Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Janji Perdana Menteri Koiso - Pada tanggal 8 Desember 1941 secara tiba-tiba Jepang menyerang Pearl Harbour, , sentra kekuatan Angkatan Laut Amerika Serikat yang terletak di Hawaii, Lautan Pasifik. Ada dua akhir dari serangan Jepang tersebut.

Pertama, hancurnya sentra pertahanan Amerika Serikat di Pasifik. Kedua, Perang Dunia II yang tiruanla spesialuntuk terjadi di daratan Eropa, meluas ke Lautan Pasifik. Hancurnya sentra pertahanan Amerika Serikat di Pasifik, membuat Jepang sanggup dengan praktis menguasai Asia Tenggara dan Pasifik, termasuk Indonesia. Hal itu terbukti dengan dikuasainya Asia Tenggara, spesialuntuk dalam waktu tiga bulan sehabis penyerangan ke Pearl Harbour.

Kehadiran Jepang disertai dengan propaganda hendak membebaskan bangsa-bangsa Asia dari penjajahan imperialisme Barat. Untuk itu, kehadirannya disambut dengan suka-cita oleh bangsa Indonesia. Tokoh-tokoh pergerakan nasional pun pada mulanya bersedia untuk berafiliasi dengan Jepang. Akan tetapi, Jepang ternyata memanfaatkan segala potensi bangsa Indonesia bagi kepentingan perangnya.

Segala bentuk upaya dikerahkan. Mulai dari organisasi politik, kemiliteran, pemerahan ekonomi, hingga pengerahan tenaga kerja. Hal tersebut membawa penderitaan bagi bangsa Indonesia. Kondisi itulah yang kemudian membuat bangsa Indonesia berbalik membenci Jepang.

Beberapa tokoh pergerakan nasional pun mulai tersadarkan dan enggan berafiliasi dengan Jepang. Pamor Jepang sebagai `saudara tua' turun di mata bangsa Indonesia. Sementara itu pasukan Sekutu berhasil mengalahkan Jepang dalam banyak sekali pertempuran di Pasifik. 

Kedudukan Jepang semakin terdesak sehabis jatuhnya Pulau Saipan ke tangan Amerika pada bulan Juli 1944. Kondisi demikian membuat Jepang mulai berusaha untuk menarikdanunik simpati bangsa Indonesia. Salah satunya ialah mengumumkan rencana Pemerintah Kemaharajaan Jepang bahwa Hindia Timur (Indonesia) akan dimerdekakan kelak di kemudian hari. Rencana tersebut diumumkan oleh Perdana Menteri Jepang, Kuniaki Koiso dalam sidang pertemuan 7 September 1944.

Proses Hadirnya BPUPKI dan Pembentukan Konstitusi Negara

Sebagai realisasi dari kesepakatan Perdana Menteri Koiso, maka pada tanggal 1 Maret 1945 pemerintah militer Jepang mengumumkan dibentuknya Dolzuritsu junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia=BPUPKI). Badan yang beranggotakan 60 orang tersebut diketuai oleh dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat. Tugasnya menilik hal-hal penting dalam bidang politik, ekonomi, dan pemerintahan yang diharapkan dalam pembentukan negara Indonesia.

Sidang pertama BPUPKI dilangsungkan dari tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945. Upacara pembukaan sidang BPUPKI dihadiri oleh Jenderal Itagaki (Panglima Tentara Wilayah VII di Singapura) dan Letnan Jederal Nagano (Panglima Tentara XVI di Jawa).

Pada peluang itu, dilangsungkan upacara pengibaran bendera Hinomaru oleh Mr. A. G. Pringgodigdo. Sesudah itu, disusul kemudian dengan pengibaran bendera Merah Putih oleh Toyohiko Masuda. Peristiwa dalam pembukaan sidang tersebut sudah membangkitkan semangat para anggota dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Dalam sidang inilah Mr. Moh. Yamin dan Ir. Soekarno mengusulkan lima dasar penting yang kemudian populer dengan nama Pancasila. Nama Pancasila sendiri ialah nama yang diusulkan oleh Ir. Soekarno atas masukan kawannya yang mahir bahasa. Nama tersebut ia usulkan ketika berpeluang untuk memberikan rancangan dasar negara pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh sebab 1 Juni 1945 kemudian dikenal sebagai Hari Lahirnya Pancasila. 

Semasa rentang waktu antara sidang BPUPKI yang pertama dan kedua, yaitu pada tanggal 22 Juni 1945, dibuat Panitia Kecil yang diambil dari 9 anggota BPUPKI. Sembilan anggota BPUPKI tersebut yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Yamin, Mr. Ahmad Soebardjo, Mr. A. A. Maramis, Abdulkahar Muzakkir, Wachid Hasjim, H. Agus Salim, dan Abi Kusno Cokrosuyoso. Panitia tersebut berhasil merumuskan sebuah dokumen yang kemudian populer dengan nama Piagam Jakarta.

 sentra kekuatan Angkatan Laut Amerika Serikat yang terletak di Hawaii Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Sidang BPUPKI kedua berlangsung pada tanggal 10-16 Juli 1945. dalam sidang tersebut, BPUPKI menyetujui rancangan dasar negara yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan. Selanjutnya, BPUPKI membentuk Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Soekarno.

Panitia tersebut berhasil menyepakati isi pembukaan undang-undang dasar yang diambil dari Piagam Jakarta. Selanjutnya dibuat kembali Panitia Kecil Perancang UUD yang tugasnya merancang dan menyusun rancangan undang-undang yang sudah disahkan.

Selain itu, juga dibuat `Panitia Penghalus Bahasa' yang beranggotakan tiga orang, yaitu: Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Soepomo, dan H. Agus Salim. Sidang pleno BPUPKI kemudian dilanjutkan untuk mendapatkan hasil Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Hasil kerja panitia tersebut melaporkan tiga hal, yaitu:

  1. Pernyataan Indonesia merdeka.
  2. Pembukaan Undang-Undang Dasar.
  3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar.

Sesudah melalui sidang yang cukup alot, konsep itupun sanggup diterima oleh sidang BPUPKI dengan mufakat. Rumusan yag disahkan tersebut, kelak dikenal dengan UUD 1945. Sementara itu Jepang semakin terdesak dalam perangnya di Pasifik melawan Amerika Serikat.

Agar lebih cepat hingga ke Jepang, tentara Amerika Serikat memakai taktik "loncat katak". Maksudnya ialah tentara Amerika tidak merebut pulau yang ada di Lautan Pasifik satu demi satu, tetapi ada pulau yang dilompati sehingga lebih cepat hingga ke Jepang. 

Seperti disebutkan di atas, pada tanggal 6 Agustus 1945 kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat menyusul kemudian kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Jepang berusaha menutupi abadiahan ini, tetapi para cowok Indonesia secara sembunyi-sembunyi berhasil mengetahui apa yang bahwasanya terjadi.

Daftar Pustaka: Yudhistira

Post a Comment for "Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia"