Perwujudan Karya Musik Pada Kesenian
Perwujudan Karya Musik
Karya seni (musik) ialah ungkapan rasa seorang komponis atau seniman. melaluiataubersamaini demikian, rasa yummy dan tidak yummy yakni sebuah jawaban apresiatif yang bersifat budaya (kultural). Menurut S.D. Humardani, pembaruan dalam bidang seni musik bertujuan bukan demi pembaruan itu sendiri (asal berubah), melainkan bertujuan untuk memantapkan budaya. Oleh alasannya yakni itu, setiap ciptaan komposisi gres selayaknya memperhatikan duduk kasus dialektika (hubungan timbal balik) budaya yang dilakukan terus-menerus.
melaluiataubersamaini bahasa yang sederhana, gagasan yakni inspirasi atau konsep yang masih abnormal dan bertempat di dalam pedoman (otak) seniman (komposer). Untuk mewujudkan suatu gagasan abnormal menjadi sesuatu yang konkret, maka diharapkan proses kreatif dan seniman (komposer). Bentuk ‘baru’ yang muncul setelah proses kreatifseniman (komposer) harus mempertimbangkan rasa budaya yang berlaku pada lingkungan tertentu. Pertimbangan rasa budaya mi diharapkan biar karya gres yang berhasil disusun atau diciptakan seniman (komposer) tersebut tetap sanggup dirasakan masyarakat alasannya yakni masih berakar pada tradisi atau budaya yang ada.
Menurut R. Supanggah, istilah komposisi masih gres di dunia karawitan. Istilah mi diperkirakan muncul dan dipakai pada kurun 1970-an di kalangan pendidikan formal kesenian. Istilah usang yang sudah dipakai jauh sebelumnya dan bermakna kurang lebih sama atau menyerupai dengan komposisi yakni gendhing atau lagu. Penggunaan istilah yang disebut belakangan tersebut memang agak rancu. Gendhing lebih sering dipakai untuk menyebut komposisi karawitan yang berukuran (relatif) besar, atau memerlukan waktu hidangan yang panjang, atau menekankan pada penyajian ricikan gamelan (daripada vokal). Sementara itu, lagu dipakai untuk komposisi karawitan berukuran kecil atau yang memdiberi tekanan pada hidangan vokal (dan pada ricikan gamelan). Ada juga yang beropini bahwa lagu bersama-sama ialah unsur dan gendhing. Komposisi sebagai istilah yang paling muda, biasanya dipakai untuk menyebut komposisi karawitan garapan gres yang berusaha untuk nyebal atau meninggalkan kebiasaan yang biasa berlaku padagendhingatau lagu (tradisi). Kemungkinan lain memang sengaja disusun dengan cara gres (composed) atau memakai kaidah-kaidah komposisi modern.
Untuk megampangkan pemahaman kita pada komposisi karawitan, sebaiknya kita memahami lebih dulu pengertian gendhing karawitan Jawa secara garis besar. Sebagian besar komponis karawitan yang mempunyai latar belakang sebagai pengrawit atau seniman karawitan tradisi, memang berangkat dan berolah gendhing. Beberapa huruf gendhing atau lagu karawitan tradisi yang perlu dipahami, antara lain diberikut mi.
- Terikat pada aneka macam aturan, menyerupai pathet, laras, irama, birama, tempo, cengkok, dan bentuk.
- Menggunakan permainan atau alur lagu jamak yang horizontal yang sering disebut dengan polifoni.
- Dapat diulang-ulang dengan catatan bahwa pada setiap hidangan ulangannya ada variasi garapan. Orang sering menyebut sifat mi sebagai musik cyclic.
- Ada santunan kiprah yang terperinci pada setiap ricikan atau vokal, misalnya ricikan lagu, irama atau ritme, ricikan balungan, ricikan strukrural, ricikan ngajeng, ricikan tengah, ricikan penerusan, ricikan wingking, dan sebagainya.
Ada kolaborasi yang dekat di antara tiruana yang terlibat dalam garapan. Walaupun ada santunan kiprah yang niscaya pada masing-ma.sing perangkat, tetapi mereka saling mengkaitkan din, saling membeni, dan menyambut inspirasi musikal. OIeh alasannya yakni itu, tidak ada bintang atau suatu instrumen yang terlalu menonjol dan paling penting di dalam karawitan sebagaimana tradisi musik kiasik Barat yang mengenal istilah solois, dirigen, principal. komponis, dan sebagainya.
Sumber Pustaka: Yudhistira
Post a Comment for "Perwujudan Karya Musik Pada Kesenian"