Peranan Umat Islam Menentang Penjajah Belanda Di Masa Jelajahan
Peranan Umat Islam Menentang Penjajah Belanda
Sesudah Portugis meninggalkan bumi Indonesia hadirlah bangsa Belanda. Tujuan mereka tiruanla untuk berdagang. Namun kemudian mereka berusaha memaksakan kedaulatannya dengan penjajahan yang cukup lama. Mereka menancapkan kekuasaannya di bumi Indonesia dan banyak sekali hasil yang dibawa ke tanah leluhurnya. Bangsa Indonesia tetap menderita di tanah airnya yang kaya raya. Umat Islam memegang peranan penting dalam menghadapi dan menentang penjajahan Belanda.
Sejarah sudah mencatat bahwa hasil pendidikan yang diperoleh masyarakat Indonesia melalui pesantren-pesantren mengakibatkan semakin bertambahnya kader pemimpin dan ulama yang sanggup menjadi pengayom masyarakat. Hal ini sanggup terjadi alasannya yakni santri yang dididik di pesantren berasal dan banyak sekali kawasan dan lapisan masyarakat. Santri yang sudah selesai berguru di pesantren, pribadi diturunkan ke masyarakat atau mendirikan pesantren di tempat mereka berada. Hubungan antara masyarakat ningrat dengan masyarakat biasa dalam pergaulan di pesantren tidak mengalami hambatan. Kaum ningrat dan kaum budpekerti yang pada awalnya sebagian besar tidak memahami fiat baik para ulama, secara perlahan kemudian mulai menyadari akan makna usaha yang dilakukan para kiai. Kaum budpekerti dan golongan ningrat mulai bahu-membahu umat Islam menentang Belanda.
Bukti bahwa Islam sudah mendorong semangat kemerdekaan yang sudah mengakar pada lubuk hati setiap kaum muslimin ialah insiden pemberontakan di Minangkabau yang dimotori para ulama. Ulama yang barn kembali dan melakukan ibadah haji di Mekah berdiri semangat perlawanannya melihat kebinasaan dan kezaliman yang berkembang dalam masyarakat. Ulama yang populer dengan sebutan “Harimau Nan Salapan” diketuai oleh Haji Miskin. Beliau memimpin pemberontakan terhadap kaum budpekerti yang didukung Belanda. Kelicikan Belanda memanfaatkan konflik lokal yang terjadi dengan memihak kaum adat, membuat kaum budpekerti bertindak absolut terhadap kaum ulama. Puncak kemarahan rakyat Minangkabau terhadap Belanda dan kaum budpekerti diperlihatkan saat meletus Perang Paderi yang memunculkan tokoh Imam Bonjol Pasukan Paderi yang terdiri atas kaum ulama dan umat Islam kebanyakan mulai sadar atas ancaman penjajahan.
Ulama Paderi yang didukung semangat tauhid temyata mengalami nasib yang sama dengan apa yang dialami Pangeran Dipenogoro. Imam Bonjol mengakhiri perjuangannya di penjara Belanda, sehabis sebelumnya dimembuang ke Jakarta, dipindahkan ke Cianjur, dan terakhir ke Manado. Di sinilah Imam Bonjol mengakhiri hayatnya.
Perlawanan Imarn Bonjol berakhir pada tahun 1837 M. Perang Paderi mi semakin memperjelas besarnya tugas ulama dan tokoh Islam dalam mempersembahkan kesadaran atas ancaman penjajahan. Sekali lagi kita catat bahwa kesucian usaha putra Indonesia digagalkan oleh tidak adanya persatuan dan kesatuan bangsa sendiri yaitu, kaum adat, bangsawan, dan ulama. Pangeran Dipenogoro dikhianati oleh kaum ningrat Jawa, sedangkan Imam Bonjol dikhianati pula oleh kaufn budpekerti Minangkabau. Motivasi kedua musuh pejuang Indonesia itu sama, yaitu haus kekuasaan dan ketakutan akan kehilangan kewibawaan dan imbas dalam masyarakat.
Kegagahan dan keberanian sebagaimana diperlihatkan oleh Pangeran Dipenogoro dan Imam Bonjol beserta pengikutnya melawan Belanda ji.iga diperlihatkan oleh ulama Aceh. Belanda mulai masuk ke Aceh pada tahun 1873 M, tetapi Aceh barn berhasil dikuasai Belanda pada tahun 1914 M. Hal itu ternTasuk masa yang cukup panjang bagi
Belanda untuk menaklukkan rakyat Aceh alasannya yakni kehadiran Belanda menerima perlawanan yang gigih dan rakyat. Perang Aceh selama setengah era mi ialah gejolak kemarahan rakyat, pemerintah, dan ulama yang merasa kebebasan rakyat sudah dihapuskan. Kerajaan Aceh Darussalam yang menjadi pengayom rakyat Aceh, sebagaimana Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta di Jawa, ialah kekuatan bangsa Indonesia yang sangat besar pengaruhnya terhadap usaha bangsa Indonesia. Nama-nama besar dalam sejarah usaha Aceh antara lain Cut Nyak Din, Cut Meutiah, Teuku Umar, dan Tengku Cik Ditiro serta banyak ulama populer lainnya sudah berdiri di belakang usaha Aceh Darussalam dan semangat kebenaran Islam.
Sumber Pustaka: Yudhistira
Post a Comment for "Peranan Umat Islam Menentang Penjajah Belanda Di Masa Jelajahan"