Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perbedaan Rujukan Keruangan Di Pedesaan Dan Perkotaan

Perbedaan Pola Keruangan Di Pedesaan Dan Perkotaan



Prinsip keruangan ialah prinsip geografi yang penting alasannya memadukan prinsipp rinsip penyebaran dan interaksi. Prinsip mi ialah ciri geometri modern yang pertama kali diperkenalkan oleh Alfred Hettner pada tahun 1905. Hettner pada dikala itu mengem ukakaimya sebagai suatu ilmu tentarig wilayah-wilayah di permukaan bumi dengan perbedaan dan korelasi keruangannya. Tetapi dikala ini prinsip keruangan ialah suatu prinsip terpenting pada geometri dan pembangunan. Prinsip keruangan ini sanggup dikatakan memperhatikan penyebaran interrelasi dan interaksi segala unsur atau komponen di permukaan bumi sebagai suatu ruang yang membentuk kesatuan fungsi.

Pada prinsip contoh keruangan ini, gejala, fakta, dan persoalan geografi ditinjau segi penyebaran, interrelasi, dan interaksinya dalam mang. Ruang mempersembahkan karakteristik kepada kes4tuan gejala, kesatuan fungsi, dan kesatuan hentuk. Ruang yaitu permukaan bumi baik keseluruhan, maupun spesialuntuk sebagian saja. Permukaan bumi diartikan sebagai suatu ruang, termasuk juga lapisan atmosfer terbawah yang mempengaruhi permukaan bumi, kemudian lapisan batuan hingga kedalaman tertentu sebagai sumber daya bagi kehidupan, air yang ada di permukaan bumi beserta air tanah hingga kedalaman tertentu, dan organisme yang ada di permukaan bumi.


Dalam meninjau suatu tanda-tanda menurut prinsip keruangan kota, selalu diperhatikan penyebaran faktor-faktor yang menunjang perkotaan, dan interaksi perkotaan itu dengan kehidupan ruang yang bersangkutan. Berikut mi, kita akan mengungkapkan karakteristikk arakteristik atau ciri khas yang dimiliki oleh wilayah suatu perkotaan. Prinsip-prinsip itu secara teoretis sanggup dipisahkan satu sama lain, meskipun pada prakteknya sangat susah dipisahkan.

Konsep Interaksi dan Diflisi Keruangan


Studi geografi pada prinsipnya ialah studi keruangan ihwal gejala-gejala geografi. Oleh alasannya insan ialah salah satu unsur dan tanda-tanda geografi tersebut, maka studi geografi juga mengadakan studi ihwal gejala-gejala konkret yang ada dalam kehidupan manusia. Gejala geografi yang ada di sekitar kita ialah hasil keseluruhan interrelasi keruangan faktor alam dan faktor manusia. Dan hasil stud tanda-tanda yang konkret tersebut akan terbentuk suatu contoh ajaib dalam din kita yang disebut konsep.

Pola ajaib tersebut berkenaan dengan tanda-tanda yang konkrit ihwal geografi dan sering disebut konsep geografi. Konsep geografi mi ialah contoh ajaib yang sanggup dipakai untuk mengungkapkan banyak sekali faktor, gejala, dan persoalan geografi.

Pergerakan penduduk dan satu kota ke kota lain atau satu tempat ke tempat yang lain, baik untuk memenuhi kebutuhan ekonomi maupun untuk themenuhi kebutuhan sosial lainnya, sanggup dievaluasi secara geografi. Tingkah laris insan dalam bentuk gerak antar- kota dan antardaerah, dekat hubungannya dengan faktor-faktor geografi pada ruang yang bersangkutan. Faktor-faktor tersebut mencakup faktor fisik dan faktor nonfisik. Bentuk permukaan bumi, ketinggian, vegetasi, dan keadaan cuaca, ialah faktor fisik yang mempengaruhi gerak perpindahan yang dilakukan manusia. Sedangkan alat transportasi, aktivitas ekonomi, biaya transportasi, kondisi jalan, dan kondisi sosial budaya setempat ialah faktor nonfisik yang juga mendorong insan untuk berpindah dan tempat asalnya. Proses mi mengungkapkan adanya interaksi dan difusi keruangañ yang sanggup kita kaji.

Tnteraksi dan difusi keruapgan mencakup gerak pindah manusia, selanjutnya menyangkut barang dan diberita yang menyertai tingkah laris manusia. Adanya interaksi itu, menimbulkan terjadinya perkembangan kota. Pesatnya perkembangan kota di Indonesia sudah menimbulkan kota tersebut sebagai satu-satunya tujuan bagi sekian banyak penduduk pedesaan untuk memperoleh pekerjaan dan mengadu nasib mencari kehidupan yang lebih baik. Kota sudah mengubah persepsi kalangan masyarakat pedesaan berpikiran bahwa kota ialah wadah aktivitas atau perjuangan yang bisa menjanjikan banyak keberhasilan. Pada akhirnya, yang teradi yaitu mengalirnya arus angkatan keia secara deras dan desa ke kota yang akan banyak menuntut pemecahan problematika peluang kerja, kependudukan, penyediaan masukana pemukiman, kesehatan masyarakat, dan kemembersihkanan lingkungannya.

Indonesia sebagai negara berkembang yang mulai beranjak menuju masa industrialisasi, mendasarkan dirinya pada kekuatan yang diberimbang antara sektor industri dan pertanian, dan akselerasi pertumbuhan industri di tempat perkotaan masih mempunyai ketimpangan distribusi pertambahan penduduk antara kota dan desa. Fakta menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk di tempat perkotaan sangat mencolok bila dibandingkan dengan tingkat pertambahan penduduk di tempat pedesaan. Tingginya tingkat pertambahan penduduk diperkirakan disertai kecenderungan semakin mengumpulnya penduduk di perkotaan.

Kecenderungan mi terlihat jelas, alasannya pada tahun 1971 jumlah penduduk perkotaan gres mencapai 17% dan 119 juta jiwa penduduk Indonesia. Pada tahun 1980 hingga tahun 2000 dengan pertumbuhan penduduk kurang lebih 1,9% per tahun, diperkirakan dua pertiganya akan tinggal di tempat perkotaan.

Sebagian tingkat pertambahan penduduk di tempat perkotaan dipengaruhi oleh urbanisasi yang terus meningkat. Kondisi pertambahan penduduk kota-kota besar di Indonesia pada umumnya berpusat di lokasi pengembangan sektor-sektor industri. Misalnya di Kota Jakarta, tingkat pertambahan penduduknya mencapai 3,9% per tahun, Surabaya mencapai 2,9% per tahun, Medan 3,5% per tahun, dan Semarang, cukup besar yaitu mencapai 5,2% per tahun. Meningkatnya arus urbanisasi yaitu sebagai akhir pribadi dan adanya kesentidakboleh pertumbuhan ekonomi antara desa dan kota. Di pedesaan, sanggup dikatakan bahwa pertumbuhan sektor pertanian tidak banyak kemajuan sehingga mengalami tingkat kejenuhari di dalam menampung kelebihan tenaga kerja ataupun angkatan kerja yang baru. Di lain pihak, pertumbuhan sektor industri di perkotaan cenderung terus meningkat, sehingga sangat rasional kalau kelebihan tenaga kerja di pedesaan terus mengalir ke kota, dengan impian memperoleh peluang kerja baik di sektor formal maupun informal.
Sumber Pustaka: Regina

Post a Comment for "Perbedaan Rujukan Keruangan Di Pedesaan Dan Perkotaan"