Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kolonialisme Dan Imperialisme Barat Serta Pengaruhnya (Bagian 1)

Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya  (Bagian 1) ✓ Dalam mempelajari penggalan ini, saya akan bagi menjadi 2 penggalan lantaran artikelnya tidak mengecewakan panjang dan kebetulan ini yaitu penggalan yang pertama. Kaprikornus kawan-kawan sanggup melanjutkannya ke penggalan yang kedua. Sesudah mempelajari terkena kolonialisme, imperialisme barat beserta pengaruhnya, maka kawan-kawan sanggup menunjukan terkena Perang Salib yang berafiliasi dengan penjelajahan samudra dan sanggup menunjukan perihal yang lainnya yang berafiliasi dengan kolonial dan imperialisme. Ayo kita berguru bersama.
Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya (Bagian 1)

Daftar Isi

1. Perang Salib dan Dampaknya Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme
2. Kehadiran Bangsa-bangsa Eropa di Indonesia
3. Reaksi Rakyat Indonesia menentang Bangsa-bangsa Eropa

Perang Salib dan Dampaknya Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme

Kita sering mendengar istilah perang salib, namun apa pengertian perang salib tersebut? Perang salib addalah ialah perang antara penganut agama Islam dan penganut agama Nasrani dalam rangka untuk memperebutkan daerah Yerusalem/ Palestina. Berlangsungnya perang salib tersebut sekitar dua kala dalam 7 kali perang. Berakhirnya perang salib yaitu pada tahun 1291 dan tiruana wilayah di Palestina yaitu menjadi penggalan dari kerajaan Islam yakni Turki Usmani. Pada waktu itu kerajaan Turki Usmani melarang untuk melaksanakan perdaganan dengan bangsa Eropa yang berada di sekitar Laut Tengah. Padahal waktu itu, barang dagangan yang berupa rempah-rempah sangat diharapkan oleh bangsa Eropa dan spesialuntuk sanggup dijumpai di pelabuhan sekitar Laut Tengah. melaluiataubersamaini adanya kondisi tersebut maka bangsa Eropa membuat keputusan untuk mencari daerah sumber rempah ke dunia timur dengan melaksanakan penjelajahan samudera dan berhasil mencapai daratan Indonesia. Bangsa Portugis, Bangsa Spanyol, Bangsa Belanda, dan Bangsa Inggris yaitu bangsa eropa yang mencapai wilayah Indonesia. Kehadiran bangsa-bangsa Eropa di Nusantara pada awalnya lewat komplotan perdagangan. Kemudian komplotan atau serikat dagang tersebut berusaha untuk menguasai atas perdagangan rempah-rempah Indonesia dengan cara melaksanakan praktik monopoli. Mereka juga melaksanakan penguasaan wilayah dan penyebaran agama. Ketiga pelaksanaan praktik tersebut yaitu ialah tujuan imperialisme kuno yaitu yang mencakup Gold = emas, Gospel = keagamaan, Glory = kejayaan (3G). Praktik  3G tersebut akan megampangkan bagi bangsa Portugis, bangsa Spanyol, Bangsa Belanda, dan Bangsa Inggris sanggup dengan simpel untuk menjalankan kolonialisme dan imperialisme.

Kehadiran Bangsa-bangsa Eropa di Indonesia

Kehadiran Bangsa Portugis di Indonesia

Utusan dari bangsa Portugis yang berjulukan Diego Lopez Squeira pada tahun 1509 datang di Malaka dan memberikan surat kepada Sultan Mahmud Syah, tetapi Malaka menolak untuk melaksanakan perdagangan dengan Bangsa Portugis. Kemudian di tahun 1511 Bangsa Portugis hadir ke Makala bukan untuk melaksanakan perdagangan tetapi melaksanakan penyerangan dan berhasil menguasai Malaka. Pasukan serangan tersebut yaitu dipimpin oleh Alfonso d’Albuquerque. Apa saja yang menjadi laba dari bangsa Portugis dengan menguasai Malaka? Keuntungan tersebut yaitu:
  • Bangsa Portugis akan menguasai jalur perdagangan penting di wilayah Asia, termasuk di dalamnya perdagangan atas rempah-rempah.
  • Malaka sanggup digunakan sebagai kerikil loncatan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di wilayah Maluku. Sehingga Portugis membangun basis militer yang besar lengan berkuasa di wilayah Malaka.
Di tahun 1512, Bangsa Portugis melaksanakan pelayaran menuju Maluku yang dipimpin oleh De Abreau. Sebelum hingga di Maluku ia juga singgah di beberapa pelabuhan di nusantara, contohnya ia singgah di Aceh, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Gresik, dan kemudian mencapai Ternate. Perdagangan antara Portugis dan Kerajaan Ternate berjalan dengan tenang materi Ternate meminta kepada Portugis untuk menciptakankan benteng (bernama Sao Paulo) yang mana benteng tersebut berkhasiat untuk menghindarkan dari serangan musuh yaitu tidore. Kemudian Bangsa Portugis memperoleh peluang untuk memonopoli perdagangan cengkeh. Semenjak Portugis membeli rempah-rempah pribadi dari wilayah Maluku, maka bandar Lisabon (Lisboa) menjadi pusat perdagangan atas rempah-rempah dan komoditas lain yang berasal dari Hindia Timur. Kemudian komoditas tersebut didistribusikan ke seluruh wilayah Eropa. Di wilayah Ternate, Bangsa Portugis mulai goyah. Ternate memerlukan Portugis spesialuntuk untuk memperkuat pertahanan dalam rangka untuk mengahadapi bangsa Tidore. Namun Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore bersatu melawan Bangsa Portugis yaitu pada tahun 1533. Yang tadinya Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore bermusuhan kini menjadi mitra untuk mengusir Portugis. Mengapa sanggup menjadi bersatu kedua kerajaan tersebut? Hal ini lantaran Portugis melaksanakan praktk monopoli dan juga melaksanakan penyebaran terhadap agama Nasrani. Dalam mengusir Bangsa Portugis, Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore berhasil dan risikonya Portugis keluar dari Maluku dan menetap di Timor. Daerah lain yang diincar oleh Portugis sebelum menetap di Timor adalah:
  1. Wilayah Sumatra. Alasan mengincar daerah ini yaitu lantaran mereka mengincar hasil perkebunan lada. Bangsa Portugis tidak berhasil melaksanakan perdagangan baik perdagangan biasa apalagi monopoli. Hal ini lantaran adanya Kerajaan Aceh yang menentang adanya Bangsa Portugis.
  2. Di wilayah Jawa, Bangsa Portugis spesialuntuk sanggup melaksanakan perdagangan  di daerah Blambangan dan Pasuruan. Mengapa demikian? Karena daerah-daerah yang lainnya di Jawa sudah dikuasai oleh Kerajaan Demak, yang ialah musuh dari Portugis.

Kehadiran Bangsa Spanyol di Indonesia

Terdapat 2 buah kapal ekspedisi Bangsa Spanyol yang hingga Wilayah Maluku yaitu pada tahun 1521. Kapal-kapal tersebut hadir dari Filipina dalam pelayarannya kembali menuju ke Spanyol lewat Kalimantan Utara. Pada waktu itu terjadi permusuhan antara ternate dan tidore. Untuk mengimbangi dari Kerajaan Ternate yang didukung oleh Portugis maka Bangsa Spanyol ikut campur dengan mendukung Kerajaan Tidore. Namun lantaran disebabkan oleh karean kalah besar lengan berkuasa maka komplotan antara Bangsa Spanyol dan Kerajan Tidore sanggup dikalahkan. Semenjak tahun 1543, Bangsa Spanyol tidak lagi melaksanakan ekspedisi ke Indonesia. Berdasarkan pada Perjanjian Tordesillas, maka tempat Maluku spesialuntuk boleh dijelajahi oleh Portugis saja, sedangkan untuk Bangsa Spanyol spesialuntuk hingga di Wilayah Filipina.

Kehadiran Bangsa Inggris di Indonesia

Ekspedisi Bangsa Inggris dalam rangka untuk menguasai perdagangan di Hindia Timur tidak disponsori oleh pemerintah, namun oleh komplotan dagang yang berjulukan East India Company (EIC) yang mana EIC yaitu ialah komplotan dagang yang terdiri dari adonan para pengusaha London. Mulai tahun 1.600, komplotan dagang ini mendapat hak khusus dari pemerintah Inggris menangani perdagangan di Hindia Timur. Sehingga lantaran adanya hak khusus tersebut membuat EIC mempunyai wewenang penuh atas monopoli perdagangan di wilayah Hindia Timur. Pada simpulan kala ke-16, East India Company melaksanakan korelasi dagang dengan beberapa daerah yang ada di Indonesia, contohnya di Aceh, Jayakarta, Banjar, Gowa, dan juga di Maluku. Tetapi lantaran terdesak oleh bangsa Belanda, maka pada risikonya Bangsa Inggris yang ada di wilayah tersingkir.

Kehadiran Bangsa Belanda di Indonesia

Sesudah memperoleh petunjuk dari Jan Hueygen Van Linschoeten, Bangsa Belanda mulai melaksanakan pelayaran. Dalam rangka untuk menghindari terjadinya persaingan dengan Bangsa Portugis, maka diusahakan pelayaran melalui utara, namun gagal. Lalu dibentuklah Compagnie Van Vere oleh pengusaha-pengusaha Belanda. Dari kongsi dagang tersebut, maka dilakukan ekspedisi:
Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya (Bagian 1)
a. Pada tahun 1596, armada dagang Belanda dengan empat kapal yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman hadir di wilayah Banten. Kehadiran mereka di tanah Banten disambut dengan baik. Tetapi Belanda mempunyai ambisi untuk mendapat laba yang besar. Sehingga pada risikonya muncul perselisihan antara Belanda dengan penduduk setempat dan juga dengan penguasa wilayah. Seluruh pelabuhan dagang di pantai utara Pulau Jawa ditutup bagi pedagang Belanda. melaluiataubersamaini demikian misi dagang Belanda tersebut dianggap tidak berhasil.
Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya (Bagian 1)
b. Pada tahun 1598 Jacob van Neck dan Warwijk memimpin misi dagang Belanda yang kedua sudah  mendarat di Banten. Kehadiran mereka mendapat sambutan yang baik oleh penguasa, pedagang, dan rakyat Banten. Mereka melaksanakan interaksi sosial di Banten. Pada waktu itu Banten sedang mengalami perselisihan dengan Bangsa Portugis. Keberhasilan Jacob van Neck dan Warwijk memimpin misi dagang Belanda yang kedua ini membuat para pengusaha dan pedagang Belanda untuk berlomba-lomba hadir ke Nusantara. Dalam rangka untuk menghindari persainga antar pengusaha Belanda  maka dibuat serikat dagang (kongsi dagang) di Hindia Timur pada tahun 1602 tepatnya tanggal 20 Maret atas tawaran dari Johan Olden Barneveld yang kita kenal sebagai VOC di Ambon dengan modal awalnya yaitu sebesar 6,5 milyar Gulden.

Tujuan pembentukan VOC adalah:
  1. Supaya tidak terjadi persaingan antar pedagang Belanda biar sanggup menghadapi persaingan dengan bangsa lainnya.
  2. Untuk memonopoli perdagangan sehingga memperoleh pendapatan atau laba yang besar.
  3. Untuk memmenolong pemerintah Belanda yang sedang berperang dengan bangsa Spanyol.
Pada tahun 1602 VOC mempunyai hak octrooy atau izin untuk memonopoli perdagangan dari pemerintah Belanda. Adapun untuk wilayah yang diijinkan untuk dilakukan monopoli yaitu dimulai dari Tanjung Pengharapan (Afrika Selatan) hingga selat Magellan (Filipina). melaluiataubersamaini adanya hak khusus tersebut, maka VOC sudah menjadi forum pemerintah Belanda yang sekaligus perdagangan yang otonom di wilayah jajahannya. melaluiataubersamaini demikian keberadaan dari VOC di suatu wilayah jajahannya dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal, yang juga sekaligus termasuk Heeren Seventien (17 Pimpinan). Tugas dan wewenang dari gubernur jenderal yaitu menjalankan 2 tugas yang sekaligus yaitu sebagai 1). administrator perusahaan dan 2). sebagai pimpinan pemerintahan. Semenjak tahun 1608 terdiri atas gubernur jenderal (yang mewakili pihak Kerajaan Belanda) dan Road van Indie (Dewan Hindia). Kedua pihak tersebut disebut “Hooge Regering” (Pemerintah tertinggi). Gubernur Jenderal yang pertama dijabat oleh seorang yang berjulukan Pieter Both (1610–1614). Ia mempunyai kantor di atas kapal yang berlabuh diperairan Ambon. Kemudian Pieter Both mempunyai planning untuk memindahkan pusat kedudukan VOC menjadi ke Batavia (Jayakarta). Pertimbangan yang mendaari adanya planning pemindahan pusat kedudukan VOC tersebut antara lain:
  • Jayakarta mempunyai letak yang lebih strategis apabila dibandingkan dengan Ambon lantaran terletak di tengah jalur perdagangan Asia.
  • Alasan yang kedua dalah VOC akan dengan lebih simpel untuk menyingkirkan Portugis yang berkedudukan di Malaka.
Dalam rangka untk menjalankan rencananya tersebut maka Pieter Both meminta ijin terlebih lampau kepada Pangeran Jayakarta, dan permintaannya tersebut diterima atau dikabulkan. Namun beberapa tahun kemudian, Pangeran Jayakarta juga mempersembahkan izin kepada East India Company (EIC) dari Inggris untuk mendirikan kantor dagangnya di Jayakarta. Dari kondisi tersebut maka terjadi persaingan antara VOC dengan EIC. Kemudian pada kondisi yang sedang mengalami persaingan antara VOC dan EIC terjadilah pergantian atas gubernur jendral VOC dari Pieter Both digantikan oleh Jan Pieterszoon Coen. Dalam rangka untuk mengahadapi EIC maka ia mendirikan atau membangun benteng di Jayakarta. Langkah selanjutnya yaitu menghasut penguasa Banten Ranamenggala untuk memecat Pangeran Jayakarta lantaran pada ketika itu Jayakarta di bawah kekuasaan Banten dan sekaligus menutup EIC. Kemudian VOC mendapat hak penush atas Jayakarta semenjak tanggal 31 Mei 1619. Kemudian semenjak waktu itu nama Jayakarta bermetamorfosis nama Batavia, lantaran kota Jayakarta sudah banyak yang rusak akhir pertempuran dengan Banten. Di dalam melaksanakan monopoli perdagangan, VOC melaksanakan beberapa tindakan, yaitu:
  • Pelayaran Hongi: patroli dengan menggunakan bahtera kora-kora, yang juga dilengkapi dengan adanya senjata untuk mengontrol terhadap pelaksanaan monopoli di wilayah Maluku.
  • Hak ekstripasi: eksekusi kepada para pelanggar hukum monopoli.
Kejayaan dari VOC secara perlahan menjadi pudar, para pegawainya banyak yang melaksanakan korupsi. Selain faktor tersebut juga adanya persaingan terhadap bangsa lainnya contohnya Prancis dan Inggris, di dalam melaksanakan monopoli rempah-rempah. Akhirnya usaha yang djalankan oleh VOC mengalami kerugian, lantaran jumlah biaya yang dikeluarkan cukup tinggi.

Reaksi Rakyat Indonesia menentang Bangsa-bangsa Eropa

Reaksi terhadap Bangsa Portugis

a. Perlawanan Adipati Unus terhadap Portugis di Malaka

Seorang aristokrat Demak yang berjulukan Adipati Unus pada tahun 1513 menyerang portugis ke Malaka, lantaran Portugis dianggap membahayakan perdagangan dan juga terhadap penyebaran agama Islam di Indonesia. Seorang keturunan Jawa yang berjulukan Katir yang bermukim di Malaka ikut membatu para prajurit Demak tersebut. Namun lantaran kapal serta perlengkapannya kurang ditambah lagi jarak Kerajaan Demak dan Malaka terlalu jauh maka serangan Demak tersebut mengalami kegagalan. Kemudian Adipati Unus menempuh cara yang lainnya yaitu dengan memblokade ekonomi, caranya yaitu bandar-bandar yang ada di pantai utara jawa tertutup untuk portugis. Jalur perdagangan dari Jawa ke Aceh tidak melalui Selat Malaka, namun melalui Selat Sunda, Samudra Hindia kemudian ke Aceh.

b. Perlawanan Rakyat Aceh

Sejak tahun 1511, bangsa Portugis menguasai Malaka. Kerajaan Aceh yaitu ialah tentangan berat dalam bidang perdagangan. Yang tadinya bersaing dalam bidang persaingan muai berkembang menjadi peperangan. Perlawanan rakyat Aceh kepada bangsa Portugis muncul mulai pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah.

Alasan yang mendasari rakyat Aceh melawan Portugis yaitu:
  • Portugis yaitu ialah tentangan yang besar lengan berkuasa Aceh dalam perdagangan di Malaka.
  • Adanya kepentingan Bangsa Portugis untuk berbagi agama Kristen, sedangkan Aceh memeiliki kepentingan untuk berbagi agama Islam.
Langkah yang diambil untuk menghadapi Portugis yaitu Sultan Iskandar Muda mengadakan kerjasama dengan pasukan Mesir, Turki, India untuk memperkuat pertahanannya dan berusaha untuk memperoleh persenjataan dari luar negeri.

c. Perlawanan Rakyat Maluku

Rakyat maluku juga melaksanakan perlawanan terhadap Portugis di tahun 1533. Terdapat bebrapa alasan mengapa rkyat maluku mengadakan perlawanan kepada Portugis. Alasannya tersebut yaiyu lantaran bangsa Portugis bersikap congkak dan juga mejalankan praktek monopoli perdagangan. Dalam rangka menghadapi rakyat Maluku, maka pasukan Portugis minta menolongan pasukan Portugis yang berada di Malaka yang dipimpin oleh Antonio Galvao. Kemudian pada tahun 1565 terjadi perlawanan lagi terhadap Portugis yang dipimpin oleh Sultan Khairun. Karena Portugis takut akan kehilangan hak monopoli atas perdagangan rempah-rempah di Ternate, maka Portugis mengusahakan perteman dekatan dengan Sultan Khairun dan putranya, Sultan Baabullah. Portugis kemudian mengkhianati perteman dekatan yang dibangun tersebut sehiingga menyebabkan Sultan Khairun menjadi murka dan kemudian dia memimpin perlawanan. Dalam perlawanan tersebut Sultan Hairun tewas terbunuh. Kondisi tersebut membuat puteranya juga menjadi marah. Kemudian Sultan Baabullah mengadakan perlawanan kepada Portugis pada Tahun 1574. Kemudian di tahun 1575, Portugis terpaksa menyingkir ke Hitu (Ambon). Kemudian Portugis juga mendapat perlawanan di Ambon sehingga pada tahun 1590 bangsa Portugis meninggalkan Ambon. Untuk selanjutnya Portugis pergi ke Pulau Timor.

Reaksi terhadap VOC

1). Mataram Melawan VOC
Puncak kejayaan kerajaan Mataram yaitu pada masa kepemimpinan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613–1645). Daerah kekuasaan kerajaan mataram yaitu hampir seluruh Pulau Jawa selain Jawa Barat. Pada awalnya korelasi antara kerajaan Mataram dan VOC berjalan dengan baik yang dibuktikan oleh mataram untuk memperbolehkan VOC untuk mendirikan kantor dagangnya di mataram tanpa membayar pajak. Tetapi VOC kemudan melaksanakan praktek monopolo perdagangan di Jepara. Kemudian Bupati Kendal yang ialah penanggungjawaban wilayah Jepara berjulukan Baurekro menolak hal tersebut. melaluiataubersamaini kondisi tersebut maka mataram menjadi murka dan melaksanakan penyerangan ke kantor VOC. Kemudian Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen membalas serangan tersebut dengan memerintahkan kepada pasukannya untuk menembaki daerah Jepara. Sikap yang diambil oleh Sultan Agung yaitu dia betekat melaksanakan penyerangan ke kota Batavia. Penyerangan Sultan Agung tersebut sebanyak 2 kali. Pada tahun 1628 yaitu ialah serangan yang pertamanya. Pada pertengahan bulan Agustus 1628, dengan tiba-tiba armada Mataram muncul di perairan kota Batavia, kemudian armada Mataram tersebut menyerang benteng VOC.

Panglima-panglima Sultan Agung antara lain:
  • Tumenggung Baurekso.
  • Kyai Dipati Manduro-Rejo.
  • Tumenggung Sura Agul-agul.
  • Kyai Dipati Uposonto.
Dalam penyerangan tersebut, Panglima Sultan yang berjulukan Tumenggung Baurekso beserta putranya gugur. Pasukan Sultan Agung menggunakan taktik perang yang tinggi, contohnya dengan membendung Sungai Ciliwung. Tetapi penyerangan yang dilakuakan kali ini mengalami kegagalan dan terpaksa mengundurkan diri.
Kemudian Sultan Agung menyusun seni administrasi gres untuk persiapan melaksanakan serangan yang kedua. Kemudian pada tahun 1629 dilakukan serangan yang kedua dengan membuat suatu perencanaan yang lebih tepat misalnya:
  • Persenjataan sudah dilengkapi dengan senjata api dan juga meriam.
  • Terdapat pasukan berkuda dan beberapa gajah.
  • Persediaan makanan yang cukup dan pembangunan lumbung-lumbung padi di daerah Tegal dan daerah Cirebon.
Serangan yang kedua ini berhasil menghancurkan benteng Hollandia dan J.P. Coen tewas pada ketika mempertahankan benteng Meester Cornellis. Oleh lantaran terdapat pasukan yang tewas, maka daerah tersebut dinamakan Rawa Bangke. Kemudian VOC mengetahui tempat lumbung padi yang berada di Tegal dan Cirebon, kemudian VOC aben lumbung-lumbung tersebut. Serangan yang kedua ini juga mengalami kegagalan. Selanjutnya Sultan Agung memikirkan untuk melaksanakan penyerangan selanjutnya, namun sebelum planning tersebut terwujud, Sultan Agung mangkat di tahun 1645. Hal-hal yang menyebabkan abadiahan mataram dalam penyerangan antara lain:
  • Jarak yang jauh antara Mataram (sekarang Jogjakarta) ke Batavia (sekrang Jakarta) sehingga mengalami kelelahan.
  • Kekurangan persediaan makanan (kelaparan).
  • Kalah di dalam persenjataan.
  • Terjangkitnya penyakit malaria sehingga banyak yang meninggal.
2). Perlawanan Trunojoyo (1674–1678)

Trunojoyo yaitu ialah putra dari bupati Madura. Di tahun 1674, Trunojoyo melaksanakan perlawanan kepada Mataram lantaran Sultan Amangkurat I putra Sultan Agung melaksanakan kolaborasi dengan VOC. Sikap yang diambil tidak sama dengan perilaku yang diambil oleh ayahnya. Gerakan Trunojoyo tersebut mendapatan pertolongan dari:
  • Macan Wulung dari Madura Timur.
  • Pguambahan Rama dari Giri.
  • Pelaut-pelaut Bugis pimpinan Kraeng Galesung dan Nontemaramo.
  • Para bupati pesisir, menyerupai Surabaya, Jember, dan juga Lasem.
Gerakan Trunojoyo tersebut dihadang oleh adonan pasukan Mataram dan VOC. Untuk selanjutnya, Trunojoyo terkepung di Gunung Kelud dan risikonya mengalah kepada Kapten Jonker pada tagun 1678. Namun perlawanan dari rakyat masih tetap berlangsung, bahkan memperoleh pertolongan dari R. Kajoran dari Bagelen, yang masih ialah wilayah Mataram. Dalam perlawanan tersebut sultan Sunan Amangkurat I dan putranya meninggalkan keraton, kemudian minta menolongan kepada VOC. Sesudah hingga di Tegalarum (Tegalwangi) Amangkurat I meninggal pada tahun 1677. Adipati Anom yang merpakan putra mahkota kemudian menggantikan Amangkurat I. Kemudian ia bergelar gelar Amangkurat II. Ia terpaksa bergantung pada menolongan VOC dalam menegakkan mahkotanya. VOC mau memmenolong Amangkurat II namun mengikatnya dengan suatu perjanjian di tahun 1670 yang isinya antara lain :
  • Mataram menanggung seluruh biaya perang yang dilakukan oleh rakyat.
  • VOC sanggup melaksanakan memonopoli perdagangan.
  • Terdapat beberapa daerah yang akan diserahkan kepada VOC, yaitu daerah yang rindang Cisadgua, Cimanuk, Madura Timur, Semarang, dan sekitarnya.
Akibat terjadinya peperangan, maka keraton mengalami kerusakan yang cukup banyak. Kemudian keraton terpaksa dipindahkan dari Kerto/ Plered ke Kartasura. Semenjak ketika itu, takhta dari Kerajaan Mataram terikat dengan perjanjian yang dilakukan VOC dan hidup dalam lingkungan VOC.

3). Perlawanan Untung Suropati (1686–1706)

Untung Suropati yaitu ialah seorang aristokrat Bal yang diculik oleh bajak bahari untuk dijadikan budak. Kemudian Untung Suropati dibeli oleh Edeler Moor yang ialah salah seorang pengurus harian VOC, kemudian ia diangkat menjadi seorang prajurit VOC. Di dalam mengatasi pergolakan di wilayah Banten, Untung Suropati bertindak sebagai prajurit VOC sanggup menangkap Pangeran Purboyo. Namun oleh prajurit Belanda berjulukan Kuffeler Untung Suropati dianggap masih berkedudukan rendah menciptakannya terasa dihina, kemudian ia membunuh Kuffeler. Rasa kebangsaannya mulai bangun dan Untung Suropati malah berbalik melawan VOC dan Pangeran Puger. Untuk melawan VOC kemudian Untung Suropati bekerjasama dengan Sunan Mas. Dalam peperangan yang terjadi di Bangil - Pasuruan (Jawa Timur), Untung Suropati gugur. Kemudian Sunan Mas melanjutkan perjuangannya dan risikonya Sunan Mas ditangkap oleh pasukan VOC di tahun 1708 dan dimembuang ke daerah Ceylon (Sri Lanka).

4). Perlawanan Mangkubumi dan Mas Said (1749-1757)

Pecahnya perlawanan Mangkubumi disebabkan:
  • Raja Mataram, Paku Buwono III menyerahkan daerah pantai utara Pulau Jawa kepada VOC sehingga Kerajaan Mataram tidak mempunyai pelabuhan.
  • Pangeran Mangkubumi merasa tersinggung dan juga malu, lantaran Gubernur Jenderal Van Imhoff turut campur di dalam permasalahan antara Pangeran Mangkubumi dengan Paku Buwono II, serta memarahi Pangeran Mangkubumi di hadapan orang banyak pada waktu sidang menghadap raja.
Di tahun 1794 antara Pangeran Mangkubumi dengan Mas Said bekerjasama untuk melawan Paku Buwono II beserta VOC. Perlawanan yang dilakukan yaitu dengan metode bergerilya di tepi sungai Bogowonto dan sanggup mengalahkan pasukan Belanda. Bahkan sanggup menguasai daerah kekuasaan hingga Yogya, Bagelen, dan juga Pekalongan. Kemudian pada ketika itu, antara Pangeran Mangkubumi dan Mas Said terjadi perselisihan dan risikonya berpisah. Konsekwensinya yaitu usaha menjadi melemah dan pasukan VOC segar kembali. Di tanggal 13 Januari 1755, Belanda berhasil membujuk Pangeran Mangkubumi untuk berdamai dengan lahirnya perjanjian Giyanti di tahun 1755. Isi Perjanjian Giyanti yaitu pertolongan Kerajaan Mataram menjadi dua yaitu Mataram penggalan timur dengan ibu di kota Surakarta Hadiningrat yang dikuasai Susuhunan Paku Buwono III, dan Mataram Barat dengan ibu kota Yogyakarta yang dikuasai Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sultan Hamengku Buwono I. Pada tanggal 17 Maret 1757, VOC berhasil menghentikan perlawanan yang dilakukan oleh Mas Said dan diikuti  dengan penanhadiranan Perjanjian Salatiga. Isi perjanjian Salatiga yaitu Mas Said didiberi sebagian wilayah Surakarta dan kemudian diangkat menjadi Adipati yang bergelar Adipati Mangkunegara I dan kedudukannya sama dengan Putra Mahkota Surakarta, daerah kekuasaannya disebut Mangkunegaran, setengahnya tetap dikuasai Pakubuwono.

5). Perlawanan Banten terhadap VOC

Pada masa pemerintahan Abdul Fatah atau dikenal sebagai Sultan Ageng Tirtayasa (1850–1682) yaitu masa kejayaan dari Kerajaan Banten. Abdul Fatah menolak tiruana monopoli dagang VOC dan berusaha untuk mengusir VOC dari Batavia.

Tindakan yang dilakukan Sultan Ageng tidak disetujui oleh putranya yang berjulukan Sultan Haji. Kemudian VOC mendekati Sultan Haji untuk memusuhi Sultan Ageng. Ini sesuai dengan politik devide et impera (adu domba) VOC. Kemudian VOC berhasil menangkap Sultan Ageng dan menguasai istana. Sesudah itu Sultan Haji naik takhta, yang diikat dengan suatu perjanjian yang isinya yaitu sebagai diberikut:
  • Kerajaan Banten harus melepaskan pengaruhnya terhadap Cirebon.
  • Kerajaan Banten harus mengakui monopoli VOC di Banten.
  • Bangsa-bangsa absurd selain bangsa Belanda tidak boleh berdagang di Banten.
  • Sungai Cisadgua ialah batas antara Kerajaan Banten dan daerah VOC.
Walaupundemikian perlawanan kepada VOC terus berlanjut oleh tokoh-tokoh lain, contohnya oleh Kyai Tapa, Ratu Bagus yang bekerja sama dengan para pelaut Syekh Yusuf dan Ibnu Iskandar.

6). Perlawanan Makassar Terhadap VOC

Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya (Bagian 1)
Perlawanan di makassar terjadi lantaran adanya monopoli perdagangan di Makassar. Letak Makassar yaitu di jalur perdagangan antara Malaka dan Maluku. Selain itu makasar juga ialah pelabuhan transito, sehingga membuat VOC berambisi menguasainya. Tuntutan tersebut ditolak oleh Sultan Hasannudin, sehingga sering terjadi insiden antara Makassar dengan VOC.Dalam rangka untuk menghadapi Sultan Hasanudin maka VOC melaksanakan politik devide et impera. VOC mengahasut Raja Bone, Aru Palaka supaya melawan Sultan Hasannudin. Sesudah benteng Barombon dpat direbut oleh VOC, maka Sultan Hasannudin mengalah dan harus menanhadirani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi Perjanjian Bongaya adalah:
  1. Makassar mengakui atas kekuasaan VOC.
  2. VOC mendapakan monopoli dagang di wilayah Makassar
  3. Makassar melepaskan Bugis dan Bone.
  4. Aru Palaka menjadi Raja Bone.
  5. Makassar membayar seluruh biaya perang kepada VOC.
7). Perlawanan Maluku terhadap VOC

Penyebab perlawanan di maluku yaitu VOC berusaha supaya Sultan Ternate mau tunduk dan memasakanan monopoli perdaganagan kepada rakyatnya. Pemimpin perlawanan yaitu Kakiali pada tahun 1635, Telukabesi pada tahun 1646, dan Kaicil Saidi pada tahun 1656. Rakyat Tidore melaksanakan perlawanan kepada VOC terjadi ketika ditangkapnya Raja Tidore pada tahun 1779 yaitu Sultan Jamaluddin. Perlawanan dipimpin oleh Sultan Nuku dengan menggunakan siasat devide et impera. Teknik menghasut orang-orang Inggris supaya mengusir VOC dari Tidore. Sesudah berhasil, kemudian Sultan Nuku menggempur orang-orang Inggris dan untuk sementara Sultan Nuku berhasil mengusir VOC dari wilayah Maluku. Untuk melanjutkan perihal Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya sanggup melanjutkan melalui : Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya (Bagian 2)

Artikel IPS lainnya:
1. Permasalahan Penduduk dan Dampaknya
2. Lingkungan Hidup dan Pelestariannya
*) Semua Materi IPS Sekolah Menengah Pertama Kelas 8 sanggup dilihat di : Rangkuman Materi Pelajaran IPS SMP/ MTs Kelas VIII

Demikianlah artikel perihal kolonialisme dan imperialisme di Aanwijzing.Com yang berjudul Kolonialisme dan Imperialisme Barat serta Pengaruhnya (Bagian 1) yang semoga bermanfaa. Terimakasih.

Post a Comment for "Kolonialisme Dan Imperialisme Barat Serta Pengaruhnya (Bagian 1)"