Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Peranan Umat Islam Pada Masa Perang Kemerdekaan

Peranan Umat Islam Pada Masa Perang Kemerdekaan


Pada era XVIII dan XIX, hampir seluruh dunia Islam berada di bawah penjajahan bangsa Barat. Akibat tindakan kaum imperialis itulah timbul gerakan reformasi dan modemisasi dalam dunia Islam yang bertujuan untuk melepaskan din dan penjajahan bangsa Barat dan mengembalikan kejayaan umat Islam. Mula-mula gerakan itu timbul di Timur Tengah, kemudian pengaruhnya menyebar luas ke seluruh dunia Islam, di antaranya di Indonesia.

Pengaruh gerakan itulah yang mendorong umat Islam di Indonesia untuk mengambil peranan dalam pergerakan dan usaha kemerdekaan. Perjuangan bangsa Indonesia sudah mencatat bahwa kedudukan pondok pesantren dalam membina masyarakat Indonesia sangat besar artinya. Hal mi sanggup dilihat dan upaya yang sudah dilakukan oleh ulama besar menyerupai Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Gin, dan Sunan Ampel. Santri-santri yang mencar ilmu di pondok pesantren tidak memandang derajat dan tingkat kekayaan seseorang alasannya agama Islam mengajarkan bahwa seluruh umat insan sama dalam hak dan kewajiban.



Mendidik masyarakat melalui pesantren sebagaimana yang dirintis oleh para ulama Islam beberapa era yang kemudian masih berlanjut hingga sekarang. Seluruh aktifitas pondok pesantren menerima pengawalan ketat dan penjajah Belanda lantaran dianggap sebagai daerah melatih kader pejuang yang anti kepada Belanda.

Belanda yang berkeinginan menimbulkan Indonesia sebagai masyarakat kelas dua menerima perlawanan yang gigih dan para ulama pada waktu itu. Oleh masyarakat tiap pesantren dijadikan sebagai benteng apabila terjadi pemberontakan. Para kiai, ulama, dan anakdidik-munidnya berjuang secara suka rela tanpa mengharapkan imbalan apa pun dan negara atau masyarakat. Mereka berperang spesialuntuk lantaran didorong oleh semangat Islam yang mewajibkan setiap muslimin berjuang melawan kebatilan.

Rasa tanggung tanggapan mempertahankan negara dan bangsa mi tidak spesialuntuk ditinjau dan sudut lahiriah saja, tetapi akrab hubungannya dengan suasana ketenteraman batiniah dan kepercayaan akan han depan. Islam sebagai agama wahyu yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad saw. mengandung anutan lengkap, yang mengatur kehidupan umat insan untuk mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Setip masyarakat negara diperlukan turut serta dan berperan aktif dalam mengisi kemerdekaan dengan pembangunan insan seutuhnya, adalah pembangunan fisik dan pembangunan rohani atau mental spiritual.

Gerakan kebangkitan Islam di Saudi Arabia di bawah pimpinan Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1787 M). Gerakan mi menitikberatkan dakwah pemurnian agama serta undangan untuk kembali kepada kitab suci Al Alquran dan Sunah Nabi sudah membawa pembaruan umat Islam di Indonesia. Gerakan mi disempumakan oleh Jamaluddin Al Afghani (1838-1897 M) yang menitikberatkan usaha dalam lapangan politik yang kemudian lebih dikenal dengan gerakan Pan Islamisme atau Solidaritas Islam. Sahabat dan anakdidik ia di Mesir yang bemama Syekh Muhammad Abduh (1856-1905 M) menitikberatkan perjuangannya dalam lapangan kemasyarakatan, terutama yang berafiliasi dengan pembaruan dalam pendidikan dan kebudayaan Islam modem yang setaraf dengan bangsa Barat.

Paham pembaruan yang ditanamkan oleh kedua ulama tersebut disebarluaskan dalam majalah “Urwatul Wusqa” (tali ikatan yang kuat) yang terbit di Paris. Majalah itu tidak boleh masuk ke Indonesia oleh pemerintah Belanda. Namun, secara sembunyi— sembunyi problem itu sanggup hingga ke tangan para pemuka Islam yang kesudahannya memunculkan gerakan Sarekat Islam dan Muhammadiyah. Sejak itu, bermuncullah beberapa organisasi Islam yang membawa paham pembaruan. Selain gerakan salaf yang menghendaki suatu pembaruan, muncul gerakan modemis Islam di Indonesia yang menghendaki perubahan cara hidup umat Islam semoga diadaptasi dengan perkembangan zaman.
Sumber Pustaka: Yudhistira

Post a Comment for "Peranan Umat Islam Pada Masa Perang Kemerdekaan"