Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah Lahirnya Organisasi Keagamaan Pada Masa Pergerakan Nasional

A. Jong istamiten Bond

Pada tanggal 1 Januari 1925, para cowok Islam di Jakarta mendirikan suatu organisasi vang didiberi nama Jong Islamiten Bond. Sebagai ketuanya dipilih Raden Sam dan sebagai penasehat ditunjuk Haji Agus Salim. Tujuan organisasi ini ialah mempererat persatuan di kalangan cowok Muslim.

Keanggotaannya terbuka bagi para cowok Islam yang berumur antara 14 hingga 30 tahun. Jong Islamiten Bond tidak bergerak di bidang politik, tetapi anggota yang sudah berumur 18 tahun ke atas diperkenankan mengikuti acara politik. Jong Islamieten Bond bersifat terbuka dan adanya kebebasan mengikuti acara politik bagi anggota vang sudah dewasa.

Dalam waktu singkat Jong Islamiten Bond sanggup berkembang dengan pesat dan mempunyai tujuh buah cabang, yaitu Jakarta, Bandung, alcarta, Magelang, Solo, Madiun, dan Surabaya. Dalam kongres pertama vang diselenggarakan tanggal 29 Desember 1925, disahkan anggaran dasar Jong Islarniten Bond. Anggaran dasarnya meliputi antara lain: 

  • Mempelajari dan berbagi agama Islam.
  • Mempererat persatuan dan kesatuan di antara sesama umat Islam serta toleransi terhadap golongan lain.
  • Mengorganisir kursus-kursus Islam, darmasvisata, dan olahraga.
  • Meningkatkan kemajuan jasmani dan rohani angota-anggotanya dengan jalan menahan diri dan sabar. Untuk mencapai tujuan tersebut, dijalanican banyak sekali perjuangan seperti:
  • Mengorganisir adanva kursus-kursus Islam, darmawisata, olahraga, dan seni. 
  • Mengadakan ceramah-ceramah, diskusi, dan mendirikan study-club. 
  • Menerbitkan majalah, buku, brosur dan mendirikan perpustakaan.
Kongres Jong Islamiten Bond menerima perhatian dari banyak sekali tokoh Islam, ibarat H.O.S. Cokroaminoto, Haji Agus Salim, dan Suryopranoto dari Sarekat Islam. Selain itu hadir pula Dwijosewojo dari Budi Utomo, Soewardi Suryaningrat pendiri Taman Siswa, Haji Fachroedin dari Muhammadiyah, dan Mirza Ahmad Bey dari Ahmadiyah.

Pada Kongres III yang diselenggarakan di Yogyakarta tanggal 27 Desember 1927, dibicarakan masalah-masalah umum yang dihadapi umat Islam. lial terlihat pada judul-judul pidato diberikut, Ethik Perang dalam Islam, hzisrse: cita Persatuan, Islam dan Kebangsaan, dan Islam dan Nasionalisme. Dari empat judul ini menggambarkan bahwa harapan persatuan dan nasionalisme sudah masuk ke dalam Jong Islamiten Bond. Hal ini menandakan bahwa Jong Islamiten Bond berhasil berasimilasi secara ideologis dengan organisasi pergerakan yang ada pada dikala itu. 

B. Muda Katolik Jawi

Terbentuknya organisasi Muda Katolik Jawi dipelopori oleh sejumlah anak muda yang beragama Katolik tahun 1920. Mereka menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar dan pergaulan. Seiring dengan meningkatnya gerakan dan kesadaran nasional, Muda Katolik Jawi mengubah namanya menjadi Perkumpulan Pemuda Katolik (PPK) dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.

C. Muhammadiyah

Atas dorongan beberapa orang anakdidiknya dan anggota Budi Utomo, pada tanggal 18 November 1912, K.H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta. Tujuan organisasi Muhammadiyah antara lain:

  • Mengembalikan anutan Islam sesuai dengan sunah rasul.
  • Memberantas kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan anutan Islam.
  • Meningkatkan pengetahuan agama di kalangan para anggotanya.

Tujuan tersebut ingin dicapai dengan cara mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, sosial, mendirikan masjid-masjid, dan mengusahakan penerbitan. Selain itu diadakan pula rapat-rapat dan dakwah untuk mengulas masalah-masalah Islam.

Pada mulanya Muhammadiyah spesialuntuk terdapat di Yogyakarta, tetapi semenjak tahun 1917, pengaruhnya mulai meluas ke luar daerah. Cabang-cabangnya berdiri di banyak sekali tempat, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Pada tahuft 1925, Muhammadiyah sudah mempunyai 29 cabang dengan jumlah anggota 4000 orang. Pada tahun 1931, cabang Muhammadiyah sudah berkembang menjadi 267 dengan anggota lebih dari 24.000 orang.

Perperihalan antara Sarekat Islam dan golongan komunis sangat menjemukan masyarakat. Karena itulah banvak orang yang tidak bersimpati lagi kepada Sarekat Islam. Masyarakat banyak yang berpaling ke Muhammadiyah. Lagi pula, organisasi ini tidak menyerang pihak lain. Muhammadiyah juga tidak melaksanakan acara politik sehingga masyarakat tidak perlu takut akan menerima tekanan dari pemerintah.

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya ialah kesediaan para pemimpin Muhammadiyah untuk berkorban. Dalam perjuangan untuk membina pendidikan, banyak di antara mereka vang menyerahkan tanah sebagai wakaf untuk mendirikan sekolah. Ada pula vang menvumbangkan uang dan harta benda lainnya. Pemerintah jajahan melihat geralcan Muhammadiyah tidak membahayakan.

Oleh alasannya ialah itu, Muhammadiyah dibiarkan menjalankan kegiatannya, bahkan sekolah-sekolah Muhammadiyah didiberi subsidi oleh pemerintah. Sikapnya yang tidak berpolitik, apalag,i tidak bersedia mendapatkan subsidi dari pemerintah, dikecam oleh beberapa partai politik sebagai tidak nasionalis. Tetapi cara yang ditempuh oleh Muhammadiyah itu berhasil mempersembahkan sesuatu yang sangat berarti bagi masyarakat, yakni memajukan pendidikan dan kesejahteraan rakyat banyak. 

D. Nandlatul Ulama (NU) 

Berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Jawa Timur. Organisasi ini ialah wadah para ulama di dalam kiprah memimpin Islam menuju harapan Izzul Islam Wal Muslimin (kejayaan Islam dan umatnya). Susunan pengurus Nandlatul Ulama pada waktu itu sebagai diberikut:
-Rois Akbar :K.H. Muhammad HasN im AsVari
-Wakil Rois Akbar : K.H. Dahlan 
-Khatib :K.H. Abdul Wahab Hasbulloh 

Nandlatul Ulama sanggup berkembang dengan cepat sebagai organisasi Islam yang berskala nasional. Hal itu ditunjang oleh kenyataan bahwa NU lahir di Jawa Timur yang selama berabad-abad menjadi sentra perkembangan pesantren dan tarekat di Indonesia Banyak para ulama besar dari banyak sekali tempat yang berasal air resaninn dis Jawa Timur. Mereka mempunyai rasa persaudaraan seperguruan dengan pemimpin pesantren yang terdapat di Jawa Timur.

Nahdlatul Ulama mengorganisasi forum pesantren dan gerakan tarekat dalam dua wadah organisasi nasional. Organisasi tersebut ialah Jam'iyyah .Rabitah al-Ma'ahid (organisasi ikatan pondok pesantren) yang menghimpun pasnren dan Jam'iyyah Thariqah al-Muitabarah an-Nandiyyah (organisasi tarekat sah) untuk organisasi tarekat. melaluiataubersamaini demikian organisasi Islam tradisional yang berkembang di daerah-daerah pada umumnya sanggup dihimpun dan menginduk ke Nandlatul Ulama.

Pada mulanya Nandlatul Ulama ialah organisasi keagamaan. Namun pada tahun 1945 Nandlatul Ulama mulai bergerak dalam bidang politik dengan menggabungkan diri dalam partai Masyumi. Pada Muktamar ke-19 di Palembang tanggal 1 Mei 1952, Nandlatul Ulama menyatakan keluar dari partai Masyumi dan mengakibatkan dirinya sebagai partai politik (Partai Nandlatul Ulama).

Kemudian pada tahun 1973, Partai NU dan partai-partai Islam lainnya, ibarat PSII, Parmusi, dan Perti memfusikan acara politiknya ke dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dalam perkembangan selanjutnya NU kembali menjadi jam'iyyah atau organisasi keagamaan hingga kini Nandlatul Wathan.

 para cowok Islam di Jakarta mendirikan suatu organisasi vang didiberi nama Jong Islamiten  Sejarah Lahirnya Organisasi Keagamaan Pada Masa Pergerakan Nasional

Nandlatul Wathan pada mulanya ialah nama pesantren yang didirikan oleh Tuan Guru Zainuddin pada tahun 1932 di Pacor Lombok Timur. Pesantren ini tiruanla berjulukan Al-Mujahidin, kemudian pada tahun 1936 bermetamorfosis Nandlatul Wathan Diniyah Islamiyah. Kegiatan utama Nandlatul Wathan ialah membina pesantren dan madrasah di Nusa Tenggara Barat, khususnya di Pulau Lombok yang dikembangkan oleh Tuan Guru Zainuddin. Nandlatul Wathan juga sering diasosiasikan dengan acara tasawuf.

Organisasi tarekat tidak berkembang di tempat ini. Namun kebiasaan mujahadat atau zikir massal yang dihadiri ratusan ribu pengunjung dari seluruh Pulau Lombok diselenggarakan setiap bulan oleh Nandiatul Wathan. Selain itu Tuan Guru Zainuddin, sangat rajin memimpin banyak sekali penpenghasilanan di seluruh tempat Lombok.

Hubungan Nandlatul Wathan dan Nandlatul Ulama tidak berlangsung dalam bentuk ikatan formal organisatoris. Namun sanggup dikatakan bahwa fungsionaris Nandlatul Ulama wilayah dan cabang di NTB pada umumnya berasal dari Nandlatul Wathan. 

E. Matla’ul Anwar

Matlaiul Anwar pada awalnya ialah madrasah yang didirikan pada 9 Agustus 1916 di Serang, Jawa Barat, oleh K.H. Abdurrahman, K.H. Mahmud Yasin, K.H. Daud, dan K.H. Arsyad Lembaga ini bertumpu pada tradisi Islam Munculnya Kesadaran Nasional Banten yang pernah melahirkan dua ulama besar pada final era ke-19, yaitu Syekh Nawawi al-Bantani dan Syekh Abdul Karim.

Pengaruh Matla'ul Anwar tidak begitu luas, hanva beberapa wilayah di Serang, Pandeglang, Lebak, dan Tangerang (Provinisi Banten). Keterikatannya kepada Ahlussunah waljamaah dan Tauhid Asy'ariyah sangat kuat. Matia'ul Anwar tidak tertarik pada organisasi tarekat dan tidak rnempunyai ikatan atau hubungan emosional yang berarti dengan NU. 

F. Persatuan Umat Islam (PUI)

Persatuan Umat Islam ialah kelanjutan dari dua perkumpulan Islam, yaitu Perikatan Ulama Islam yang didirikan oleh K.H. A. Halim di Majalengka (Jawa Barat) pada tahun 1917 dan Al-ittahadul Islamiyyah yang didirikan oleh K.H.A. Sanusi di Sukabumi (Jawa Barat). Tujuan organisasi ini ialah mengupayakan terlaksananya syariat Islam berdasarkan paham Ahlussunah waljainaah. PUI mempunyai sejumlah madrasah di beberapa kabupaten di Jasiva Barat. Madrasah tersebut dikembangkan oleh lulusan pesantren Gunung Puyuh, Sukabumi, dan madrasah Darul Ulum, Majalengka. 

G. Al-Jamiatul Washliyah

Al- Jamiatul Washliyah ialah organisasi Islam yang didirikan pada tahun 1930 di Medan (Sumatera Utara). Secara tegas organisasi ini menyatakan keterikatannya kepada fikih mazhab Syafi'i dan paham Ahlusunah waljamaah. Namun pendirinya (H. Abdurrahman Syihab, Prof. Mahmud Yunus, dan H.M. Arsyad Thalib Lubis) umumnya dipandang sebagai tokoh Islam modern dan aspirasi politiknya lebih sering disalurkan kepada kelompok politik Islam modern. 

Namun demikian 1.100 forum pendidikannya lebih erat kepada bentuk forum pendidikan Islam tradisional, alasannya ialah hampir seluruhnya berbentuk pesantren dan madrasah. Lembaga pendidikan A1-Jamiatul Washliyah tersebar di Sumatera Utara, Aceh, Palembang, Pekanbaru, dan Kalimantan. Banyaknya jumlah madrasah dan pesantren Al-Jamiatul. Washliyah ialah citra betapa kuatnva imbas organisasi Islam ini di wilayah Indonesia bab barat. Organisasi ini menyatukan tradisional dan Islam modern.


Daftar Pustaka: Erlangga

Post a Comment for "Sejarah Lahirnya Organisasi Keagamaan Pada Masa Pergerakan Nasional"