik Hakko-ichi-u kepada rakyat Indonesia. Dari antara mereka yang dirangkul, ada 4 tokoh yang berwibawa di mata rakyat. Mereka yang dikenal sebagai Empat Serangkai adalah: Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.
Karena didiberi peluang berbicara di hadapan umum, mereka memiliki peluang mengumpulkan massa yang lebih besar dari zaman kekuasaan Belanda lampau. Dalam rapat-rapat raksasa dan melalui siaran radio, pembicaraan mereka terarah pada upaya menyiapkan rakyat menyambut kemerdekaan nanti. Mereka bukan mempropagandakan politik Jepang melainkan melaksanakan kaderisasi nasional rakyat Indonesia.
Lambat laun, pemerintah pendudukan Jepang menvadari bahwa Putera lebih banvak bermanfaa bagi bangsa Indonesia daripada untuk Jepang sendiri. Jepang menilai bahwa acara Putera kurang mengatakan pinjaman terhadap kebijakan politik Jepang. Oleh sebab itu, pada tahun 1944 Putera dibubarkan.
Barisan Pelopor Sesudah Putera dibubarkan, panglima balatentara Jepang di Jawa mengumumkan dibentuknya Jawa Hokokai. Salah satu kepingan dari Jawa Hokokai yaitu gerakan cowok yang populer sebagai Barisan Pelopor. Barisan ini dipimpin oleh Ir. Soekarno yang dimenolong oleh beberapa tokoh nasionalis lainnya. Tokoh-tokoh nasional yang duduk dalam barisan pencetus berusaha memanfaatkan peluang sebaik-baiknya untuk menanamkan semangat nasionalisme di kalangan para pemuda. Para cowok dikerahkan untuk mendengarkan pidato para tokoh nasionalis. Di dalam pidatonya, para tokoh nasionalis selalu menyelipkan kata-kata untuk membangkitkan semangat cinta bangsa dan tanah air di kalangan para pemuda.
C. Mengadakan Gerakan Bawah Tanah
Pada zaman pendudukan Jepang, tiruana partai politik dibubarkan. Sesudah pembubaran itu, sebagian para tokoh partai mengadakan gerakan bawah tanah (ilegal). Kegiatan vang mereka lakukan secara sembunyi-sembunyi itu antara lain:
- Menjalin komunilcasi untuk memelihara semangat nasionalisme,
- Menviapkan kekuatan yang dibutuhkan untuk menyambut kemerdekaan Indonesia,
- Mempropagandakan semangat dan kesiapan untuk merdeka di kalangan rakvat,
- Memantau perkembangan Perang Pasifik melalui siaran radio luar negeri.
Para tokoh usaha bawah tanah ini antara lain Sutan Syahrir, Ahmad Subarjo, Sukarni, Chairul Saleh, Wikana, dan Amir Syarifudin. Berbeda dengan para tokoh yang berjuang melalui organisasi bentukan Jepang, mereka ini bersikap radikal dan tidak kenal kompromi dengan pihak Jepang. Di kemudian hari, perilaku itu ditetapkan dengan keberanian mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa perlu menunggu persetujuan Jepang.
D. Mengadakan Perlawanan Bersenjata
- Perlawanan Rakyat Aceh
Perlawanan rakyat Aceh terhadap pemerintah pendudukan militer Jepang dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Ia seorang guru menpenghasilan di Cot Plieng, yang tidak mau tunduk dan patuh pada peraturan Jepang. Pihak Jepang berusaha membujuknya semoga berdamai tetapi usaha itu ditolaknya. Asithriva, pada tanggal 10 November 1942, tentara Jepang menyerang Cot Plieng. Saat serangan Jepang itu, rakyat sedang melaksanakan shalat subuh.
melaluiataubersamaini persenjataan pedang, kelewang, dan rencong, rakyat sanggup memukul mundur tentara Jepang, sehingga terpaksa mundur ke Lhok Seumawe. Serangan kedua tentara Jepang juga berhasil dipukul mundur. Barulah pada serangan ketiga, tentara Jepang berhasil merebut Cot Plieng. Tengku Abdil Jalil sanggup meloloskan diri, namun kesudahannya gugur tertembak dikala sedang melaksanakan shalat.
- Perlawanan Rakyat Singaparna
Perlawanan rakyat Singaparna (Jawa Barat) dipimpin oleh K.H. Zainal Mustofa. Ia yaitu seorang ulama yang tegas pendiriannya. Ia tidak bersedia melaksanakan Saikereiaaitu memdiberi penghormatan kepada Kaisar Jepang (yang dianggap keturunan Dewa Matahari) dengan membungkukkan tubuh ke arah matahari terbit. Bagi K.H. Zainal Mustofa tindakan itu sangat menyinggung umat Islam.
Karena sikapnya itu, relasi antara KH. Zainal Mustofa dan Jepang semakin tegang. KH. Zainal Mustofa sudah bertekad untuk melawan Jepang sebab tidak tahan melihat kehidupan rakyat yang sangat sengsara Untuk menghadapi segala kemungkinan serangan Jepang, ia menyiapkan anakdidik-anakdidiknva dengan mempertebal dogma agama dan mengajarkan keahlian bela diri silat.
Melihat gerakan di Singaparna itu, Jepang mengirimkan utusan untuk menangkap K.H. Zainal Mustofa. Setibanya di Singaparna, utusan Jepang itu dikeroyok oleh rakyat, dan dalam keadaan luka-luka masih sempat melarikan diri ke Tasikmalaya. Akibat insiden tersebut, Jepang mengirim pasukan untuk menggempur Singaparna dan menangkap K.H. Zainal Mustofa.
Peristiwa itu terjadi pada tanggal 25 Februari 1944 seusai shalat Jumat. Pertempuran antara pasukan Jepang dan pengikut K.H. Zairtal Mustofa tidak terbendung lagi. Sejumlah anggota pasukan Jepang terluka dalam pertempuran itu. Sebaliknya, ratusan rakyat menjadi liorten sebab tidak seimbangnya persenjataan. K.H. Zthrizei Mustofa dan sejumlah tokoh perlawanan lain di penjarakan kemudian dipindahkan ke Jakarta. Sesudah mengalami siksaan yang berat di dalam penjara, kesudahannya KH. Zainal Mustofa dijatuhi sanksi mati.
- Perlawanan Prajurit PETA di Blitar
Perlawanan yang terbesar pada masa pendudukan Jepang di Indonesia yaitu perlawanan tentara PETA yang dimpimpin oleh Syundanco (komandan peleton) Supriyadi pada tanggal 14 Februari 1945. Penyebabnya yaitu anggota PETA tidak tahan lagi melihat kesengsaraan rakyat di daerahnya, terutama sanak keluarga prajurit batalion Blitar dan para pekerja romusha.
Perlawanan PETA di Blitar ini sanggup dipatahkan sebab persiapan yang belum matang. Akhirnya, para tokoh perlawanan ditangkap dan diajukan ke mahkamah militer Jepang di Jakarta. Ada yang menerima sanksi seumur hidup dan ada pula yang dijatuhi sanksi mati. Mereka vang dieksekusi mati yaitu yang dianggap pernirnpin dan terbukti membunub orang Jepang.
Mereka itu yaitu dr. Ismangil, Muradi, Suparvono, Halir Mangkudijaya, Sunanto, dan Soedarmo. Sedangkan Suprivadi tidak lagi disebut-sebut bahkan ia diadili secara in absentia (tanpa kehadiran). Pada umumnya, orang menganggap bahwa ia tertangkap dan dibunuh oleh Jepang.
Daftar Pustaka: Erlangga
Post a Comment for "Latar Belakang Menuju Indonesia Merdeka"