Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Media Sosialisasi Keluarga Dalam Pembentukan Kepribadian

Agar pembentukan kepribadian sanggup berjalan lancar, teratur dan intensif dalam masyarakat terdapat lembaga-lembaga media sosialisasi, di antaranya keluarga, mitra sepermainan, sekolah, lingkungan kerja, dan media massa.

Media Sosialisasi Keluarga Dalam Pembentukan Kepribadian


Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang bekerjasama dengan anak yakni orang tua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat bersahabat yang tinggal serumah. Melalui lingkungan, anak mengenal dunia sekitamya dan pola pergaulan sehari-hari.

Orang bau tanah umumnya mencurahkan perhatian untuk mendidik anak supaya memperoleh dasar-dasar pergaulan hidup yang benar dan baik melalui penanaman disiplin, kebebasan, dan penyerasian. Arti penting keluarga sebagai media sosialisasi primer bagi anak terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini. Untuk sanggup diberinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya, mula-mula bayi mencar ilmu berkomunikasi, baik secara lisan maupun nonverbal, kepada orang tuanya. Bayi mulai berkomunikasi bukan saja melalui indera pendengaran dan penglihatannya, melainkanjuga melalui pancaindra yang lain, terutama sentuhan fisik.


Kebijaksanaan orang bau tanah yang menunjang proses sosialisasi anaka naknya adalah
  1. mengusahakan supaya anak-anaknya selalu berdekatan dengan orang tuanya;
  2. mempersembahkan pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingpenghasilanwa anak tidak merasa tertekan;
  3. mendorong anak supaya sanggup membedakan yang benar dan salah, yang baik dan buruk, yang pantas dan yang tidak pantas;
  4. rnemperlakubn anak dengan baik. Untuk itu, orang bau tanah harus sanggup membawakan tugas yang baik;
  5. menasihati anak-anakjika melaksanakan kesalahan atau kekeliruan, serta menawarkan dan mengarahkannya ke jalan yang benar, serta tidak simpel menjatuhkan eksekusi kepada anak-anak.

Apabila terjadi sesuatu yang tidak sama dengan hal-hal itu, bawah umur akan mengalami kekecewaan yang terjadi karena:

  1. orang bau tanah kurang memperhatikan anak-anaknya, terlalu sibuk dengan kepentingannya, sehingga anak merasa diabaikan. Hubungan anak dengan orang bau tanah menjadi jauh, padahal anak sangat memerlukan kasih akung dan kehangatan mereka;
  2. apabila orang bau tanah terlalu memaksakan kehendak dan gagasannya kepada anak dengan bahaya sanksi, sehingga akan dirasakan oleh anak cukup berat, anak menjadi tertekan jiwanya, sehingga ingin mencari perlindungan, kasih akung, dan kehangatan di luar keluarganya.

Dalam lingkungan keluarga dikenal dua macam pola sosialisasi, yaitu sosialisasi represif (repressive socialization) yang mengutamakan adanya ketaatan anak kepada orang bau tanah dan sosialisasi partisipasi (participatory socialization) yang mengutamakan adanya partisipasi oleh anak.

Sosialisasi Represif

Sosialisasi represif atau repressive socialization menekankan penerapan eksekusi terhadap kesalahan. misalnya, apabila orang bau tanah melaksanakan eksekusi fisik kepada anak yang tidak menaati perintahnya, dan menjadikan anak tersebut menderita cacat, kasus ini ialah pola ekstrem sosialisasi dengan cara represif.

Sosialisasi semacam itu memiliki ciri-ciri menyerupai menekankan kepatuhan anak kepada orang bau tanah sehingga komunikasi bersifat satu arah, yaitu terletak pada keinginan orang bau tanah saja. Apabila dirumuskan dengan cara lain, ciri-ciri sosialisasi represif adalah

1. menghukum sikap yang keliru,
2. eksekusi dan imbalan materiil,
3. kepatuhan anak kepada orang tua,
4. komunikasi sebagai perintah.
5. komunikasi nonverbal,
6. sosialisasi berpusat kepada orang tua,
7 anak memperhatikan cita-cita orang tua, dan
8. dalam keluarga biasanya didominasi orang bau tanah (ayah).

Perilaku keluarga yang menghambat pembentukan langsung anak, antara lain yakni sifat orang bau tanah yang otoriter. Proses kedewasaan anak akan menjadi susah apabila orang bau tanah bertindak adikara terlalu usang terhadap anak. Anak tidak sanggup membentuk sikap berdikari dalam bertindak sesuai dengan perannya. Seorang anak yang semenjak kecil terlalu dikendalikan secara herlebihan oleh orang tuanya, setelah cerdik balig cukup akal ia tidak akan berani berbagi din, tidak sanggup mengambil suatu keputusan, dan akan selalu bergantung pada orang lain. Kata-kata “harus”, “tidakboleh”, dan “baik-jahat” akan menghantui alam pikirannya.

Setiap sikap adikara orang bau tanah yang hiperbola akan sanggup menyebabkan konflik dalam din anak. Dalam masyarakat tradisional, biasanya sifat adikara orang bau tanah lebih besar dan lebih lama. Kadangk adang hingga anak menjadi dewasa, sifat ini masih berlanjut. Pada umumnya sifat semacam mi “diwariskan” kepada generasi diberikutnya. Namun, dalam masyarakat modern anak biasanya mengalami proses pendewasaan. Anak biasanya akan meninjau kembali tiruana nilai yang tertanam dalam din mereka.

Sosialisasi Partisipasif

Sosialisasi partisipasif atau participatory socialization yakni suatu pola sosialisasi yang mempersembahkan apa yang diminta anak apabila anak berperilaku baik. Tekanannya terletak pada interaksi anak yang menjadi sentra sosialisasi dan kebutuhannya. Dalam sosialisasi, bahasa ialah masukana yang paling baik. Kata-kata “harus”, “tidakboleh”, “baik-jahat”, dan sebagainya menjadi alat penting untuk membentuk hati nurani seseorang. Bahasa juga menjadi proses mediator dalam pengembangan dir melaluiataubersamaini bahasa, seseorang mencar ilmu berkomunikasi, mencar ilmu berpikir dan mencar ilmu mengenal diri Pengalaman-pengalaman yang terlampau dipergunakan untuk meninjau dan menilai keadaan sekarang. Jadi, bahasa memungkinkan seseorang untuk mengenal diri.

Apabila dirumuskan dengan cara lain, ciri-ciri sosialisasi partisipasi adalah
  1. mempersembahkan imbalan bagi sikap anak gang baik,
  2. hukuman dan imbalan simbolis,
  3. otonomi anak,
  4. komunikasi sebagai interaksi,
  5. komunikasi verbal,
  6. sosialisasi berpusat pada anak,
  7. orang bau tanah memperhatikan keinginan anak, dan
  8. dalam keluanga biasanyamempunyai tujuan yang sama. 
Sumber Pustaka: Bumi Aksara

Post a Comment for "Media Sosialisasi Keluarga Dalam Pembentukan Kepribadian"