Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pelaksanaan Toleransi Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Pelaksanaan Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari

Berikut ini yakni empat pelaksanaan toleransi yang perlu kita ketahui untuk kehidupan sehari-hari.

Umum

Sikap toleransi ialah salah satu ciri bangsa Indonesia yang sudah menyatu atau melembaga dalam segala sikap dan sikap hidup sehari-hari. Keberagaman agama dan kepercayaan di Indonesia yang
sudah usang berurat dan berakar menuntut sikap empati dan saling menghormati serta menghargai antarsesama penganut agama yang tidak sama-beda. melaluiataubersamaini kata lain, sangat diharapkan adanya sikap toleransi supaya terbina kerukunan hidup antarumat beragama.

Dalam pelaksanaan ibadah, dikenal dua contoh dasar kekerabatan yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu kekerabatan secara vertikal dan kekerabatan secara horizontal. Hubungan secara vertikal berarti kekerabatan antara individu sebagai makhluk dengan penciptanya sebagaimana sudah ditentukan oleh pedoman agamanya masing-masing. Hubungan secara horizontal berarti kekerabatan antara insan dengan sesamanya. Dalam kekerabatan ini tidak spesialuntuk terbatas pada lingkungan suatu agama, tetapi sanggup dilakukan dengan orang lain yang tidak seagama, menyerupai kolaborasi dalam persoalan kemasyarakatan. misal, mitra kita sakit dan memerlukan pertolongan. Sebagai umat beragama kita tidak perlu memperhatikan agama apa yang ia anut. Kewajiban sebagai umat beragama yakni secepatnya mempersembahkan dukungan sesuai dengan kemampuannya. Apakah memdiberi obat, makanan, atau sekadar menengok sambil menghibur atau menggembirakan, baik untuk orang sakit maupun keluarganya.


Sikap umat beragama harus selalu terpanggil untuk secara aktif ambil pecahan dalam segala usahapembangunan. Oleh sebab itu, seluruh umat beragama di Indonesia hendaklah bersatu padu dan sesungguhnya membangun masyarakat, bangsa, dan negara. Selain hormat-menghormati dan harga menghargai, diharapkan juga sikap tolong-menolong dalarn perjuangan pembangunan. Jika ada suatu kawasan ditimpa peristiwa alam, menyerupai banjir atau tanah longsor, hendaknya kita mempersembahkan menolongan tanpa membedakan agama.

Toleransi dalam kehidupan keluarga

Sebuah keluarga terdiri atas bapak, ibu, dan anak-anaknya yang masing-masing memiliki tanggung tanggapan dan kewajiban. Orang bau tanah berkewajiban untuk membesarkan anak-anaknya dengan keinginan kelak akan bisa menggantikan kedudukan mereka di dalam masyarakat. Kewajiban bawah umur sesuai dengan kodratnya ialah memmenolong orang bau tanah membuat kehidupan yang renang, damai, dan tenteram. Agar tercipta suasana tersebut bawah umur dituntut untuk saling merighormati dan menghargai keberadaan orang bau tanah selama proses kehidupan keluarga berlangsung.

Agar suatu keluarga hidup rukun, damai, dan tenang, para anggota keluarga berkewajiban untuk mewujudkan suasana saling pengertian, memdiberi-menerima, menghindari sikap dan suasana yang saling meragukan serta menjauhkan sikap saling mencemooh. Orang bau tanah dituntut bersikap sabar dan tenggang rasa, sebaliknya bawah umur dituntut sikap menghargai dan menghormati orang bau tanah semoga terbina hidup rukun antaranggota keluarga.

Toleransi dalam kehidupan masyarakat

Dalam kerangka kerukunan dan ketenangan antara sesama pemeluk agama yang tidak sama-beda, hendaknya kita menyadari bahwa kita ialah satu bangsa yang hidup bersama-sama, di tempat yang sama, dan dengan tujuan nasional yang sama pula.

Toleransi dalam kehidupan bernegara

Demokrasi Pancasila bermakna formal dan material. Dalam rapat-rapat, baik di MPR maupun DPR, senantiasa diupayakan pengambilan keputusan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila hal ini mustahil dicapai maka putusan akan diambil berdasarkan bunyi terbanyak (voting).

Meskipun demikian, musyawarah tetap ialah ciri khas demokrasi Pancasila yang selalu berpegang kepada hikmat kebijaksanaan. Setiap keputusan yang diambil dengan cara apa pun dihentikan berperihalan dengan dasar negara, yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya. Setiap akseptor atau anggota fraksi memiliki hak dan peluang yang sama, bebas dalam mengeluarkan pendapat, dan sanggup mempersembahkan Koreksi yang konstruktif tanpa adanya rintangan dan siapa pun. Namun, hal mi mesti didasari pandangan bahwa setiap kepentingan umum harus dilampaukan daripada kepentingan pribadi atau golongan. Karena itu, setiap uraian tentang pendapat para ánggota dalam sebuah forum sebelum diterima pendapat tersebut harus diolah hingga kebulatan pikiran yang disebut mufakat diperoleh.

Dalam proses pengambilan keputusan, seringkali terjadi perdebatan untuk mempertahankan pendirian masing-masing sebab tiruananya merasa pendapatnya yakni yang paling benar. Akan tetapi, apabila keputusan sudah diambil baik, berdasarkan mufakat maupun bunyi terbanyak, maka perdebatan harus dianggap tamat dan hasil keputusan ialah konsensus bersama. Jiwa besar, sikap menghargai, dan sikap mengakui sangat diharapkan sebab tidak selamanya pendirian seorang anggota yang menurutnya
terbaik, akan bailc bagi orang lain. Toleransi dalam proses musyawarah untuk mencapai mufakat di dewan perwakilan rakyat intinya sama dengan di MPR. Jika riusyawarah untuk mufakat di MPR dipakai untuk menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), sedangkan di dewan perwakilan rakyat musyawarah untuk mufakat diharapkan guna menetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Sumber Pustaka: Yudhistira

Post a Comment for "Pelaksanaan Toleransi Dalam Kehidupan Sehari-Hari"