Kausalitas Antara Kemampuan Bertahan, Bentuk Kreativitas, Dan Perkembangan Tari Nusantara
Kausalitas Antara Kemampuan Bertahan, Bentuk Kreativitas, Dan Perkembangan Tari Nusantara
Berhasil atau gagalnya suatu kelompok atau etnis dalam menyebarkan bentuk tari yang dimiliki sangat bergantung pada kemampuan koreografer masing-masing. Tentu kemampuan koreografer itu harus dipacu melalui banyak sekali kegampangan dan derma infrastruktur maupun suprastruktur. Seorang koreografer selain mengandalkan kemampuan mengolah imajinasi juga memerlukan derma masyarakat. Seorang koreografer niscaya mengharapkan karyanya bisa dinikmati oleh orang lain. Oleh alasannya itu, sebagai potongan dan masyarakat, koreogafer memerlukan menolongan kelompoknya untuk menyebarkan daya ciptariya.
Seorang koreografer yang baik sangat membutulikan kehadiran seorang Koreksius semoga karyanya selalu berkembang dan baru. Di Indonesia dikenal beberapa nama Koreksius tari yang berkompeten di bidangnya, antara lain S.D. Humardani, R.M. Soedarsono, Sal Murgiyanto, Sardono W. Kusumo, I Made Bandem, I Wayan Dibia, Ben Suharto, Sumaryono, dan Endo Suanda. Perkembangan tari yang berhasil merambah ke seluruh wilayah Nusantara tidak sanggup dilepaskan pula dan kemajuan yang dicapai di bidang lain, ibarat komunikasi, informasi, transportasi, ekonoini, dan pendidikan.
Di pusat-pusat budaya ibarat Surakarta (Sala) dan Yogyakarta yang meiniliki patron budaya, yaitu keraton, kemajuan bentuk tari (dan seni lainnya) menjadi hal yang wajar. Akan tetapi, di kawasan lain yang kurang mempunyai akar budaya yang besar lengan berkuasa sering menimbulkan kemajuan per-kembangan seni (tari) terasa lamban dan seolah jalan di,tempat. Meskipun deinikian, beberapa penelitian dan goresan pena mempersembahkaninformasitentarig terjadinya perubahan atau perkembangan tari di beberapa kawasan di Nusantara. Beberapa kawasan yang bisa menyebarkan seni tarinya antara lain diberikut ini.
Di pusat-pusat budaya ibarat Surakarta (Sala) dan Yogyakarta yang meiniliki patron budaya, yaitu keraton, kemajuan bentuk tari (dan seni lainnya) menjadi hal yang wajar. Akan tetapi, di kawasan lain yang kurang mempunyai akar budaya yang besar lengan berkuasa sering menimbulkan kemajuan per-kembangan seni (tari) terasa lamban dan seolah jalan di,tempat. Meskipun deinikian, beberapa penelitian dan goresan pena mempersembahkaninformasitentarig terjadinya perubahan atau perkembangan tari di beberapa kawasan di Nusantara. Beberapa kawasan yang bisa menyebarkan seni tarinya antara lain diberikut ini.
Sumatra Barat
Daerah ini bisa membuat gebrakan dengan menata kembali perbendaharaan tari usang (tradisi) menjadi bentuk gres yang tidak meninggalkan keasllannya, inisalnya tari Kiek Gadih Ininang yang ialah tari kreasi menggambarkan kesibukan gadis-gadis Ininang pada waktu subuh selagi bersiap siap menuju masjid.
Sumatra selatari
Tari Penyadap Karet menggambarkan canda na cowok dan pemudi Sumatra Selatari selagi menyadap karet yang tak jarang berlanjut ke jenjang perkawinan. Tari yang diperkaya dengan unsur gerak tradisi ini berkesan sebagai tari pergaulan yang menimbulkan suasana gembira.
Tari Taridak Sebati ialah jenis tari pengaulan yang digarap dengan memanfaatkan perbendahanaan unsur-unsur gerak tari Melayu Kepulauan. Rentak musik Melayu yang mengiringinya membuat joget yang dinainis ini bernuansa gembira.
Jambi
Tari Skin menggambarkan ketarigkasan kaum perempuan dalam keprajuritari. Skin yaitu homogen keris kecil sesuai dengan namanya yaitu tari Skin. Tari ini ialah tari kreasi yang tetap memanfaatkan perbendaharaan gerak tari tradisi.
Bengkulu
Tari Lalan Belek yang diangkat bendasarkan dongeng rakyat tentarig seorang bidadari yang tertinggal alasannya selendangnya diambil orang selagi mandi bersama kawan-kawannya. Suatu ketika selendangnya ditemukan kembali dan bidadari tensebut kembali pulang (belèk) meninggalkan si Pemuda yang memendam rindu. Cenita homogen di Jawa dikenal juga dalam kisah Joko Tarub dan Nawang Wulan.
Lampung
Tari Begak Kayu Hadha digarap menurut tradisi kawasan Lampung yang menggambarkan cowok pemudi ketika mereka bengembira na mendirikan kayu hadha, permainan homogen panjat pinang yang diadakan setelah pesta perkawinan. Selain itu, terdapat tari Serondeng yang mengambil unsur gerak-gerak tari wayang Betawi. Nama serondeng dipakai sesuai dengan nama lagu yang dimainkan oleh musik ajeng Betawi yang menginingi tariian ini.
Jawa Barat
Tari Ranasati yang menggambankan Dewi Ranasati (kekasih Arjuna) yang bagus dan lembut ternyata meiniliki kegagahan dan jiwa keprajuritari. Kepandaian Dewi Rarasati dalam memanah sudah menyadarkan Snikandi dan kesombongan. Sanipati gambanan tersebut kemudian diangkat dalam bentuk tari kelompok dengan sumber gerak tari tradisi Cirebon.
Sumber Pustaka: Yudhistira
Post a Comment for "Kausalitas Antara Kemampuan Bertahan, Bentuk Kreativitas, Dan Perkembangan Tari Nusantara"