Sejarah Latar Belakang Perkembangan Sarekat Islam (1912)
Rintisan lahirnya Sarekat Islam bahu-membahu sudah dimulai semenjak tahun 1909 oleh R.M. Tirtoadisuryo di Batavia (Jakarta). Ia sudah mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) di Batavia dan Bogor. Pada tahun 1911, para pedagang batik di kota Surakarta juga mendirikan SDI yang dipimpin oleh Haji Samanhudi. Tujuan pembentukan SDI yaitu memperkuat usaha, dagang golongan pribumi biar bisa bersaing dengan para pedagang Cina.
Lahirnya SDI menerima sambutan hangat dari para pedagang pribumi sehingga jumlah anggota dan cabangnya makin banyak. Melihat perkembangannya yang pesat, Haji Samanhudi ingin organisasinya berbadan hukum. Atas masukan Umar Said, nama Sarekat Dagang Islam diubah namanya menjadi Sarekat Islam (SI) biar lebih luas ruang gerak organisasinya. Haji Samanhudi menyetujui seruan itu sehingga pada tanggal 10 September 1912, SDI secara resmi berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI).
Sarekat Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat. Buktinya dalam tahun 1914 sudah bangkit 56 cabang SI yang berbadan aturan dan pada tahun 1916 menjadi 80 cabang SI yang berbadan aturan dengan jumlah anggota 360.000 orang. melaluiataubersamaini makin banyak cabang SI yang berdiri, H.O.S Cokroaminoto mendirikan Central Sarekat Islam (CSI) yang anggotanya yaitu cabang-cabang SI di daerah-daerah.
Sarekat Islam mengadakan kongres pertama di Surabaya pada tanggal 20 Januari 1913. Kongres itu menetapkan bahwa SI bukanlah partai politik. SI tidak akan melawan pemerintah Hindia Belanda, serta Surabaya diputuskan menjadi sentra SI. Pernyataan demikian itu, bahu-membahu spesialuntuklah di atas kertas. Hal itu di maksudkan biar tidak dicurigai oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada praktiknya, SI sering mengulas masalah-masalah politik. SI memper-juangkan nasib rakyat, mendesak pemerintah biar membentuk volksraad, dan menyebar luaskan impian mencapai pemerintahan sendiri.
Kongres kedua SI diselenggarakan di Surakarta. Kongres menegaskan bahwa SI spesialuntuk untuk rakyat biasa, pegawai pangreh praja tidak diperbolehkan menjadi anggota. Pegawai pangreh praja dihentikan menjadi anggota alasannya yaitu dikhawatirkan mereka tidak akan berani menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan nasib rakyat, bahkan bisa jadi mereka akan memata-matai SI.
Sesudah Central Sarekat Islam berhasil dibuat di Surabaya (16 Maret 1916), SI segera mengadakan kongres ketiga di Bandung pada tanggal 17-24 Juni 1916. Kongres itu disebutnya sebagai Kongres Nasional Sarekat Islam.. Pada tahun 1917, SI mengadakan kongres keempat di Batavia. Dalam kongres itu, SI kembali menegaskan tujuan pembentukan organisasinya, yaitu ingin memperoleh pemerintahan sendiri (kemerdekaan). Dalam kongres itu, SI juga mendesak biar pemerintah membentuk volksraad. SI mencalonkan H.O.S. Cokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakil yang akan duduk dalam volksraad.
Sehubungan dengan keadaan itu, pada tahun 1921, CSI menerapkan disiplin organisasi dengan melarang anggotanya untuk merangkap menjadi anggota organisasi lain. Akibatnya, Semaun beserta pengikutnya dipecat dari SI. Pacta tahun 1923, lewat kongresnya di Madiun (17-20 Februari 1923), SI mengubah namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). SI Merah pimpinan Semaun juga mengubah namanya menjadi Sarekat Rakyat yang kemudian bergabung dengan Partai Komunis Indonesia pada tahun 1923.
Daftar Pustaka : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Post a Comment for "Sejarah Latar Belakang Perkembangan Sarekat Islam (1912)"